──────────────────
chapter 4: drives me crazy
──────────────────Sepulang kemarin, Jongseong benar menepati janjinya untuk mengantar Sunghoon hingga tepat depan rumahnya. Meskipun Sunghoon juga baru mendapatkan fakta bahwa rumah mereka tidak satu arah.
Seharian mendapatkan berbagai princess treatment dari Jongseong membuat Sunghoon nyaris gila.
Bahkan ketika sosok Jongseong sudah menghilang dari pandangannya, jantungnya masih enggan berdetak normal. Tapi, Sunghoon percaya, bahwa ini semua hanyalah rangkaian fatamorgana yang timbul dari perbuatan baik Jongseong yang memang biasanya tidak pernah muncul. Makanya, sekalinya Jongseong berbuat baik, seluruh organ tubuhnya bingung untuk bereaksi? Iya, kan?
Sunghoon juga nyaris melupakan taruhan yang dibuat oleh Jake dan Nicholas. Hahaha. Tenang saja, mana mungkin hati Sunghon selemah itu. Ia terlalu biasa menghadapi ribuan buaya kok.
Kalau hanya Park Jongseong mah bukan apa-apa.
Namun, menghabiskan waktu lebih bersama Park Jongseong memang tidak menjamin bahwa hubungan keduanya akan lebih baik, atau setidaknya, baik.
Jongseong masih Jongseong biasanya, yang songong, banyak tingkah, dan membuat Sunghoon kesal.
Seperti hari ini, OSIS kerap kali mengadakan razia bulanan terhadap barang-barang yang dinilai melanggar aturan karena menganggu konsentrasi belajar seperti rokok ataupun make up.
Tolong jangan protes Sunghoon. Sesungguhnya ia hanya menjalankan tugas.
Maka, ketika ia mendapati adanya satu boks gulungan tembakau tersebut di saku celana milik Jongseong—walaupun lebih tepatnya di bagian bokser—tanpa ragu ia lakukan penyitaan.
"Anjing, lo gila ya? Ngapain sampe ngeraba bokser gue segala?!" protes Jongseong kala jari-jari lentik Sunghoon mengambil satu boks rokok di saku boksernya. Ia tidak menyangka bahwa ketua OSIS-nya itu akan memeriksa hingga ke bagian dalam.
Park Sunghoon memang gila.
"Lo pikir gue tolol? Orang-orang kayak lo yang punya otak licik gak bakalan bisa ngebodohin gue," jawab Sunghoon tak kalah songong.
Jongseong menghela napas panjang. "Balikin."
"Balikin apa? Barang ini, maksud lo?" balas Sunghoon tak mau kalah. Lengannya terangkat hingga menunjukkan sebuah kotak dengan peringatan sejumlah penyakit yang tergenggam oleh tangan kanannya mesra. "Coba aja kalau bisa."
"Lah, nantangin?"
Jongseong maju selangkah dengan kepercayaan diri tinggi mendekati Sunghoon. Namun, Sunghoon jauh lebih cekatan. Sebelum sempat Jongseong raih, ia lempar bungkus rokok tersebut ke arah salah satu rekan OSIS-nya.
"Jisung, tangkep!"
"Eh?" Jisung yang belum sempat mencerna perintah dari ketua OSIS-nya itupun bingung. Untungnya, sebagai salah satu anggota ekstrakulikuler bola basket, refleksnya terhitung salah satu yang terbaik.
Hal tersebut buat Jongseong geram. Pasalnya, ia merasa sangat dipermainkan sekarang. "Jisung, kembaliin punya gue."
"Hah, dikembaliin nih, Hoon?" tanya Jisung bingung. Di satu sisi, si berandalan mulai memelototinya sangar agar barangnya segera dikembalikan. Sedangkan, sebagai salah satu anggota OSIS yang baik, ia masih harus mengikuti perintah ketua OSIS-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rascal | jayhoon
FanfictionSatu kali, Jongseong telat dan coba panjat pagar sekolah. Dua kali, Jongseong tepergok selundupkan rokok di saku boksernya. Tiga kali, Sunghoon mulai berpikir bahwa Tuhan mengirim biang onar sekolah itu supaya ia pusing tujuh keliling dengan segala...