ILLNESS

4 3 0
                                    

Kamu tahu? Kita bertemu tepat di persimpangan. Hallo! Adalah sapaan terbaik yang bisa aku katakan. Kamu tersenyum ringan menanggapi sapaanku yang enggan. Lalu, kita sama-sama memilih arah yang sejalan.

Sial! Kuharap aku bisa putar balik, nyatanya tidak. Kuharap banyak hal membahagiakan menantiku di ujung sana, tapi tidak dengan bersamamu. Maaf, tapi kamu terlalu lancang memilih jalan bersamaku.

Di jalan ini, bunga sakura gugur. Itu sangat menyakitkan. Harapanku kosong. Walau gugur, kuharap tidak layu. Lalu, kapan akan mekar lagi? Terus terang saja, aku bukan orang yang sabaran. Kukira sakura akan mekar merekah seperti yang dilihat orang. Tapi sakuraku–di jalan ini–sangat tak sesuai harapan. Aku melihatmu yang juga menatapku. Apa ini ada hubungannya denganmu?

Argh, aku kesal!

Aku sering mendengar tentangmu dari orang-orang. Jujur saja, dari semua yang kudengar, tak ada yang layak tentangmu.

Jahat sekali.

Kupikir aku pun juga tak pantas mengatakan itu, karena aku juga bukan orang yang baik.

Hei! Kamu adalah satu hal yang tak pernah ada dalam rencanaku.

Berjalan bersamamu saja cukup mengacaukan hariku. Bagaimana dengan besok, lusa, dan seterusnya?
Aku membuang pikiran itu jauh-jauh, seolah kita akan bertemu lagi saja.

Cukup hari ini saja. Ya, cukup hari ini saja. Setidaknya itu harapanku sampai hari ini berakhir.

Namun keesokan harinya–masih di persimpangan yang sama, "Hallo! Apa kabar?" darimu, mampu membuat harapanku pupus. Lagi? Kita bertemu lagi?

Aku menghela napas kasar. Kamu menyambutnya dengan tawa riang. Seolah kita akrab saja.

Semenjak itu, kita bertemu setiap hari. Ayolah, setiap hari? Tak cukupkah kamu mengacaukan hariku sekali saja? Aku muak denganmu, tapi tampaknya kamu tidak begitu. Kamu mengambil tempat ternyaman dan duduk di sampingku.

Tanganku dingin, aku merasa sesak dan nyeri di ulu hati. Selalu begini. Aku mencoba memasang jarak padamu yang ingin mendekat. Sebab, efek yang ditimbulkan darimu bukanlah hal yang bisa kutangani.

Kamu merasuki hatiku, mengacaukan pikiranku, merusak rutinitasku, dan yang paling menyebalkan, kamu tidak ada dalam radar rencanaku.

Mudahnya, aku membencimu. Karena itu semua terasa menyakitkan dan membuatku resah.

Seperti serangga yang menyerang tumbuhan sehingga tidak jadi bertunas.

Dan dari sini, aku menyebutmu ILLNESS.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YAMAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang