Jaemin tersenyum kesal, anehnya Jisung malah menangkap senyuman itu sebagai senyuman sendu yang menyedihkan.
Jisung melengkungkan bibirnya, dia merasa bersalah matanya berkaca-kaca, dia mulai berpikir bahwa Jaemin pasti tidak mau dikatai sebagai pengemis tapi kenapa Jisung selalu mengatai Jaemin, pasti karena itu Jaemin sedih.
Huh, Jisung akan meminta maaf karena telah membuat Jaemin sedih.
"Panggil saja aku kak Jaemin," ucap Jaemin dengan senyum dipaksakan.
"Iya, kak Jaemin. Maaf ya, karena Jie selalu mengatai kak Jaemin pengemis padahal kakak pasti tidak suka dikatai! Jie sungguh bersalah!" Ucap Jisung dengan wajah sangat sedih.
Jaemin hanya mengangguk, iya dia merasa risih dengan titel pengemis yang Jisung sematkan pada dirinya. "Iya, tidak masalah!"
Jisung kini mulai berpikir apa yang harus dia lakukan agar Jaemin tidak merasa kecil hati, kemudian dia mendapatkan sebuah ide. Jisung tersenyum cemerlang saat merasa idenya sangat-sangat luar biasa.
"Kakak jangan sedih-sedih terus ya! Besok Jie akan lukis kakak agar kakak terus bahagia! Lukisan itu akan menjadi lambang pertemanan kita, hehe." Ucap Jisung dengan bersemangat, dia akan memberikan lukisannya sebagai hadiah pertemanan antara dirinya dan Jaemin.
Jaemin hanya mengangguk, Jisung itu tidak tahu apa-apa tentang dunia jadi Jaemin harus wajar saja dengan apa yang Jisung lakukan. Lalu, Jaemin sebenarnya bingung bagaimana kedua orang tua Jisung membesarkan Jisung? Lihatlah anak mereka terlalu polos menjerumus ke bodoh, sepertinya mereka terlalu protektif ke Jisung hingga membuat pria yang seharusnya sudah berpikiran matang malah berubah menjadi seorang pemuda cukup umur dengan pikiran kekanak-kanakan.
Jujur saja Jaemin tidak menyukai orang-orang seperti itu karena mereka terlalu merepotkan. Ya, Jaemin menganggap Jisung sangat merepotkan, lalu bayangkan jika Jisung hidup tanpa kedua orang tuanya pasti anak ini hanya akan menjadi beban bahkan mungkin saja Jisung tidak akan bisa bertahan di dunia yang kejam ini, sungguh sangat-sangat merepotkan bukan?
"Terserah kamu saja, Jisung!" Ucap Jaemin malas, sepertinya dia tidak akan mau lama-lama tinggal bersama Jisung di sini karena pemuda itu hanya akan merepotkan dirinya.
Jaemin dan Jisung memasuki kamar Jisung, kamar Jisung ini di dominasi dengan warna baby blue dan putih yang memberikan kesan imut dan manis di kamar ini, semua tata letak kamar ini begitu artistik. Jaemin merasa hal ini adalah hal wajar lagipula Jisung adalah seorang seniman sudah tentu dia sangat menyukai sesuatu yang memiliki nilai keindahan tersendiri.
"Kamar Jie bagus kan?" Tanya Jisung semangat, ini pertama kalinya Jisung memamerkan kamarnya dengan seorang teman. Jisung menganggap orang yang baru dia temui sebagai temannya yang paling akrab.
Sungguh sangat berbeda dengan pemikiran Jaemin yang menganggap Jisung sebagai anak merepotkan.
"Iya, kamar mu sangat bagus!"
Jisung mengangguk puas, "Kakak, bukankah rasanya tidak menyenangkan tidur dengan pakaian yang kotor itu! Kamar mandi ada di sebelah sana, kak Jaemin bisa menggunakan kamar mandi itu lalu Jie akan meminta paman teman untuk membawakan baju baru untuk kak Jaemin kenakan!" Ucap Jisung dengan antusias.
Jaemin mengangguk saja toh yang dikatakan Jisung benar. Baju Jaemin terlalu kotor lalu baju ini sudah penuh dengan kotoran jika Jaemin tidur dengan baju ini maka badannya akan gatal-gatal nantinya.
"Kalau aku ganti pakaian di sini, jadi kamu berganti pakaian di mana?" Tanya Jaemin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
White and Black : JaemSung
FanfictionHanya tentang seorang pelanggar hukum yang mencintai anak seorang patuh hukum