Bandar Udara Internasional Incheon.
Hari keberangkatan untuk liburan akhirnya tiba.
Ahyeon sudah mendapatkan izin dari Dokter Stella—dokter pribadi kandungannya—untuk melakukan perjalanan jauh, tentu saja dengan syarat ia tidak boleh terlalu lelah dan tetap rutin mengonsumsi vitaminnya.Aurora, yang selalu perhatian, bahkan membelikan kursi roda listrik khusus untuk Ahyeon, agar selama liburan kekasihnya itu tidak perlu banyak berjalan. Ia juga membawa Paman Lim beserta beberapa anak buahnya untuk memastikan keamanan Ahyeon selama perjalanan.
Saat ini, Ruka, Pharita, Asa, Ahyeon, dan Aurora tengah duduk di deretan kursi panjang, menunggu kedatangan Chiquita dan Rami. Take off dijadwalkan 40 menit lagi, namun belum ada tanda-tanda kemunculan keduanya.
Ruka mulai gelisah, wajahnya terlihat tak sabaran.
"Kenapa sih Rami sama Chiquita selalu aja bikin masalah? Kita harus segera check-in, tapi mereka belum kelihatan juga!" keluhnya kesal, melipat tangan di dada."Sabar, Unniee. Kalau pun ketinggalan pesawat, gue tinggal pesan tiket lagi." sahut Aurora santai, seolah tak terganggu.
Ruka memelototkan mata sipitnya ke arah Aurora, walaupun tatapan tajam itu sama sekali tidak menambah kesan menakutkan.
"Yak! Gue bukan masalah tiketnya! Gue cuma benci nungguin orang yang nggak on time. Itu ngebuang waktu gue, Aurora!" omelnya.Aurora hanya menatapnya malas.
"Ck! Ngaca dulu deh, Unniee. Lo sendiri baru datang lima menit lalu, sedangkan gue, Ahyeon, Rita Unniee, dan Asa Unniee udah nongkrong di bandara dari dua jam yang lalu, tapi gak ada tuh yang berisik kayak lo."Skakmat. Ruka tidak bisa membalas. Ia hanya mendengus kesal dan berpaling, memilih duduk di samping Pharita.
Pharita, seperti biasa, hanya tersenyum tipis melihat tingkah kekanak-kanakan sahabatnya itu.
"Makanya, Ruru... kamu itu harus lebih sabar dalam menghadapi situasi kayak gini. Lagi pula, kita masih punya banyak waktu," ucap Pharita lembut, menggenggam tangan Ruka dengan penuh pengertian."Iya... iya, aku diam," jawab Ruka setengah kesal.
Sementara itu, Asa duduk tenang, tak banyak bicara.
Ia sudah tahu kabar dari Chiquita sebelumnya—kalau sebenarnya Chiquita dan Rami sudah sampai di bandara, hanya saja mereka mampir ke toilet dulu. Rami ingin berganti pakaian karena merasa tidak cocok dengan outfit yang dipakainya.Tiga menit kemudian, tampaklah Chiquita dan Rami berjalan santai menuju kursi panjang, tempat para sahabat mereka sudah menunggu... dengan berbagai macam ekspresi di wajah masing-masing.
"Dari mana aja sih? Kebiasaan banget bikin orang nunggu!" seru Ruka begitu melihat kedatangan Rami dan Chiquita. Nada kesalnya tak bisa disembunyikan.
"Chiki tuh kesiangan bangunnya," jawab Rami santai, seolah tanpa beban.
"Yee, anak setan! Pinter banget lo nyalahin orang!" protes Chiquita kesal, tidak terima dijadikan kambing hitam.
Rami hanya tertawa kecil, menikmati reaksi Chiquita.
"Ya udah, ayo kita jalan. Kita harus segera check-in, 30 menit lagi pesawat kita take off," ucap Aurora. Ia segera bangkit dan mulai mendorong kursi roda listrik Ahyeon.
Walau kursi roda itu bisa bergerak sendiri, Aurora tetap memilih untuk mendorongnya secara langsung. Ia tak mau lengah sedikit pun dalam menjaga kekasihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Fiksi RemajaAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...