Matahari mulai terbenam di balik pepohonan, memancarkan cahaya kemerahan yang menciptakan bayangan panjang di tanah. Lisa, Rose, Jennie, dan Jisoo berkumpul di sekitar api unggun, suasana tegang menyelimuti mereka setelah kejadian di kolam. Dengan peta dan kunci di tangan, mereka tahu mereka harus menemukan jawaban sebelum terjebak lebih jauh dalam misteri pulau ini.
Rose memandang api yang berkobar, pikirannya melayang pada mimpi-mimpinya. Dia merasakan beban yang semakin berat di hati, seakan ada yang menunggunya untuk diungkapkan. "Kita harus membuka buku harian itu," katanya, suara lembutnya bergetar.
"Aku setuju," kata Jennie. "Mungkin ada sesuatu di sana yang bisa membantu kita memahami apa yang terjadi di pulau ini."
Mereka mengeluarkan buku harian tua yang mereka temukan di desa yang ditinggalkan. Halaman-halamannya kering dan rapuh, tetapi tulisan di dalamnya masih terbaca. Dengan hati-hati, mereka mulai membacanya bersama.
"Ini ditulis oleh salah satu penduduk asli," kata Jisoo, menunjuk ke bagian tertentu. "Dia mencatat tentang ritual yang dilakukan untuk melindungi pulau ini dari penyerang."
Lisa mengerutkan kening. "Ritual? Apa yang terjadi selanjutnya?"
Jisoo terus membaca. "Mereka melakukan pengorbanan kepada dewa pulau, berharap mendapatkan perlindungan. Namun, ada sesuatu yang salah. Mereka menggunakan jiwa penduduk mereka sendiri dalam ritual itu. Dan ketika ritual gagal, roh-roh itu terjebak di pulau ini."
"Jadi, pulau ini sebenarnya terkutuk?" tanya Rose, rasa takut mulai merayapi dirinya.
"Ya," Jisoo menjawab, melanjutkan membaca. "Penduduk asli percaya bahwa roh-roh itu tidak bisa pergi dan akan terus menghantui siapa pun yang datang ke pulau ini."
Lisa merasakan jantungnya berdegup kencang. "Ini menjelaskan semua kejadian aneh yang kita alami. Suara-suara, penampakan..."
Rose mengambil alih membaca. "Ada catatan tentang seseorang yang mencoba memecahkan kutukan ini. Dia menyebutkan kunci dan peta yang bisa mengarah ke tempat di mana roh-roh bisa dibebaskan. Tetapi..."
"Tetapi apa?" tanya Jennie, tidak sabar.
"Dia tidak pernah berhasil. Dia terjebak dalam kutukan itu selamanya," jawab Rose, suaranya serak. "Dia mengingatkan bahwa siapa pun yang mencoba membuka kunci itu harus siap menghadapi konsekuensinya."
Mendengar itu, ketegangan di antara mereka semakin meningkat. "Jadi, kita harus memutuskan. Apakah kita akan mencoba mengakhiri kutukan ini, atau kita akan mencari cara untuk keluar dari pulau ini?" tanya Jennie.
Jisoo mengangguk, semangatnya tidak pudar. "Kita sudah sampai sejauh ini. Jika kita bisa menemukan tempat di mana roh-roh itu bisa dibebaskan, mungkin kita bisa mengakhiri kutukan ini dan pergi."
"Dan jika kita gagal?" tanya Rose, ketakutan terlihat di matanya. "Apa yang akan terjadi pada kita?"
"Tidak ada pilihan lain, Rose," kata Lisa. "Kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan seperti ini. Kita harus mencari jawaban."
Mereka berempat sepakat untuk mengikuti peta yang ditemukan di kotak kuno. Peta itu menunjukkan sebuah lokasi yang terletak di pusat pulau, di mana ada tanda X yang mencolok. Mungkin itu adalah tempat di mana ritual dapat dilakukan untuk membebaskan roh-roh yang terjebak.
Pagi harinya, mereka bersiap untuk perjalanan panjang menuju pusat pulau. Hutan semakin lebat, dan mereka merasa seolah-olah diperhatikan oleh sesuatu yang tak terlihat. Setiap langkah yang mereka ambil diiringi dengan bisikan angin yang terasa penuh misteri.
Setelah berjam-jam berjalan, mereka akhirnya tiba di tempat yang ditunjukkan oleh peta. Di sana, mereka menemukan sebuah altar kuno yang ditutupi lumut dan tanaman merambat. Di tengah altar terdapat simbol-simbol yang sama seperti yang mereka lihat pada batu besar di pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH ISLAND
Mystery / ThrillerDeath Island "Death Island" adalah kisah menegangkan tentang sekelompok remaja-Lisa, Rose, Jennie, dan Jisoo-yang terjebak di sebuah pulau misterius setelah kapal mereka hancur dalam badai. Di pulau ini, mereka segera menyadari bahwa tidak ada tanda...