Prolog

14 0 0
                                    

"Dia ngelecehin Bu Juma, Bu!"

Arjuma Mahyan yang dimaksud adalah seorang staf tata usaha di SMA Negeri yang sedang sibuk mengolah data absensi murid-muridnya, ketika dipanggil ke ruang BK karena ada dua muridnya yang terlibat perkelahian dan melibatkan dirinya. Juma sendiri bertanya-tanya bentuk pelecehan seperti apa yang dia dapat, karena sejauh ini belum ada murid yang secara terang-terangan melakukan tindak pelecehan kepadanya. Selama ini dia jarang berinteraksi dengan murid-murid sekolah tempatnya bekerja, dimana interaksi yang dia lakukan hanya sebatas ranah pekerjaanya sebagai staf tata usaha.

"Benar, Bu Juma?"

"Ti-"

"Dia cetak foto Bu Juma yang sudah diedit jadi telanjang. Diliatin itu ke gengnya dan bilang fotonya buat bahan co...li."

Lima orang diruang BK hanya dapat terdiam dan mendengar penjelasan yang semakin lama semakin lirih terdengar, juga terpatah. Memperlihatkan betapa menjijikannya hal itu untuk dilakukan.

Reaksi pertama datang dari Bu Halimah selaku Kepala Sekolah dengan helaan nafasnya yang terdengar berat. Sedang Juma selaku korban hanya kaku terdiam di kursinya, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebenarnya, Juma merasa jijik dan ingin muntah juga marah, namun dia merasa harus melakukan sesuatu yang lebih bijak karena disini dia adalah seorang yang bekerja di sekolah, jadi dia juga harus lebih bijak dalam menghadapi masalah agar dapat menjadi contoh baik untuk murid-muridnya.

Itulah yang selama ini, ia tekankan dalam kepalanya. Sehingga ia selalu memastikan penampilannya pantas sebelum berangkat bekerja. Dia tidak pernah memakai riasan yang berlebihan ke sekolah. Apakah bedak dan lipstik yang ia kenakan bisa dikatakan berlebihan untuk dipakai ke sekolah? Dia juga selalu menggelung rapi rambutnya, tak mengurai rambut layaknya sedang beriklan sampo. Apakah itu juga gaya rambut yang salah untuk ke sekolah? Dia juga sudah memakai seragam yang berlengan panjang serta rok panjang, memakai pakaian pelapis di dalam baju agar tak menerawang. Apakah masih salah dalam caranya berpakaian ke sekolah?

Juma mencoba mengingat bagian mana dari dirinya yang membuatnya dapat perlakuan tidak pantas dari muridnya.

"Apa Bu Juma selama ini melakukan hal-hal yang tidak pantas yang mendasari kamu untuk melakukan hal itu?" Tanya yang tak bisa Juma utarakan, akhirnya tersampaikan melalui Bu Halimah. Namun tak ada jawaban dari murid yang wajahnya sudah babak belur dihajar.

"Apa ada hubungan khusus antara kamu dengan Bu Juma, sehingga kamu langsung memukul temanmu dan tidak melapor terlebih dahulu? Kamu tahukan kalau hal itu juga tidak dibenarkan." Tanya Bu Halimah berpindah ke murid lainnya, yang hanya terlihat luka di tangan karena menghajar wajah temannya. Sejak awal memang sepertinya tidak bisa disebut kasus perkelahian antar murid. Kasus pemukulan juga terlalu kejam, mengingat satu murid tindakannya juga diluar batas.

"Tidak, Bu." Jawaban tegas itu menjawab pertanyaan Bu Halimah yang tanpa sadar disambung anggukan kepala oleh Juma.

"Apa Bu Juma mengenal dua siswa ini dan memiliki hubungan diluar hubungan guru dan siswa?" Giliran Juma yang mendapat pertanyaan dari Bu Halimah yang memastikan tidak ada yang terpojok dan dipaksa untuk bersalah dalam kasus ini.

"Saya hanya tahu nama dua murid ini Bu. Saya tidak memiliki hubungan khusus dengan keduanya."

Tentu saja jawaban itu tidak bisa langsung menjadi kebenaran. Ponsel ketiganya diminta dan diperiksa untuk membuktikan apa yang kita sampaikan tidak memiliki kebohongan di dalamnya. Dibantu Bu Mia selaku guru BK, yang bertugas mencatat jawaban dan memeriksa ponsel, serta memanggil para saksi satu persatu. Baik dari murid-murid yang terlibat atau para staf tata usaha lainnya. Barang bukti juga dikumpulkan, berupa foto yang telah ditutup juga tangkapan layar dari aplikasi WhatApps juga galeri foto.

Sidang kasus pemukulan serta pelecehan seksual ini berjalan berjam-jam lamanya sampai jam pulang sekolah pun terlewati. Karena terbukti tidak bersalah dan menjadi korban paling dirugikan, Juma akhirnya dapat kembali ke ruang kerjanya. Setibanya di meja kerjanya, ruang TU masih ramai dengan rekan kerjanya sesama staf TU. Mereka langsung menyambut Juma, menenangkan wanita itu yang masih terlihat linglung, memberi semangat, bahkan juga mengumpat untuk tindakan yang tidak pantas untuk dia terima.

"Kamu ada hubungan apa Jum, sama Baris? Kok dia langsung bela kamu segitunya? Kalian gak diam-diam jalin hubungan khusus antar murid dan guru kan?" Ditengah kekalutan yang Juma tengah rasakan, pertanyaan itu akhirnya muncul.

"Enggak, tadi aku denger kata temen Lintang. Kalau kakak mereka dulu pernah kena kasus pelecehan seksual dan sampai meninggal. Mungkin tadi Baris inget sama kakaknya, makanya gak terima dan langsung dihajar aja itu si Edo."

Dan para rekan kerjanya dengan cepat berganti topik, dari kasus yang menimpanya menjadi kasus yang menimpa kakak Baris, yang langsung disambung dengan ucapan berbela sungkawa yang saat ini sudah terdengar tidak tulus di telinga Juma. Mereka terlihat seperti hanya ingin dengar gosip saja dimata Juma. Hal itu semakin terasa, ketika satu-persatu rekan kerjanya pamit pulang sembari memberinya dukungan, memberi nasihat untuknya dan memintanya meluaskan kesabaran untuk kenakalan muridnya yang kata mereka pasti akan kapok setelah masuk ruang BK dan berhadapan langsung dengan Bu Halimah.

Ruang kerjanya sudah sepi, tapi kepalanya masih ramai dengan pertanyaan-pertanyaan, bagian mana dari dirinya atau sikapnya yang membuat dirinya mendapat perlakukan tidak pantas seperti itu dari muridnya. Apakah diam-diam banyak muridnya yang melakukan hal itu pada dirinya. Meski fotonya hanya sekedar editan saja, tapi dia merasa malu. Bagaimana kalau ada murid lainnya yang menyimpan fotonya yang tidak pantas.

Pertanyaannya tak mendapat jawaban sampai dia buka pintu ruang kerjanya. Seseorang yang tidak tahu harus dia sebut apa. Kemarin, dia masih menganggap Baris Mukhtar Leonard, sebagai salah satu muridnya yang berprestasi dibidang olehraga. Atlit Voli kebanggaan sekolah. Selama ini tak ada interaksi berlebih antara mereka, hanya beberapa kali berpapasan atau bertemu di ruang TU untuk mengurus perijinan kegiatan volinya. Juma tidak menduga kalau muridnya ini sedang...menunggu.. nya? Apakah dapat disebut menunggu, apabila dia lihat Baris bersandar di tembok dan berdiri tegak setelah tahu dirinya keluar dari ruang kerja?

Mereka berdua berdiri dan terdiam dengan canggung. Juma juga merasa tidak nyaman, apabila ada yang sampai melihat dirinya dengan muridnya berdiri berdua saja. Takut sekali orang yang tidak sengaja melihat akan menyebarkan berita yang tidak benar.

"Bu Juma, gak salah. Bu Juma terlihat seperti guru-guru yang lainnya. Edo aja yang brengsek."

Juma juga dengar kata-kata yang sama tadi dari rekan kerjanya.

"Bu Juma boleh marah, boleh menangis, boleh tidak terima. Edo bakal dapat hukuman yang setimpal. Bu Juma akan baik-baik saja."

Sedari tadi orang-orang terus bertanya apakah dia baik-baik saja. Padahal jawabannya harusnya sudah jelas, kalau tidak ada orang yang baik-baik saja setelah mendapat perlakuan tidak pantas seperti itu. Semua orang memintanya untuk sabar, berkata dirinya akan baik-baik saja, sehingga dia terpaksa harus menunjukkan kalau dia baik-baik saja.

Namun yang dikatakan Baris, muridnya adalah sesuatu yang berbeda. Ketika keesokan harinya, pihak sekolah melakukan sidak besar-besaran dengan memeriksa ponsel setiap guru, murid bahkan sampai petugas kebersihan sekolah, untuk memastikan tidak ada hal tidak pantas lagi yang mereka miliki. Selain itu penegakan peraturan untuk pelaku pelecehan seksual baik untuk perempuan atau lak-laki akan diganjar hukuman seberat-beratnya dan saat itu sadar, Juma tidak pernah lagi melihat Edo begitu dia keluar dari ruang BK.

Sedikit, demi sedikit, Juma merasa baik-baik saja. Hari-harinya berjalan sebagaimana mestinya. Meski hingga hari kelulusan Baris, tak ada percakapan apapun lagi yang terjalin antara mereka. Selepas hari itu, Juma tak pernah menganggap Baris sekedar salah satu muridnya, baginya saat ini Baris adalah salah satu orang yang dia hormati. Mulai dari melampiaskan marah yang tak bisa dia lakukan bahkan sampai memastikan dia baik-baik saja, seperti ucapannya.

Mungkin kalau ada orang yang Juma sangat percaya. Baris. Tentu saja, Baris.

☀️☀️☀️

Salam Rabu🌹

20/09/2024

Morning, Bu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang