prolog

202 25 0
                                    

Angin sepoi-sepoi di sore yang cerah sungguh mengasyikkan jika ditemani secangkir kopi.

"Seruput seruput ah, sungguh nikmat sore ini tanpa gangguan mahluk terkutuk."

Baru saja Gojo mensyukuri ketenangannya, tiba-tiba dari arah selatan terdengar ledakan keras.

Dengan reflek, Gojo segera berlari menuju tempat kejadian ledakkan tersebut. Untung tidak ada korban jiwa di tempat yang sudah hancur belur itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa begitu tiba-tiba? dan apa yang menyebabkannya?" ucap Gojo di dalam hati.

Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dalam benak Penyihir rambut putih itu, sungguh kejadian aneh, namun sesaat kemudian Gojo mulai merasakan keberadaan mahluk terkutuk.

"Ayo keluarlah! Aku ingin melihat rupa jelek mu itu."

"Ayolah sini kita bermain."

Lama Gojo memutari puing-puing bangunan sembari mengikuti hawa mahluk terkutuk itu.

"Aku mulai bosan deh... Kalau kau tak mau unjuk diri, akulah yang akan menarik mu!"

Srett, Gojo dengan kecepatan tinggi langsung menarik dan mencengkeram leher panjang mahluk hitam berisik kadal tersebut.

Senyuman jahat mengembang di ujung bibir Gojo, mahluk terkutuk yang malang itu memasang wajah memohon setelah tau siapa yang menangkapnya.

"Apa-apaan ekspresi jelek itu!"

Gojo menendang mahluk kadal itu ke langit oranye dengan tendangan tanpa dosa.

Dan kesialan yang tak terduga terjadi ketika Gojo melangkah pergi dari bangunan hancur tersebut.

Sebuah lubang antah-berantah langsung menarik Gojo kedalamnya, seperti jatuh dalam kehampaan yang tak berujung. Gojo berusaha untuk mengontrol gerakannya sendiri dan berjaga-jaga jika nanti akan mendapatkan serangan dadakan.

Bukanya serangan dari mahluk kuat yang diharapkan Penyihir kuat tersebut, ia malah terlempar keras semakin dalam dan dalam.

Gojo kemudian melakukan gerakan iconic nya untuk menggunakan perluasan domainnya untuk mengakhiri lubang perosotan ini.

Sebelum Gojo menggunakan teknik kutukannya, dia diganggu oleh cahaya terang yang langsung menabrak wajahnya.

Hal pertama kali yang dia rasakan adalah hembusan angin kuat dari bawahnya, bagai jatuh dari tempat yang begitu tinggi.

Indra tajam Gojo menangkap sesuatu dibawah nya, itu adalah batu-batuan besar yang siap mengangkat tubuh sang Penyihir.

Dengan cekatan, Gojo mendarat dengan selamat diatas batu besar.

"Apa-apaan tadi itu, untung saja aku bergerak cepat. Dan sepertinya aku berada di pinggir sungai."

Tak jauh dari kumpulan batu-batu raksasa yang serupa terdengar aliran lembut air.

"Tapi entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dari tempat ini."

Gojo berjalan mengikuti aliran sungai sambil bersenandung pelan. Aliran sungai nyaring ditambah dengan suara-suara serangga bisa memecahkan kesunyian disekitar.

dua jam Gojo berjalan tanpa istirahat, kini dari kejauhan ia melihat adanya bangunan, ia berniat untuk istirahat disana.

Semakin dekat ke arah bangunan itu semakin jelas bahwa bangunan itu adalah sebuah katedral.

"Huh? Bukankah ini katedral, apakah ada orang yang beribadah di penghujung hutan ini, aneh sekali."

Didalamnya tak jauh berbeda dari gereja-gereja pada umumnya, barisan kursi kayu panjang dan karpet merah bergaris coklat membentang ditengah hingga ke depan patung Yesus yang tersalib.

Gojo duduk di kursi barisan tiga sambil memandangi isi dari gereja tersebut.

"Wah sepertinya ada tamu yang tak diundang masuk kemari."

Gojo menoleh kebelakang melihat siapa yang masuk, ada dua orang pria dengan bekas luka di wajah mereka. Mereka berdua memakai pakaian putih polos panjang yang sama.

"Oh, apakah kalian Pastur di sini? Kalau iya kebetulan sekali aku ingin bertanya sesu..."

Dengan cepat, tangan Gojo menangkap sebuah pisau yang dilempar tepat di wajahnya.

"Eh? Orang asing ini lumayan juga."

"... bukankah kalian seorang Pastur, tapi kenapa kalian seperti hendak mencelakai ku?"


jujutsu kaisen x killer peterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang