10

45 10 0
                                    

.

.

.

.

.

"ah?Sean?! bagaimana keadaan Ria.. apa dia masih marah?" tanya Kirana yang melihat kedatangan putra keduannya

"tenang bu, dia baik-baik saja. hanya mungkin dia butuh lebih banyak waktu untuk berfikir"

"benarkah? tapi dia belum makan kan? dimana dia sekarang?"

"tenanglah bu, seorang anak yang puber itu perlu waktu sendiri. biarkan dia memproses menjadi dewasa"

"tapi adikmu itu belum dewasa Sean, ibu khawatir"

"ya.. terserah ibu, intinya aku sudah memberitahu kalau putri ibu itu butuh waktu sendiri untuk berfikir dan mendinginkan pikirannya" jelas Sean lagi

"hah.. dimana dia sekarang?"

"di taman istana, di ayunan nya"

"bailah ibu akan menghampirinya" setelah itu Kiana benar-benar pergi hendak menghampiri putri satu-satunya itu.

Sean hanya mngehela nafas karena dirinya sudah sangat terbiasa dengan sikap ibunya yang slalu memanjakan anak-anaknya, setelah itu datang seseorang yang berseder di pundaknya

"berat"

"ini hanya kepala ku, bukan badan"

"cih, sama saja! pergi!" Sean pun mengebaskan pundaknya hingga menjauh dari Bastian, lalu Sean sedikit mengibas-ngibas tempat Bastian tadi bersender

"sialan kau, lalu bagaiman dengan Ria?"

"hm.. bisa ku hendel" jawab Sean dengan malas

"Kau tdak terlalu keras kan?"

"kau tau aku seperti apa kak, tapi kenapa kau tetap mempercayai ku dalam hal seperti ini? jawabannya seperti apa yang ada di pikiran mu itu" jawabnya

"hah.. sesekali harus di tampar fakta lah, lagian itu lebih cocok untuk mu di banding diriku. aku tidak bisa sama sekali menyinggung mereka"

"aneh, kau itu pewaris bukan sih? lembek sekali, bagaimana dengan keadaan kerajaan jika di pimpin oleh mu nanti" ucap Sean dengan nada pedas, sedangkan Bastian hanya bisa tersenyum

"hanya pada adik-adikku saja"

"padahal adikmu juga kiminal"

"hus! nanti ibu dengar bagaiman bodoh!" barulah kali ini Sean menutup mulutnya

sebenarnya apa yang dilakukan Riana pada Revan sudah diketahui bukan hanya Sean saja, tapi Bastian dan Kaiden pun tau akan ha itu. tapi mereka lebih memilih tidak menghakimi Riana dan fokus mencari Revan kala itu, dan kali ini pun mereka sama sekali tidak membahasnya terutama jika dekat dengan Kirana yang memang tidak mengetahui apapun.

mereka tau akan sehancur apa hati Kirana jika mengetahui kebenaran itu, itulah sebabnya mereka lebih fokus menyebuhkan Revan dengan sekuat tenanga mereka.

"oh ya, keadaan adiku bagaimana?" tanya Sean

"yang mana? kau itu punya dua adik"

"jangan becanda bodoh"

"baik-baik aku paham, dia sedang bersama dengan ayah sekarang di kamar nya. dan sarapan duluan karena tubuhnya kembali lemas sehabis muntah tadi" jelas Bastian yang membuat Sean mengangguk

"oke, apa saja yang tidak di sukai Revan? sekalian ku masukan dalam daftar hitam"

"dia benci warna merah entah dalam bentuk apapun, dia juga benci roti, daging, nasi, dan dia juga benci cermin" jelas Bastian yang langsung di tulis oleh Sena

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 20 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Don't Want All This [Setiap Hari Minggu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang