9

90 20 5
                                    

.

.

.

.

tatapan taja dari Kirana membuat Riana ketakutan "ak-aku hanya.."

menyadari dia terlalu kasar membuat Kirana terdiam lalu menghela nafas, dengan nada yang lebih lembut dia mencoa memujuk putrinya itu

"Ria, maafkan ibu karena berteriak oke? dan tolong singkirkan benda itu karena itu sudah bukan hal yang mnejadi kesukaan adik mu lagi" jelas Kirana dengan lembut mungkin

dia mungkin terlalu banyak pikiran sampai-sampai membentak putrinya ini 

"ah.. maafkan aku bu.. aku tidak tahu"

"kalau begitu jauhkan benda itu ya? lain kali, karena saudara mu tidak bisa melihat sembarangan oke?"

"baik bu.. sekali lagi aku minta maaf"

"kamu memang anak yang cepat mengerti ya Ria, terima kasih"

Riana pun memberikan kedua kue yang sudah dia siapkan sebelumnya untuk Revan pada pelayan, sekarang Riana hanya bisa menunduk kepalanya karena malu

"Kemarilah Ria" ajak Kirana sambil melambaikan tanganya untuk meminta Riana mendekat dengan girang

"Baiklah Ria, perkenalkan dirimu lagi pada adikmu ini"

"Baik Bu, Hay Revan perkenalkan nama ku Riana dan aku adalah kakak perempuan mu" ucap Riana sambil menyodorkan tanganya sebagai tanda perkenalan

Revan awalnya sangat ragu dan hanya menatap tangan kakak perempuan nya itu dalam waktu yang cukup lama, sedangkan Riana yang tidak di terima jabat tangannya perlahan menurunkan tanganya tersebut

Melihat itu tentu Revan merasa bersalah dan berkata dengan nada rendah "ma-maafkan aku kak.. aku tidak.. tidak ada Maksud apapun.. hanya.."

"Tidak apa-apa, aku paham kok" ucap Riana yang memaklumi nya

Kirana yang melihatnya pun tersenyum puas melihat interaksi keduanya yang mulai terbangun, karena sebelumnya keduanya tidak dekat sama sekali.

Riana dan Revan sebelumnya sangat sering konflik dimana Riana sering mempermasalahkan hal kecil yang dilakukan oleh Revan, tapi terkadang Revan yang memang jahil pada kakak nya tersebut yang membuat mereka sering bertengkar

Tapi setelah ini Kirana berharap semuanya bisa berjalan dengan baik dimana Riana benar-benar membuka hatinya untuk adiknya tersebut, dan Revan sediri bisa kembali tersenyum pada mereka semua seperti dulu

"Oh ya Revan, Ria" seketika keduanya melirik pada ibu mereka "ibu mau ganti baju dulu oke? Revan sama kakak dulu ya?"

Revan tentu tidak langsung setuju, dia khawatir jika di tinggal. Bukan tanpa alasan tapi dirinya takut akan lebaps kendali atas sihirnya kembali ketika di tinggal oleh orang yang dia kenal, lalu melukai kakak nya ini

Walaupun sudah di kenalkan sebagai kakak, Revan tentu tidak langsung nyaman dan rasa kewaspadaan nya sama ketika dia bertemu dengan orang asing.

Kirana yang merasakan cengkraman tangan Revan menguat akhirnya menyentuh kedua tangan Revan ini, dengan nada lembut Kirana membujuknya "ibu tidak lama kok, bersama dengan kak Ria dulu ya? Nanti kita makan, oke?"

Butuh beberapa saat Revan berfikir dan sesekali bolak-balik menatap Kirana dan Riana, yang akhirnya dia setuju "... Baiklah"

"Revan anak baik, Ria kamu jaga adikmu baik-baik ya"

"Baik Bu"

"Fufufu, kalian memang anak yang manis dan baik, kalo begitu ibu pergi dulu oke?"

"Ya" jawab Riana dengan semangat, sedangkan Revan menjawabnya dengan ragu-ragu

I Don't Want All This [Setiap Hari Minggu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang