• Bukan raganya tapi Batinnya •

8 1 0
                                    

Selamat baca Nelatvers!

Bagian 3

🌷
🌷

<<•°•°•°•°•°•>>

Seorang gadis tertunduk menatapi nisan yang tertulis nama 'Agniya Maharani, seseorang itu tidak lain tidak bukan adalah Shania. Biasanya hari Minggu Shania selalu mengunjungi makam ibunya tersebut.

Tangannya bergetar sambil menaburkan bunga ke atas tanah berumput itu, matanya menatap sendu batu nisan. Sakit rasanya, pelindung yang selama ini melindungi Shania dari kekerasan ayahnya kini tertidur di bawah gundukan tanah tersebut. Semesta mengambil satu-satunya tameng dan orang yang paling ia sayangi. Nyatanya semua benar-benar terasa berat.

Matanya panas saat memory kebersamaan ia dengan ibunya terputar. Ibunya yang mengusap punggung Shania saat mendapat luka cambukan, ibunya yang memeluknya saat sedang dalam titik terendahnya, ibunya yang mengusap air mata Shania kecil, merawat Shania kecil dan menjaga Shania kecil hingga tumbuh dengan baik.

Kepergian Agniya membuat Shania sangat terpukul. Semuanya semesta renggut darinya. Matanya yang sejak tadi panas itu mengeluarkan air. Shania menangis dengan keras sambil memeluk makam itu, semuanya ia keluarkan. Seperti anak kecil yang tengah menangis dan mengadu luka yang ia dapat pada ibunya.

"Ma..semuanya jahat, Aca mau pulang aja ikut mama. Aca capek semuanya aca pendam sendiri ma...kenapa mama ga ajak aca kalau mau tidur tenang? Aca juga mau istirahat bareng mama. Aca gak mau tanpa mama, semua makin berat ma, aku bukan baja ma aku kaca yang udah pecah saat mama ninggalin aku"

"Tuhan jahat ma, semesta jahat. Mereka ambil mama dari aku. Semuanya direnggut ma"

Shania saat itu tidak menyadari ada langit yang dari jauh menatapnya, awalnya ia ingin mengajak Shania pergi keluar bersama nya namun ia melihat Shania yang keluar lalu pergi menggunakan angkutan umum. Langit mengikutinya dan sekarang menatap iba Shania dari jauh.

"Ternyata luka Lo udah banyak ya Sha?"

Kaki langit berjalan ke arahnya, tangannya bergetar sambil memeluk gadis yang tengah memeluk makam ibunya. Rasanya sakit saat mendengar tangisan Shania semakin pecah saat ia memeluknya. Sebenarnya shania kaget dengan kedatangan langit yang tiba-tiba memeluknya namun ia tidak peduli, dadanya yang sesak akibat luka menerima pelukan langit dan menangis semakin kencang.

Langit semakin erat memeluk raga Shania yang lemah dan mengusap lembut punggung Shania. Ia tak pernah mengira luka Shania sedalam itu, gadis itu menyembunyikan semuanya dengan rapi dan memendamnya seorang diri.

"Langit, kenapa mama pergi? Kenapa mama ga ajak aku istirahat tidur dibawah sana? Padahal mama tau, aku ga pernah tidur tenang dirumah." Perkataan Shania seperti duri bagi langit, rasanya sakit mendengar gadis itu bertanya padanya yang bahkan baru tau lukanya.

"Udah ya Sha? Semua akan diambil oleh semesta pada waktunya. Setiap manusia punya masa nya sha, masa kamu sama mama kamu udah habis makannya semesta ngambil mama kamu. Mama kamu pasti tidak ingin melihat kamu terpuruk karena dia. Jadi bisa yu Sha? Bahagia demi mama kamu"

Bahagia demi mama? Shania tersenyum getir. 'emang aku bisa bahagia langit? Kamu bisa bahagiain aku? Pada akhirnya kamu juga manusia yang masanya akan habis.

Shania berdiri melepas tangan langit yang memeluknya lalu menatap lekat langit. "Kamu tau apa tentang aku? Yakin aku bisa bahagia? Langit Sagara Dwipta kamu yakin aku bisa bahagia?" Tanya Shania dengan suara yang bergetar.

"Bisa sha. Walaupun ga sepenuhnya setidaknya kita usahakan bahagia itu ya Sha? Sama aku? Mau kan?" Tanya langit

"Sagara. Panggil aku Sagara mulai sekarang. Panggilan itu hanya untuk orang spesial yang harus kenal bahagia" Shania tersenyum getir mencoba percaya akan bahagia yang langit tawarkan

SHANIA | Let's Gets Some Play On TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang