Setelah tebak menebak yang berakhir dengan dianggap nya riku sebagai pemenang, kini mereka telah beralih tempat. duduk saling berhadapan dengan meja yang menjadi penghalang di antara keduanya tidak mengubah suasana hangat yang ada.
Tenn yang sedang menata cemilan yang di hadiahkan riku khusus untuknya,agar dapat mereka nikmati bersama sebagai teman dikala canda dan tawa mengalun,dengan telaten ia mengangkat teko kaca lalu secara perlahan menuangkan teh untuk sepasang cangkir yang telah ia siapkan sebelumnya.Riku hanya memperhatikan semua dalam diam, ia menyukainya...baginya tenn sangat indah dalam segala hal , ini begitu berbeda jika di bandingkan dengan kebanyakan orang yang telah ia kenal. tidak hanya berlaku saat dia menari saja,bahkan ketika melakukan hal sekecil apapun dapat menjadi suatu estetika jika kakaknya yang melakukannya. apakah brocon berpengaruh besar dalam hal ini? Yah,siapa yang tau? Toh,telah menjadi rahasia umum di antara teman dekat mereka seberapa besar riku menyayangi kakaknya itu.
"Selesai"
Tersadar dari fantasi nya, riku melihat kini di depannya telah tersedia secangkir teh hangat, sehangat senyuman tenn yang terpampang jelas di hadapannya saat ini.sungguh pemandangan yang sangat langka.... Seperti bukan kenyataan atau ini kah yang di namakan delusi? Seketika memori yang hampir tertutup rapat dan terkubur perlahan bangkit menyeruak memenuhi ingatan. sang mentari menjadi saksi bisu kerinduan yang ada.Ini seperti kembali pada masa itu...
"deja vu" akhirnya riku merasakannya. Bagaikan mengulang kembali kebersamaan yang telah terlewat, tak dapat di pungkiri sungguh riku sangat bahagia saat ini, namun kenapa rasa sakit juga hadir? Ketika melihat senyum yang ia kenal kembali. Tak dapat menahannya lagi riku hanya bisa terus menunduk menahan gundah di hatinya, ia sangat bingung,belum berselang lama saat dia mendapat firasat baik pada pagi hari tadi, lantas kenapa sekarang ia merasa tidak nyaman? Seolah semuanya akan hancur bersamaan dengan seiring waktu berjalan.
Melihat adiknya yang terus saja menunduk dalam diam, tenn pun khawatir. Apakah penyakit adiknya kambuh? Ataukah ia melakukan kesalahan? Sungguh ia sangat tidak menyukai situasi saat ini. Kemana hilangnya senyuman sang adik? Bukankah ini pertemuan yang sangat ia nantikan? Lantas...mengapa.....Riku terlihat sedih?...."Riku..?"
Ingin segera memecahkan keheningan yang ada tenn memilih untuk memanggil riku. namun bukan jawaban penuh semangat layaknya ketika riku baru sampai,yang ia dapatkan hanyalah tatapan kosong dari sang adik. memilih untuk tidak menghiraukannya, ia pun kembali memulai topik di antara mereka.
"Kamu pasti bingung mengapa aku meminta bertemu secara mendadak benar?"
Tenn tahu riku pasti penasaran akan hal itu, seorang kakak yang selama ini menjaga jarak dari adiknya sendiri secara tiba tiba mengadakan pertemuan antar saudara layaknya tidak terjadi konflik diantara keduanya. Tersenyum getir tenn mengutuk dirinya sendiri , "sungguh tidak berguna, tidak tahu malu, benar....aku seorang kakak yang gagal...aku telah menghancurkannya berulang kali dan sekarang aku akan segera melakukannya kembali.."
•LSRB•
Menyusun setiap kata yang akan di ucapkan, memilih pertanyaan yang tepat serta memikirkan hasil dari pertanyaan tersebut, sudah cukup berhasil untuk memenuhi otak riku sekarang,seperti teko dengan air yang mendidih, kepalanya seakan berasap. Akhirnya memilih untuk menghindar, riku memutuskan untuk mengalihkan topik yang ada.
"Bagaimana dengan harimu?"
Walau terlihat bodoh sekalipun ia sudah tidak peduli, karena ia tahu pasti, bahwa jika ia menjawab pertanyaan sang kakak maka pertemuan mereka akan segera berakhir, tentunya tenn bukanlah orang yang akan membuang waktunya secara cuma cuma bahkan untuk keluarganya sendiri, pikirnya.
Tunggu...bahkan... apakah mereka masih bisa di anggap sebagai keluarga? Bukankah sekarang marga mereka telah berbeda.
Sedikit bingung dengan pertanyaan random dari sang adik, namun tenn bersyukur setidaknya rikunya telah kembali tersenyum, walau merasakan ada sesuatu yang aneh di sana,tenn memutuskan untuk tidak berpikir lebih jauh.
"Hariku? Lancar tentunya, syukurlah kami berhasil membangun kembali grup secara perlahan. Aku,gaku serta ryuu telah berjuang keras dan hasilnya semakin terlihat jelas, seperti kembali merasakan suasana awal terbentuknya trigger."
Sepertinya rencana riku kali ini berhasil, suasana hangat diantara keduanya kembali tercipta. topik pembicaraan santai pun terus mengalir tanpa ada satupun dari keduanya yang ingin mengakhiri. Begitulah yang ia pikirkan awalnya, sampai ketika telah 1 jam mereka habiskan untuk berbagi cerita.
Namun itu masih sangatlah sebentar jika mengingat berapa lama mereka hidup secara terpisah. Tentunya tidak akan cukup walau seharian penuh mereka habiskan bersama untuk menceritakan kehidupan masing-masing.Tenn melihat jam telah menunjukkan pukul sepuluh yang berarti tanpa ia sadari telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk cerita singkat. Ia harus segera memberi tahu riku tujuan awal mengapa ia mengadakan pertemuan ini. Sungguh ia tidak ingin berlama lama karena semakin banyak waktu yang ia habiskan bersama riku maka akan menimbulkan perasaan yang telah lama ia kubur secara dalam agar siapapun tidak dapat menyentuhnya, apalagi jika berhasil mempengaruhi pertahanan yang telah ia bangun susah payah selama ini dan menghancurkan rencananya.
"Tak terasa sudah waktunya, ini benar benar menyenangkan riku...semua yang aku lakukan bersamamu selalu membuatku bahagia."
Kembali tersenyum tenn mengungkapkan dengan jujur isi hatinya saat ini. melihat getaran di mata adiknya , dapat terlihat jelas bahwa riku begitu terkejut akan hal itu. yah, ia tidak akan bertanya mengapa, karena sudah pasti adiknya akan bereaksi seperti itu. toh selama ini ia tidak menyangkal bahwa cara penyampaiannya cukup "kasar" hanya untuk menjaga adiknya.
Melanjutkan kalimat yang terputus tenn kembali bersuara diantara keheningan mereka.
"Nee... riku aku menyayangimu."Gugur sudah semua ide yang ada di kepala sang surai merah saat ini, ia kembali di hantam akan keterkejutan dari sikap sang kakak yang kini kian mengutarakan perasaannya. Yang selama ini ia harapkan keluar langsung dari orang yang bersangkutan bukankah sudah sepantasnya riku merasa senang? Sekarang seharusnya ia segera membalas tenn dengan senyuman seperti biasanya lalu mengatakan "aku menyayangimu juga".....
Hanya saja firasat buruknya semakin kuat dan menghancurkan setiap kata yang telah ia susun dengan rapi untuk di utarakan. Ia merasa ...tidak sepantasnya begini... Sungguh berulangkali tanpa di jelaskanpun dapat di lihat riku sangat bahagia ketika mendengar kenyataan bahwa tenn masih menyayanginya. Namun rasanya ini begitu sama...
Sama...seperti saat itu! Hari dimana mereka berpisah! peristiwa yang terus menghantuinya bak monster yang mengikuti setiap langkah nya. Tanpa sadar riku menggigit bibirnya dengan emosi yang tertahan. Setidaknya ia harus bisa menyembunyikannya,ia hanya tidak ingin kakaknya menyadari kegelisahannya.
Tak kunjung mendapat balasan dari sang adik tenn kembali dibuat bingung. Apakah untuk yang kesekian kalinya ia mengatakan hal yang salah? Atau riku tidak percaya kepadanya? Sungguh Ia tidak pernah bebohong akan kenyataan bahwa dia menyayangi riku dan tidak pernah sekalipun ia menganggap riku orang luar. Karena selama ini tenn lah yang tidak dapat lepas dari masa lalu mereka, ia tahu adik kecilnya kini telah tumbuh dewasa dan mampu menjaga dirinya sendiri, mampu untuk berdiri tegak serta bukankah riku memiliki keluarga baru? Mereka yang mampu menjaga adiknya bahkan melebihi tenn sendiri. Kenyataan yang sampai saat inipun masih tidak bisa ia terima,tapi setelah di pikirkan, tenn pantas mendapatkannya. Setelah semua kejahatan yang ia lakukan tentunya wajar bagi riku untuk membenci nya.
"Riku..jangan sampai dia tahu alasan aku pergi... biarlah semua tertutup rapat tanpa sedikitpun yang terkuak, ini lah jalan yang terbaik, ayo riku, benci lah aku sampai di titik dimana mengucapkan namaku adalah hal yang tabu bagimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last star [redish buddisme]
Fiksi Penggemar"udumbara merah" begitulah semua orang menyebutnya, dimana dua peristiwa terikat terjadi.