1. The Beginning

259 30 2
                                    

Disclaimer: Ide besar cerita ini bukan ideku pribadi. Karena kayanya udah banyak juga deh cerita dengan plot kayak gini. Tapi specifically aku mau bilang ini terinspirasi dari novel yang pernah aku baca tahun 2015-an, yang sayangnya aku lupa judulnya, penulisnya, bahkan siapa nama karakternya :( Jadi aku cuma inget plot besarnya aja yang akan aku adaptasi ke cerita ini. Tapi tentu beda kok, I promise...

Aku kurang yakin ini novel indonesia atau terjemahan, tapi aku baca bahasa Indonesia sih, cuma ya narasinya formal banget dulu. Kalo gak salah pemeran ceweknya inisial A dan pemeran cowoknya nama dan background characternya bule gitu. Kalo ada yang tau boleh bantu kasih tau ya biar aku kasih proper credit buat ide yang aku pake disini hehe.

***

"Aku bisa terlambat," Gyuvin bergumam, berdecak dan kemudian menghela nafas sambil membereskan buku, alat tulis, dan laptopnya dari atas meja perpustakaan dengan sedikit terburu-buru. Dia terlalu asik mengerjakan tugas sampai tidak sadar bahwa kelas Analisis Bisnis-nya akan mulai 10 menit lagi. 

Dan 10 menit itu tidak akan cukup jika dia tidak buru-buru pergi sekarang karena perpustakaan dan Fakultas Bisnis itu ada dari ujung ke ujung kampusnya. Dia harus segera berangkat sekarang dan mungkin sedikit berlari kalau dia tidak mau terlambat.

Setelah menumpuk buku terakhir di meja yang baru saja dia tempati —agar petugas perpustakaan lebih mudah menata ulang bukunya nanti—, Gyuvin segera meraih tas ranselnya dan berjalan menuju pintu keluar. Sedikit antri karena beberapa mahasiswa lainnya juga akan keluar dan mereka harus menempelkan kartu mahasiswa mereka satu persatu untuk absen keluar dari perpustakaan. 

Saat mengantri, Gyuvin sekuat tenaga menahan diri agar tidak menoleh ke sudut perpustakaan. Meskipun sebenarnya dari sudut mata dia bisa melihat dengan jelas wanita beramput panjang dengan suara tawa melengking dan memekakkan telinga itu. 

Disana, di atas lemari jati tua besar yang berisi buku-buku kuno terbitan lama, ada seorang wanita yang duduk santai, kakinya terjulur kebawah bersamaan dengan rambutnya yang terurai panjang hingga menyentuh lantai. Tawanya lirih tapi di satu waktu bisa memekik kencang dan mengganggu telinga. Setidaknya, telinga Gyuvin. 

Dan sebenarnya, itu bukan benar-benar wanita. Karena faktanya itu adalah hantu wanita

Gyuvin sudah kenal dengan dia sejak 3 tahun lalu, sejak pertama kali dia masuk kuliah disini. Namanya Elena, dia sudah menetap di perpustakaan ini sejak lama, mungkin sebelum kampusnya ini dibangun, yang artinya sudah hampir satu abad. Itu yang dia katakan sendiri pada Gyuvin 3 tahun lalu. Gyuvin sih tidak terlalu menanggapi karena menang dia tidak peduli

Dan yah. Gyuvin memang bisa melihat dan mendengar hantu. Menurutnya itu adalah sebuah kutukan yang dia miliki sejak kecil. Melihat makhluk makhluk yang ada diluar jangkauan indera manusia biasa. Mendengar suara dan jeritan mereka, terkadang teriakan marah. Mencium aroma mereka, yang jika Gyuvin beruntung itu akan beraroma bunga-bunga di pemakaman, namun jika tidak maka dia akan mencium bau terbakar atau bau daging busuk. Dia bisa merasakan mereka dengan indera, dan itu sangat mengganggu bagi Gyuvin sendiri. 

Tapi itu dulu. Dulu sebelum dia tau bagaimana harus menanggapi mereka— lebih tepatnya bagaimana harus TIDAK menanggapi mereka. 

Gyuvin kecil hingga remaja akan selalu terganggu dengan kehadiran hantu-hantu ini, mereka selalu mengganggunya. Hingga tahap itu bisa mengacaukan hidupnya. Gyuvin akan berteriak, menangis, menjerit karena hantu-hantu yang dia lihat dimanapun. Orang tua Gyuvin tau, tapi mereka juga sama frustasinya karena tidak ada hal yang mereka lakukan yang bisa mempan untuk mengatasi masalah ini. Mereka sudah membawa Gyuvin ke pskiater, dukun, dan bahkan ke tokoh agama. Tapi tidak ada yang berhasil. 

Whispers of The Unseen [GYUICKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang