Di kamar Aurora dan Ahyeon.Aurora baru saja selesai membersihkan diri. Rambutnya masih setengah basah, mengurai lembut di pundaknya saat ia berjalan santai menuju tempat tidur—tempat terakhir kali ia melihat kekasihnya sebelum masuk ke kamar mandi.
Namun, saat tiba di sisi ranjang, Aurora mendapati tempat itu kosong.
Bingung, ia melangkah cepat ke ruang tengah mencari keberadaan Ahyeon."Sayang, aku di sini," suara lembut Ahyeon terdengar, memanggil dari arah dapur kecil.
Aurora menoleh, menemukan kekasihnya sedang sibuk menata sesuatu di meja makan.
"Kamu sedang apa, Sayang?" tanya Aurora dengan dahi berkerut, lalu mendudukkan diri di salah satu kursi."Aku sedang menyiapkan makan siang untuk kita," jawab Ahyeon sambil tetap fokus dengan apa yang dikerjakannya.
Aurora semakin bingung melihat berbagai macam hidangan tersaji di hadapannya.
"Kamu yang pesan semua ini, Sayang?""Iya," Ahyeon mengangguk, tersenyum manis. "Aku harap kamu suka."
Selesai menata makanan, Ahyeon duduk di samping Aurora.
"Ayo, kita makan. Tapi sebelum itu, mari kita berdoa dulu ya," ucap Aurora lembut.Aurora segera menautkan kedua tangannya dengan tangan Ahyeon, menggenggam erat, lalu mengangkatnya di atas meja. Dengan khusyuk, mereka memejamkan mata, melantunkan doa syukur sebelum menikmati makan siang berdua yang sederhana namun penuh cinta itu.
Di sisi lain — di kamar Asa, Rami, dan Chiquita.
Kamar yang Rami pesan berbeda dari kamar lainnya.
Unit ini memiliki dua kamar tidur, memastikan mereka nyaman tanpa perlu berbagi ranjang. Rami, yang terkenal 'anak mami', jelas tidak nyaman harus berbagi ranjang, apalagi dengan Chiquita yang sangat manja setiap kali menjelang tidur.Saat ini, Rami duduk santai di kursi meja makan, sibuk men-scroll ponselnya sambil menunggu Chiquita yang masih mandi.
Asa, dengan telaten, menata makanan yang ia pesan ke atas meja, gadis itu menolak tawaran Rami untuk membantunya.Tak lama, suara ceria memecah keheningan.
"Aku datang!" seru Chiquita penuh semangat, berlari kecil ke arah mereka.
Mendengar itu, Rami menaruh ponselnya dan tersenyum sekilas, sementara Asa menyambut kedatangan Chiquita dengan hangat.
"Ayo cepat duduk, Canny. Kita sudah telat makan siang," ucap Asa, setengah memerintah dengan suara lembut.
Chiquita menurut, langsung duduk di sebelah Asa.
"Umm... Kak Asa?" panggil Chiquita dengan suara pelan, sedikit ragu.
"Ya? Ada apa, Canny?" Asa menoleh, menatap gadis kecil itu penuh perhatian.
"Aku... mau disuapin sama Kakak. Boleh?" pinta Chiquita malu-malu.
Mendengar permintaan itu, Asa tertawa kecil, wajahnya memancarkan rasa sayang yang begitu kentara.
"Haha... astaga Canny. Tentu saja boleh," jawab Asa, lalu dengan telaten mulai menyuapi Chiquita satu suapan demi satu suapan.
Rami, di sisi lain, tetap tenang menikmati makanannya sendiri, pura-pura tidak memperhatikan. Dia tahu, momen ini begitu berharga bagi Asa—momen yang selama ini Asa nantikan diam-diam. Maka dari itu, Rami memilih memberi ruang tanpa mengusik kedekatan keduanya.
Saat suasana semakin hangat, Asa tiba-tiba menawarkan,
"Rami, sini. Kakak suapin juga," ucapnya dengan senyum tulus.Chiquita ikut mengangguk-angguk setuju, mendukung ucapan Asa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Fiksi RemajaAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...