chapter 3

146 22 3
                                    

"kyaa, lihat pangeran tampan sekolah kita sudah datang."

"Aku beruntung karena bisa sekelas dengannya."

Hal yang biasa didengar oleh Kim Sun-Gu setiap kali dia melewati lorong sekolah Glory.

Sekolah yang terlihat normal seperti sekolah SMA Pada umumnya, tapi menyimpan rahasia gelap yang tak banyak orang tau.

Dalam benak Kim Sun-Gu masih dipenuhi dengan tanda tanya soal pertemuan aneh dengan orang yang tak biasa.

Seorang pria berambut putih dan memakai pakaian hitam, yang paling mencolok darinya adalah kain yang menutup matanya.

Semakin memikirkan bagaimana orang asing itu bisa menumbangkan dua pembunuh Glory tingkat B seorang diri, semakin yakin kalau orang itu bukanlah orang biasa.

Dan juga bukan sekedar seorang profesional yang datang untuk menguji adrenalin.

Seorang buta yang berpenampilan nyentrik dan mencolok.

Tidak, entah kenapa benak Peter mengatakan kalau pria itu tidak buta sama sekali.

Yang paling mengganjal pikiran Kim Sun-Gu adalah "bagaimana pria itu bisa pergi tanpa meninggalkan jejak?"

Atau "bagaimana kedua killer itu tumbang tanpa luka sama sekali, dan mereka hanya pingsan saja."

Kim Sun-Gu mencoba memutar otaknya untuk menemukan cara Gojo melakukannya.

"Kim Sun-Gu selamat pagi."

Lamunan Kim Sun-Gu segera buyar setelah mendengar sapaan dari rekannya, Lee Yuna.

"Tumben melamun, kau memikirkan apa?"

"Tidak, aku hanya tidak sabar untuk mendapat misi baru."

"Daripada berdiam diri seperti orang pemalas, mending kita cari tau misi kita selanjutnya."

Kim Sun-Gu hanya mengangguk sebagai jawaban dan mengikuti Yuna untuk misi baru.

Sementara itu di tempat lain, sang penyihir berjalan bebas dibawah langit sore dengan kopi yang dibawanya.

Dia mengganti kain penutup matanya dengan kacamata hitam agar tidak berpenampilan mencolok.

Langit oranye, segelas kopi, dan berjalan dipinggir jembatan membangkitkan ingatan sebelum kejadian ini terjadi.

Hal yang terlihat sama tetapi tidak, dunia yang dikenalnya dari balita adalah dunia yang dipenuhi oleh mahluk terkutuk.

Mahluk jahat yang tercipta tidak lain dari manusia itu sendiri.

Tapi di bumi yang ia pijak saat ini seperti kebalikannya.

Tidak ada mahluk gaib yang mengancam kesehatan manusia ataupun seseorang yang memiliki kemampuan penyihir.

Mereka tidak memiliki itu sama sekali, ini membosankan tapi juga tenang diwaktu yang sama.

"Apakah ini yang kamu inginkan Geto?"

Kenangan lama yang tidak ingin ia ingat lagi muncul kembali.

"Meski demikian tapi, tidak adanya mahluk atau kekuatan terkutuk bukan berarti dunia akan damai."

"Geto, walaupun kau teguh akan pendirian ini. Tapi lihat dunia ini sekarang, memang pada dasarnya masalah terjadi karena manusia itu sendiri."

Gojo Satoru terkekeh sambil melihat langit oranye hangat, berharap teman masa lalunya itu bisa mendengar sarkas nya walaupun sudah berada di alam lain.

Mata biru tajam Gojo menangkap sesuatu yang mencurigakan dari seseorang yang memakai jaket hitam.

Seorang pria muda yang mungkin berusia 17-18 tahun, dan pastinya anak sekolahan.

Mata ajaib Gojo menangkap niat jahat dari remaja itu.

Diam-diam ia mengikuti bocah sekolahan yang terlihat polos tapi memiliki niat yang tidak baik.

Bocah itu berhenti lalu melihat ke kanan-kiri seperti memastikan sesuatu.

Dia masuk ke dalam semak dan menunggu targetnya.

Dan seperti yang Gojo duga, bocah itu langsung menyergap seorang pria yang mengenakan pakaian sekuriti dengan pisau lipat.

"Hey hey!! Apa yang kau lakukan?"

Remaja itu terkejut dan menampilkan ekspresi panik karena aksinya ketahuan.

"Jatuhkan pisau itu dan biarkan bapak itu pergi."

Bocah itu memasang ekspresi marah dan menodongkan pisaunya ke arah Gojo.

"....bocah sialan ini tak pernah diberi Pelajaran sopan santun ya?"

Dengan seringai merendahkan yang menambah kemarahan remaja jaket hitam itu.

Baru saja remaja itu hendak menyerang pria tinggi sombong didepannya sekarang.

Tapi justru kurang dari hitungan detik, wajah milik bocah itu ditutup oleh telapak tangan Gojo.

Dan langsung saja ia pingsan karena energi kutukan yang mengalir masuk ke tubuhnya dan menciptakan rasa sakit luar biasa.

Bapak sekuriti itu bebas dan dia berterima kasih banyak pada Gojo karena menyelamatkan nyawanya.

Tapi Gojo merasa sedikit menyesal melihat tubuh remaja yang tidak sadarkan diri dan kemudian meminta sekuriti untuk menghubungi rumah sakit setelah memastikan bahwa anak itu masih hidup.



















jujutsu kaisen x killer peterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang