Bagian 2

789 124 4
                                    

.

Jangan lupa Vote dan Komen
okeyy👍

_____________________

Happy Reading
_____________________

Sudah lebih dari seminggu Freen mengobrol dengan Becky melalui telepon, namun mereka belum bertemu karena Freen selalu menolak dengan berbagai alasan.

Sebenarnya Freen juga ingin bertemu dengan Becky, tetapi ia selalu merasa bersalah karena dekat dengan perempuan lain disaat ia telah memiliki pacar.

Seperti saat ini, Freen sedang mengobrol dengan pacarnya melalui telepon, tentu saja Freen merasa senang karena pacarnya sangat susah untuk diajak telponan.

"Sayang kenapa kamu diam?"
Tanya seorang perempuan dari telepon.

Freen yang sedang melamun tiba-tiba tersadar, "Eh iya sayang?" Freen berusaha menjawab dengan santai.

"Kamu lagi mikirin sesuatu ya?"
Tanya perempuan itu lagi.

"Enggak sayang, aku cuma lagi mikirin kamu aja."
Ucap Freen dengan berbohong.

Freen berusaha menyingkirkan Becky dari pikirannya, ia tidak mau menjadi orang yang brengsek karena menduakan pacarnya.

Meraka hanya mengobrol selama kurang lebih 30 menit, karena tiba-tiba pacarnya Freen dipanggil orangtuanya sehingga membuat perempuan itu memutuskan panggilan begitu saja.

Pacarnya Freen masih berumur sekitar 17 tahun, sehingga membuat Freen harus selalu berusaha mengerti dan memahami kesibukan perempuan tersebut.

Meskipun Freen terkadang merasa tidak di prioritaskan oleh sang pacar, tetapi rasa sayang Freen kepada pacarnya begitu besar sehingga membuat Freen selalu mengalah setiap mereka mempunyai masalah.

Freen akui ego pacarnya sangat besar, tapi Freen berusaha memaklumi hal tersebut karena ia sendiri pernah berada di umur segitu. Jadi yang bisa Freen lakukan hanyalah berusaha sabar dan berharap pacarnya tersebut bisa segera sadar.

Saat ini Freen sudah memasuki usia 20 tahun, ia selalu berusaha mengatasi setiap masalah dalam hubungan dengan dewasa. Tetapi lagi-lagi ego pacarnya terkadang melukai dirinya, tak jarang ia menangis karena pacarnya tersebut.

•••••


4 Hari kemudian

Didalam kamar terlihat seorang perempuan yang sedang duduk dipinggir kasurnya, wajah perempuan itu terlihat seperti sedang berpikir keras.

"Gue hubungi aja kali ya."
Ucap perempuan itu sambil menggenggam ponselnya.

"Tapi masa iya gue tiba-tiba chat dia lagi setelah hilang beberapa hari."
Lanjut perempuan itu.

"Bodoamat deh, yang penting gue jangan sampai kehilangan Becky."
Ucapnya sambil mengetik beberapa kalimat di ponselnya.

Setelah berhasil mengirimkan pesan, perempuan itu buru-buru keluar dari aplikasi tersebut dan menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia takut Becky merasa dipermainkan karena ia sering hilang-hilangan.

Terdengar bunyi ketukan pintu sehingga membuat perempuan itu berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu kamarnya untuk membuka pintu.

"Itu didepan ada Sergio."
Ucap mama Freen.

"Gio? Ngapain tuh anak kesini?"
Gumam Freen yang dapat didengar oleh mamanya.

"Loh? mama kira kalian memang sudah ada janji."
Ucap mama Freen lagi.

"Yaudah suruh Gio tunggu dulu ma, aku mau siap-siap."
Ucap Freen kepada mamanya.

Setelah melihat mamanya pergi dari depan pintu kamar, Freen kembali menutup pintu kamarnya dan mulai bersiap-siap untuk menemui Sergio didepan rumahnya.

Freen menatap pantulan dirinya didepan cermin, ia hanya mengenakan pakaian yang cukup simple yaitu celana panjang dan juga baju kaos.

Ia berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ke depan rumah, didepan rumah ia melihat seorang pria yang berdiri tidak jauh dari pintu sambil fokus bermain ponsel.

"Ngapain lo kesini?"
Tanya Freen dengan jutek.

"Santai dong, gue mau curhat sama lo."
Ucap Pria itu sambil menyimpan ponselnya.

"Yaudah ayo kita ke tempat biasa."
Balas Freen sambil menutup pintu rumahnya dan pergi menggunakan motornya.

Mereka pergi menggunakan motor masing-masing, mungkin orang-orang yang melihatnya akan sedikit heran karena merepotkan. Tetapi bagi mereka itu adalah hal yang biasa.

Beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari rumah mereka, Cafe itu juga buka dari jam 10 pagi hingga 11 malam. Namun cafe itu tidak terlalu ramai disaat siang hari seperti ini.

"Lo mau cerita apa memangnya?"
Tanya Freen dengan serius setelah mereka memesan minuman.

"Gue kan lagi suka sama seseorang, tapi orangnya itu udah punya pacar."
Jelas Gio sambil menatap Freen.

Freen yang merasa tertarik langsung memotong ucapan Gio, "Jadi lo suka sama pacar orang?!" Tanya Freen.

Freen mulai menyimak cerita Sergio dengan seksama, sambil sesekali memakan kentang goreng yang mereka pesan. Sedangkan Sergio terlihat sangat antusias bercerita apa yang pria itu alami.

Hingga akhirnya Freen mulai bisa menyimpulkan jika temannya itu sangat nekat masuk kedalam hubungan orang, bahkan temannya membuat pasangan tersebut saling bertengkar.

"Gue ga bisa nyalahin yang lo lakukan, tapi lo juga pasti tau yang lo lakukan itu salah kan."
Ucap Freen dengan tenang.

"Tapi pacarnya juga masih dekat sama masalalu, ga salah kan gue aduin ke dia."
Jawab Sergio yang berusaha membela dirinya.

"Gue ga bisa nyalahin lo karena disini kita sama-sama brengsek."
Lanjut Freen dengan wajah yang mulai berubah menjadi sendu.

"Lo masih bingung sama apa yang harus lo lakukan?"
Tanya Sergio yang dapat memahami keresahan hati temannya.

Freen menganggukan kepalanya dengan lemah, "Gue bingung banget Gio, disatu sisi gue punya kesempatan karena dia sudah putus sama pacarnya, tapi disisi lain gue belum siap ngelepasin pacar gue." Lirih Freen yang sangat bimbang.

"Lo ikutin aja kata hati lo seperti yang gue lakukan, jangan pikirkan itu salah atau benar."
Saran Sergio dengan santainya.

~~~~~~~~~~~~~~~

Bersambung

~~~~~~~~~~~~~~~

Sabar yaa buat yang nungguin cerita author, tapi author usahakan untuk bisa update

Jadi jangan lupa Vote buat hargai usaha author yaa...

.
.
.
.
.

Right Person Wrong TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang