2. whose fault?

249 42 9
                                    

──────────────────
chapter 2: whose fault?
──────────────────

Sunghoon seringkali mengutuk sikap impulsifnya yang selalu terpacu ketika sedikit dipancing. Seperti yang terjadi waktu lalu, ketika Jake dengan tololnya membuat taruhan bahwa ia harus menggunakan rok kalau ia benar naksir pada seseorang bernama Park Jongseong itu.

Bukan, bukannya Sunghoon mulai ragu terhadap dirinya sendiri.

Ia dapat jamin seratus persen kalau ia tidak akan jatuh dalam pesona Jongseong yang bahkan tidak ada itu.

Namun, gara-gara taruhan tersebut, ia jadi seringkali tanpa sadar memikirkan Jongseong secara lebih. Bukan! Bukan maksudnya ia mulai tertarik, sumpah. Tapi, entah kenapa karena overthinking terhadap keberadaan taruhan tersebut, Sunghoon jadi punya pandangan berbeda tiap kali melihat Jongseong. Bayangan bahwa ia harus menggunakan rok di depan Jongseong buat sekujur badannya merinding sendiri. Dan Sunghoon benci akan hal itu.

Seperti sekarang ini, hari ini adalah hari Senin, lagi. Hari kesialan bagi seorang Park Sunghoon. Dan sudah dapat dipastikan bahwa Park Jongseong membuat ulah lagi.

Kali ini, ia tidak telat sih, tapi atribut seragamnya yang tidak lengkap membuat ia berakhir membersihkan lapangan dan mengumpulkan sampah bersama murid-murid lain.

"Lo nggak ada niatan buat bantuin gue gitu?" tanya Jongseong dengan raut wajah songongnya seperti biasa.

"Kenapa juga gue harus ngebantuin lo?" balas Sunghoon tak mau kalah. Salah satu alisnya naik, sedangkan badannya saat ini tersandar pada tembok sekolah sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Padahal, tugasnya hanya mengawasi supaya tidak ada yang kabur, bukannya malah berakhir adu argumen dengan Jongseong. Kenapa juga Sunghoon kedapatan mengawasi area yang ada Jongseong-nya?

"Lah, liat apa yang gue lakuin: mungutin sampah. Yang tujuannya tuh supaya sekolah kita bersih dan gak ada sampah berserakan. Padahal ini mah tanggung jawab seluruh warga sekolah, artinya lo juga termasuk," jelas Jongseong panjang lebar. "Ketua OSIS yang baik tuh bakal ngejaga kebersihan sekolahnya sih."

"Maksud lo, gue bukan ketua OSIS yang baik gitu?!"

"Gue sih nggak bilang gitu ya." Jongseong mengendikkan bahunya. "Well, if the shoe fits, wear it."

"Tai banget lo," balas Sunghoon penuh dendam.

Tiba-tiba mata Sunghoon terfokus pada sebuah botol minum plastik di dekatnya. Iseng, ia tendang botol tersebut dengan harapan memberi 'hadiah' pada wajah rupawan Jongseong.

'Rasain lo, Park Jongseong, siapa suruh ngeselin banget jadi orang,' batinnya licik.

Jongseong yang berada tepat di depannya heran karena Sunghoon malah senyum-senyum sendiri tanpa alasan. Tapi, ia malas pikir lebih jauh karena Park Sunghoon itu memang aneh. Mungkin otaknya lagi konslet.

Naas, bukannya mengenai target awal, justru salah satu guru yang terkenal killer jadi korban.

Entah jatah keberuntungan Sunghoon sudah habis atau dia memang selalu sial, tapi botol yang ditendang Sunghoon meleset dan malah menghiasi kening mulus Pak Yoongi. Kenapa juga Pak Yoongi harus lewat di koridor dekat mereka sih, ya Tuhan...

Pak Yoongi mengambil botol yang mengenai kepala berharganya dan menoleh ke arah sumber pelemparan, yang mana adalah tempat Sunghoon dan Jongseong berdiri. Raut wajah Pak Yoongi sudah sangat menyeramkan bagai raja hutan yang menemukan mangsanya.

"Siapa yang ngelempar botol ini?!" teriak Pak Yoongi penuh amarah.

Sunghoon gemetaran setengah mati. Bahkan untuk melihat keadaan Jongseong saja tak mampu. Mungkin si berandal itu sudah tertawa terbahak-bahak dalam hati sambil berkata, 'Mampus lo, Sunghoon!' atau ia sudah siap untuk mendukung Pak Yoongi memberi hukuman berat sebagai ganti dendamnya itu.

rascal | jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang