Sore ini jalanan kota nampak sangat becek. Bagaimana tidak informasinya hujan akan terus mengguyur hingga malam nanti. Diluar sana nampak hujan masih terus turun. Gerimis dengan tempo konstan, tidak ada pertanda reda. Selang 15 menit saja pasti hujan akan lebat lagi.
Jam tangan warna coklat itu menunjukkan pukul 15.45 WIB. Tidak terlalu sore harusnya, namun karena hujan di luar sana membuat suasana seperti sudah hampir malam. Mendung pun menggulung dengan pekatnya.
"Informasi perkiraan cuaca hari ini hujan deras disertai angin kencang. Diharapkan bagi masyarakat yang ingin beraktivitas di luar ruangan mempersiapkan payung. Berhati-hati juga bagi pengendara yang hendak melewati Bundaran Satoe dari arah luar kota ada sedikit kemacetan akibat kecelakaan lalu lintas dan pengalihan jalan" pungkas pembaca acara cuaca hari ini dari radio mobil SUV ini.
"Walah! Pengalihan jalan mbak, macet banget ini pasti!" Dengus sopir travel yang Nara gunakan.
"Parah banget ya pak kalau macet?" Seperti halnya orang yang baru pertama kali ke kota baru Nara tidak paham keadaan lalu lintas disini.
"Kalau udah macet, bisa 3-4 jam kita mbak dijalan. Kapan pulangnya ini saya," sopir travel itu mendengus kelihatan sangat kesal dengan situasinya saat ini.
"Terus bagaimana pak?"
"Mbak ke daerah Hayamwuruk pasnya dimana ya? Kalau tujuannya memungkinkan biar saya cari jalan tembusan. Jadi nanti kita nggak perlu ikut macet-macetan," harap-harap cepat pak Sopir itu hanya menatap Nara dari kaca spion diatasnya. Berharap rute yang harus ditempuh memang tidak perlu melewati Bunderan Satoe.
"Ke Kos Abah Ali, pak! Emangnya bisa?"
"Halahhh, kos yang terkenal itu! Bisa mbak bisa! Gampang itu. Saya ada jalan alternatif" secara langsung ekspresi sopir travel itu langsung sumringah. Seperti melupakan berita kemacetan yang sebelumnya membuat mukanya lebih mendung dari langit di luar sana.
"Beneran ya, pak!" Harap-harap cemas Nara kembali memastikan. Saat ini memang banyak berita kejahatan dengan berbagai macam bentuk. Namun sekali lagi Nara berusaha mengalihkan pikiran buruk itu. Lagian travel ini pilihan kakaknya dan sudah berlangganan sejak lama, pikirnya.
"Tenang mbak, aman. Selama saya mengantar penumpang banyak juga yang ke kos Abah Ali. Ya, mungkin karena mitosnya. Mbak juga kos disitu karena mitos yang beredar ya?"
"Mitos apa ya pak?" Tanya Nara dengan ragu berharap bukan mitos kos-kosan horror atau semacamnya.
Sambil melalui jalan alternatif pak sopir bercerita mengenai mitor yang beredar di kalangan masyarakat sekitar. Terkait kos Exlusive milik pak Ali, yang sering dipanggil sebagai abah Ali tersebut. Dari cerita yang beredar banyak penghuni kos tersebut keluar bukan karena tidak betah atau lainnya. Namun karena menikah.
ya, tidak Nara tidak salah dengar. Pak sopir itu terus bercerita bahwa konon katanya tidak semuanya, tapi mayoritas orang yang beruntung menjadi penghuni kos tersebut bisa lebih mudah mendapatkan jodoh. Bahkan banyak penghuni lama pulang ke kampung halaman karena hendak melangsungkan pernikahan.
"Bapak percaya?" Enggan terhanyut terlalu jauh Nara bertanya pendapat pribadi dari sopir travelnya.
"Percaya nggak percaya sih, mbak. Tapi sudah banyak buktinya! Coba aja mbak nanti googling. pasti banyak muncul cerita-cerita dari penghuni sebelumnya," Pungkas pak sopir travel menjelaskan.
untuk sementara Nara hanya manggut-manggut saja. Mau bagaimana pun logikanya menerima hal tersebut sudah pasti sangatlah mustahil. Tapi yasudah, biar cerita itu terus menjadi cerita bagi semua orang yang mempercayainya. Hanya saja kalau mungkin betul adanya, ya syukurlah. Jauh di dalam lubuk hati kecilnya Nara juga ingin mendapatkan pendamping hidup secara tepat nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Abah Ali
RomanceMitos tentang kos abah Ali sudah banyak beredar tidak hanya di masyarakat sekitar. Namun juga orang luar kota dan para mahasiswa di sekitar tempat itu. Jadi sangat wajar jika kos itu tidak pernah kosong. Untuk mendapatkan kamar pun banyak yang rela...