Malam di pulau itu semakin gelap dan penuh misteri. Keempat remaja—Lisa, Rose, Jennie, dan Jisoo—terus berjuang untuk beradaptasi dengan kondisi baru yang penuh ketidakpastian. Sementara mereka berusaha menjalani rutinitas sederhana, kejadian-kejadian aneh mulai mengganggu ketenangan yang semu.
Rose adalah yang pertama merasakan dampak dari suasana aneh ini. Setelah beberapa hari terdampar, dia mulai mengalami mimpi-mimpi buruk. Malam itu, saat berbaring di sekitar api unggun, mimpinya membawa dia kembali ke desa tua yang mereka temukan. Dalam mimpinya, dia berada di tengah reruntuhan, dikelilingi kabut tebal. Suara tawa anak-anak tiba-tiba menghilang, tergantikan oleh jeritan yang memilukan.
“Di sini! Di sini!” suara seorang anak memanggil. Rose berlari mengikuti suara, tetapi setiap langkahnya terasa berat, seakan tanah berusaha menahannya. Ketika dia mendekat, sosok wanita dengan gaun putih muncul di hadapannya, menatapnya dengan mata kosong.
“Aku tidak bisa membantu!” teriak Rose, namun suaranya teredam oleh kabut. Saat kabut semakin pekat, dia terbangun dengan napas memburu dan keringat dingin membasahi pelipisnya.
“Rose, kau baik-baik saja?” Jennie yang terbangun karena jeritan Rose segera bertanya.
“Aku... aku tidak tahu. Aku bermimpi tentang desa itu lagi,” jawab Rose, suaranya bergetar. “Ada seorang wanita yang... meminta bantuan.”
Jisoo, yang mendengar pembicaraan mereka, merasa khawatir. “Mimpi buruk? Apa yang kau lihat di dalamnya?” tanyanya.
“Mereka mengerikan. Seperti ada sesuatu yang ingin kita ketahui, tetapi aku tidak bisa mengingat semuanya,” Rose menjelaskan, wajahnya semakin pucat.
Malam-malam berikutnya, mimpi buruk itu terus berlanjut. Setiap kali Rose terlelap, wajah wanita itu kembali menghantuinya, dan perasaan terhubung dengan sosok tersebut semakin kuat. Dia merasa ada pesan yang ingin disampaikan, tetapi tak mampu menangkap maknanya.
Di sisi lain, Jisoo mulai mengalami hal yang tidak biasa. Ia mendapati dirinya mendengar bisikan-bisikan samar saat berada di sekitar hutan. Suara itu seolah mengarahkan langkahnya, membimbingnya untuk menjelajahi sudut-sudut pulau yang tidak dikenal.
“Aku mendengar sesuatu,” Jisoo memberitahu yang lain suatu sore, saat mereka sedang mencari makanan di tepi pantai. “Suara-suara itu... memberi tahu tentang tempat-tempat di pulau ini.”
“Suara apa?” tanya Lisa skeptis.
“Seperti bisikan. Mereka memberitahuku tentang hutan dan... sesuatu yang tersembunyi di sana,” Jisoo menjelaskan dengan semangat.
“Apakah kau yakin? Mungkin itu hanya imajinasimu,” Lisa menanggapi, namun rasa penasaran mulai menggelisahkan pikirannya.
“Tidak, ini nyata!” Jisoo bersikeras. “Aku bisa mendengarnya dengan jelas. Kita harus mencarinya.”
Melihat semangat Jisoo, Rose merasa bingung. “Apakah kamu yakin itu aman? Kita sudah mengalami banyak hal aneh di sini.”
“Mungkin ada kunci yang kita cari di balik semua ini,” kata Jisoo, berusaha meyakinkan mereka. “Kita perlu tahu lebih banyak tentang pulau ini.”
Keesokan harinya, mereka sepakat untuk pergi ke hutan bersama, berharap Jisoo dapat mendengar bisikan itu lagi. Saat memasuki hutan, suasana menjadi semakin gelap dan angin dingin berhembus kencang. Suara alam menghilang, digantikan oleh keheningan yang mencekam.
“Di sini, dekat pohon besar itu,” kata Jisoo, berusaha menenangkan rasa takutnya. “Aku mendengarnya di sini.”
Mereka berkumpul di sekitar Jisoo, menunggu dengan cemas. Jisoo menutup matanya, berusaha mendengarkan lebih dalam. Sekilas, keheningan melanda, tetapi tiba-tiba bisikan itu muncul kembali, lebih jelas kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH ISLAND
Tajemnica / ThrillerDeath Island "Death Island" adalah kisah menegangkan tentang sekelompok remaja-Lisa, Rose, Jennie, dan Jisoo-yang terjebak di sebuah pulau misterius setelah kapal mereka hancur dalam badai. Di pulau ini, mereka segera menyadari bahwa tidak ada tanda...