Lingling membuka sebuah kotak kayu tua yang telah lama tersimpan di dalam lemari. Ia melakukannya dengan penuh kehati-hatian, seolah khawatir barang di dalamnya akan rusak hanya karena sentuhan tangannya. Dari dalam kotak itu, ia mengeluarkan sebuah bingkai kecil yang berisikan lukisan dirinya. Senyum tipis tiba-tiba terukir di bibir Ling tanpa ia sadari saat matanya tertuju pada sosok di dalam lukisan itu, sosok dirinya beberapa tahun yang lalu.
Ketika Ling tengah larut dalam kenangan, suara mesin mobil dari lantai bawah menarik perhatiannya. Dengan cepat, ia menaruh bingkai tersebut di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Perlahan, ia berjalan mendekati jendela kamarnya dan mengintip melalui celah tirai. Di luar, sebuah mobil yang sangat dikenalnya berhenti tepat di depan rumah. Mobil itu milik Orm.
Tanpa berpikir panjang, Ling segera meninggalkan kamarnya. Kakinya melangkah cepat menuruni tangga, langkah-langkahnya menggema di sepanjang lorong rumah yang sepi. Tepat ketika ia sampai di lantai bawah, pintu utama terbuka, dan sosok Orm muncul, membawa serta energi ceria yang selalu menyertainya.
"Selamat pagi, P'Ling!" sapa Orm dengan nada ceria, seperti biasa.
"Selamat pagi," jawab Ling, senyumnya merekah, matanya tak lepas dari Orm yang tampak bersemangat. Ia kemudian menyadari kantong plastik yang Orm bawa di tangan kanannya. "Apa yang kamu bawa?" tanyanya penasaran, sambil mengikuti Orm yang berjalan menuju dapur.
"Sarapan untuk P'Ling, menu biasa kesukaan P'Ling." jawab Orm sambil menaruh kantong plastik itu di atas meja dapur.
Ling mengernyitkan dahi. "Huh? Kenapa beli sarapan di luar? Kamu tidak memasak hari ini?"
Orm tersenyum kecil, menatap Ling sambil mengeluarkan makanan dari dalam kantong. "Bukankah phi bilang masakanku tidak enak dan phi sudah bosan? Jadi, aku pikir mulai sekarang kembali membeli makanan kesukaan P'Ling."
Ling menatap Orm dengan ekspresi bingung. "Apa aku pernah bilang begitu?"
Orm hanya menatapnya, diam sejenak sebelum menjawab. "Phi bilang begitu dua hari yang lalu," ucapnya singkat sambil sibuk mempersiapkan piring dan sendok.
Ling menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, sedikit canggung. "Aku... Aku tidak ingat pernah bilang begitu," jawabnya sambil berpura-pura lupa. "Sebenarnya, aku lebih suka kamu tetap masak untukku. Aku lebih bosan makan makanan yang sama ini setiap hari."
Orm menoleh, menatap Ling dengan mata sedikit mencibir, namun suaranya tetap lembut. "Sungguh aneh..." gumamnya pelan. Ia tahu Ling sering berubah-ubah dengan ucapannya, dan kali ini pun tidak berbeda.
Ling hanya tersenyum kecil, tidak membalas. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan, diam-diam memperhatikan Orm yang sedang sibuk di dapur. Wajah Orm kini sangat berbeda dibandingkan dulu. Ling masih tidak habis pikir dengan fakta bahwa gadis culun yang dulu menjadi teman sekamarnya kini berdiri di hadapannya menjadi sosok dewasa dan percaya diri.
Tiba-tiba, Orm menyadari tatapan Ling yang tak berkedip ke arahnya. Ia menoleh dan bertanya dengan nada sedikit heran, "Apa ada yang salah dengan penampilanku, phi?"
Ling tersentak, langsung mengerjap cepat. "Huh? Tidak, tidak ada yang salah," jawabnya tergesa-gesa. "Aku cuma... menatap makanan yang kamu siapkan. Perutku sudah lapar," katanya, mencari alasan.
Orm tersenyum tipis, seolah mengerti tetapi tidak ingin memperpanjang masalah. "Mungkin hanya perasaanku saja kalau P'Ling tadi menatapku," gumamnya.
Tak lama kemudian, Orm menaruh sepiring makanan di depan Ling, lengkap dengan minuman. "Selamat makan, P'Ling," katanya lembut.
"Apa kamu tidak makan juga?" tanya Ling sambil menatap satu-satunya porsi yang ada di atas meja.
Orm menggeleng sambil tersenyum. "Aku sudah makan sebelum ke sini. Jadi, P'Ling aja yang makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown to You - LingOrm (END)
RomanceLingOrm - GxG Kita jatuh cinta di tengah badai ketidakpastian, ketika dunia berkata 'tidak', tapi hati kita bersikeras 'ya'