O1

839 124 15
                                    

"Argh!"

Terdengar suara teriakan dari ujung gang, jika di perhatikan dengan seksama maka akan terlihat ada sebuah perkelahian di ujung gang tersebut.

"Beri tahu aku siapa yang mengutus kalian! Jika tidak maka kalian semua akan mati!" Titah ketua mafia.

"Tidak akan! Walaupun kami harus mati ditangan mu Na Jaemin!" Teriak orang tersebut.

Sang Mafia yang tak lain adalah Na Jaemin tertawa mendengar teriakan itu. "Apakah kau yakin? Kau tidak sayang dengan keluarga mu?"

Orang itu tertawa, "Kami sangat yakin, karena yang akan mati adalah kau! Bagaimanapun kau hanya sendirian sedangkan kami ada 8 orang"

Jaemin tertawa, mereka tidak ada apa-apanya dibanding dirinya.

"Kalau begitu coba bunuh aku sekarang"

Mereka tanpa basa-basi langsung mengepung Jaemin dan menghajar Jaemin.

°°°°°

Park Jisung adalah anak dari keluarga kaya raya. Ayahnya adalah seorang komandan polisi dan ibunya adalah pemilik rumah sakit. Keduanya sama sama patuh hukum dan Jisung juga diajarkan untuk mematuhi hukum.

Jisung dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan keoverproktetif-an kedua orang tuanya. Hal itu disebabkan kedua orang tuanya memiliki banyak musuh khususnya sang ayah. Karena itu Jisung tumbuh menjadi sosok yang terlalu baik, polos, dan ceroboh, sungguh perpaduan yang sangat sempurna.

Kemanapun Jisung pergi biasanya akan ada yang menjaga dirinya, karena jika meninggalkan Jisung sendirian maka anak itu akan langsung menciptakan masalah karena kecerobohannya.

°°°°

Jaemin menatap beberapa orang yang baru saja dia habisi. Kini penampilan Jaemin sangat berantakan, siapapun yang melihatnya akan berpikir bahwa Jaemin adalah seorang pengemis.

Jaemin berjalan menuju halte bus, dia sedang menunggu jemputan. Sesampainya di Halte Jaemin di buat kebingungan saat ada seseorang yang sedang duduk menunggu bus, padahal saat ini sudah hampir jam 11 malam dan bus sudah berhenti beroperasi. Anehnya lagi orang itu memegang dua buah roti ditangannya.

Tapi apa pedulinya. Jaemin mendudukkan dirinya, kemudian menatap lurus kearah jalanan. Namun, tiba-tiba saja orang itu mendekati Jaemin.

"Makanlah, kau pasti sangat kelaparan. Ah! Kau juga terluka! Pasti kau habis dipukuli orang karena mengambil makanan! Tenang saja Jie akan mengobati lukamu" orang itu memberikan roti kepada Jaemin, kemudian mengambil beberapa plester untuk Jaemin.

Jaemin menatap pemuda itu dengan tatapan heran, apa yang dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda ini sedang mencari perhatian darinya? Sepertinya begitu, karena bagaimanapun Jaemin ini pemuda tampan dan kaya raya.

"Nah sudah selesai, sekarang ayo makan rotimu! Ah bagaimana jika kita makan bersama" terang pemuda itu dengan sangat semangat. Ngomong-ngomong pemuda itu selalu membawa plester karena dirinya yang ceroboh sehingga mudah terluka.

Jaemin memakan roti itu dengan wajah penuh keraguan, dirinya takut di racuni.

"Emm, maaf apakah kau akan tetap berada disini?" Tanya orang itu ketika selesai makan.

Jaemin tidak mengerti maka dia hanya mengangguk mengiyakan perkataan orang itu. Ngomong-ngomong orang didepannya ini sangatlah rupawan dan terlihat sangat lugu.

Orang itu melengkungkan bibirnya kebawah menatap Jaemin dengan tatapan sedih, "Jika kamu terus-terusan disini maka kamu akan kedinginan, dan luka mu butuh perawatan yang lebih baik, bagaimana jika kau kerumahku saja?"

"Memangnya rumahmu dimana?" Tanya Jaemin.

Pemuda itu dengan lugunya menunjuk rumah paling besar yang ada di seberang jalan, "Disana, tadi Jie duduk disini karena mama bilang kalau makan itu tidak boleh berdiri"

Jaemin yang mendengar ucapan orang itu tertawa gemas, "Memangnya Jie tidak takut kepadaku?"

"Takut kenapa?"

"Bagaimana jika aku seorang penjahat?"

Orang itu menggeleng lugu, "Kau tidak mungkin seorang penjahat, karena kau adalah seorang pengemis" jawab pemuda itu lugu.

Hal itu berhasil membuat Jaemin tercengang.

°°°°

Bersambung...








White and Black : JaemSung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang