Semua orang terkagum-kagum saat melihat putri mereka yang cantik, memandang segala sesuatu dengan rasa ingin tahu. Segala sesuatu adalah hal baru baginya, para dewa menganugerahinya pengetahuan tentang setiap bentuk, tetapi tidak tentang benda-benda yang dibuat oleh manusia.
Pasar itu sungguh menarik perhatian, Maharani terkekeh melihat mata gadis itu yang penasaran mengamati segala hal. Tangga istana dipenuhi bunga, Yuvraj Aditya memastikan kaki saudara perempuannya tidak akan menyentuh tanah yang keras.
Saat Sagarika menaiki tangga, ia disambut oleh saudara laki-lakinya dan menteri lainnya. "Ayo, adik. Biar aku yang mengajakmu berkeliling." Kata Aditya sambil meraih tangan adiknya dan mengajaknya bersamanya.
Sagarika melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu dan Aditya terkagum dengan kelucuannya. Dia tampak seperti bayi yang penasaran dan mencoba memahami semuanya.
Saat dia berjalan melewati tempat tinggal, dia menabrak sesuatu. "Itu cermin." Aditya terkekeh.
"Sebuah cermin?" tanyanya. "Ya, itu menunjukkan refleksi kita, wujud kita yang paling sejati, lihat itu aku dan itu kamu," kata Aditya.
"Itu aku?" tanyanya sambil menatap pantulan dirinya. Ini pertama kalinya dia melihat dirinya sendiri. "Ya, mungkin manusia paling sempurna di planet ini." Kata Aditya.
"Putri, sudah waktunya mandi adatmu. Kemarilah," panggil Maharani.
"Saya pamit dulu, sampai jumpa Madhavika." Aditya menepuk kepalanya lalu pergi.
"Ayolah putriku," panggil Maharani lagi.
Mandi adatnya adalah dengan mengoleskan kayu cendana ke seluruh tubuh, lalu mandi dengan susu dan setelah mandi air, para pelayan memijat kulitnya yang lembut dengan minyak wangi. Setelah itu, mereka mempersiapkannya dengan mengenakan pakaian mewah dan perhiasan baru.
Setelah Sagarika selesai mandi, Maharani memberikan sakramen Mahadev kepadanya sambil berpikir jika ini pertama kalinya ia memakan sesuatu maka sebaiknya sesuatu itu murni dan suci, Sagarika merasa senang dan bahagia setelah memakan sakramen itu dari tangan Maharani.
Tiba-tiba Vasudev Shri Krishna memasuki ruangan dengan gembira. "Salam Dwarikadheesh." Kedua wanita itu menyapa.
"Salam, saya datang ke sini untuk bertemu teman saya." Kata Krishna sambil menunjuk Sagarika. "Teman?" tanya Sagarika polos.
"Ya, sahabat adalah seseorang yang bisa kau ajak berbagi kebahagiaan dan kekhawatiran. Seseorang yang selalu bisa kau andalkan." Kata Krishna. Entah mengapa, ia meletakkan kedua tangannya di belakang punggung.
"Baiklah kalau begitu aku akan meninggalkanmu pada temanmu." Kata Maharani lalu pergi.
"Ini aku belikan hadiah buat kamu," kata Krishna sambil menunjukkan tangannya yang sedang memegang seekor burung beo berwarna hijau terang. Paruhnya semerah tomat.
Krishna memberikan burung beo itu kepada Sagarika yang memegangnya dengan gugup, tetapi segera merasa nyaman dengannya. "Apa namanya?" tanya Sagarika.
"Tarun." Ucap burung beo itu, mengejutkan Sagarika. "Kau bisa bicara?" tanya Sagarika heran.
"Ya, sebenarnya sangat baik." Kata burung beo itu.
"Saya biasa membaca Upanishad bersamanya, saat kami berada di Dwarka. Itulah sebabnya dia dapat berbicara dengan sangat mendalam," kata Krishna.
"Bagus sekali, terima kasih." kata Sagarika. "Jangan sebutkan itu." Krishna tersenyum.
"Tapi aku tidak punya apa pun untuk diberikan kepadamu. Bagaimana aku bisa membalas budi ini?" kata Sagarika.
"Lihatlah, dalam persahabatan sejati, tidak ada kewajiban untuk membalas apa pun," kata Krishna.
"Tapi serius, aku ingin memberimu sesuatu sebagai tanda terima kasihku," kata Sagarika. "Jangan khawatir," kata Krishna.
"Dia suka Makhan!" kata Tarun si burung beo. "Tarun!!" kata Krishna dengan ketegasan palsu.
Burung itu terbang menjauh dari genggaman Sagarika dan hinggap di Lampu Gantung di atas kepala mereka. "Burung pintar. Aku akan mengambilkanmu Makhan." Sagarika terkekeh dan pergi keluar ruangan.
~~~
Disini sengaja saya tidak mengubahnya karena agar terlihat benar-benar seperti diterjemahkan. Saya tidak ingin melebih-lebihkan apa yang sudah di tuliskan oleh penulis asli. Maka dari itu, saya membiarkan tetap sama.
Bagaimana menurut kalian cerita ini? Aslinya memang pendek bab-babnya, karena sang penulis asli tak menyukai cerita yang kiranya sampai lebih dari 1000 kata. Itu menurut saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Of Love (TERJEMAHAN)
Fiksi SejarahBUKU MAHABHARATA TERJEMAHAN, KARYA ASLI MILIK @Captain_Sham. ~ Dipaksa menikah di usia muda, terjebak dalam perjudian yang salah, dipermalukan di hadapan laki-laki, dia punya banyak alasan untuk tidak tinggal bersamanya, tetapi dia tetap melakukanny...