Sore itu, mataku yang kusut berubah menjadi binaran. Ke khawatiran yang menghinggapi diriku menghilang. Ku pikir hari ini akan buruk, namun tidak terlalu.
Flashback on
Pada dini hari, tepatnya jam 3 pagi. Perasaan yang sudah didaur ulang. Kembali menjadi seperti hari kemarin.
Ketidakpuasan nonaku, atas baju yang akan ia pakai. Permintaan baju berwarna gold yang sudah diminta dari jauh hari. Malah berubah di hari-H.
Waktu itu, ia hanya meminta baju berwarna gold. Ia meminta gaun warna gold namun dengan pita besar di belakang, di atas lutut. Namun, itu hanyalah inner. Masih terdapat outer gold.
Sekarang, ia meminta untuk menggantinya berwarna putih. Dengan tambahan gaunnya panjang, pita yang pindah pada belakang leher, dan yang paling penting unik. Ketika ku tanya, "kenapa bilangnya pagi hari, nonn?" Ia dengan santainya menjawab "tema hari ini, aku adalah malaikat, Lena."
Saat aku mulai menghubungi penjahit langganan kami. Mereka berkata, baju yang aku sebutkan adalah baju yang dipesan 2 minggu yang lalu. Mereka telah mengirimnya kemarin.
Aku kembali menghubunginya kembali. Pada dering ke-7 telepon tersambung. Sapaan hangat terdengar di sana.
"Ada apa, Len?" tanya seseorang di sebrang sana.
"Saya bertanya pada penjahit biasanya. Katanya mereka telah membuat baju yang seperti anda katakan. Kemarin mereka mengirimkannya pada nona," cecar Lena.
"Loh memangnya aku meminta kamu mencarinya. Hayooo diinget lagi, aku cuma ngasih tau Len." Ku dengar kekehan geli, ia layangkan padaku.
Coba kuingat nona berkata apa, "Lena aku tidak ingin memakai warna gold. Aku akan memakai warna putih, dan baju yang sedikit sopan dan panjang, pitanya yang berpindah ke leher, lalu unik." Setelah itu, aku langsung mengiyakan saja. Pembicaraan berakhir sampai di situ. Jadi begitu ya?
Lena ikut tertawa, lebih baik aku melanjutkan tidur ya?
"Mumpung bangun, mending sholat tahajud. Terus baca Al-Qur'an nanti pas subuh langsung shalat. Masa kamu shalat matahari udah mau terbit." Sarannya. Aku hanya bisa mendengarnya dengan seksama dan mengiyakan.
"Satu hal yang ingin saya tanyakan, mengapa anda jam segini terbangun?" Tanyaku.
Terdengar deheman di sana, "aku grogi, Nana." Cicitnya. Oh my God! Nonaku paling manis batinku.
"Saya ingin memeluk tetapi kita terhalang kantuk." Ujarku sedih.
"Tak apa, aku senang bisa mengganggu Nana. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Jangan lupa shalat subuh naa." Setelah mengatakan itu, Ia mematikan teleponnya.
Aku ingin marah, tetapi tidak bisa.
Tingg
Aku kembali mengambil handphone milikku yang bergetar. Dari jendela pop-up terdapat sebuah pesan dari Nona Jang.
3 pesan belum dibaca
Kupencet pesan itu.
Nn. Jang Wony:
Maafkan aku Lenaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Plus Five; We're Completing
Fanfic(Wonyoung x Sunghoon) Jang Wonyoung tidak pernah berpikir tentang dengan siapa ia menikah. Ia hanyalah seorang publik figur. Sudah tertanam di dalam pikirannya 'ia hanyalah boneka'. Dengan maksud bahwa ia hanyalah milik para penggemarnya. Ia tidak...