"Aku mencintainya, tapi cinta ini malah menyakitiku."
***
Selama 2 tahun ini, apa yang telah mereka lalui tidak banyak. Itu tidak lebih dari hubungan sepihak. Alana dengan perasaannya yang menggebu-gebu dan Rakana dengan pikirannya yang tidak dapat ditebak.Awalnya, itu semua terasa manis bagi Alana. Menggoda Rakana yang hidupnya terlalu flat adalah kesenangan Alana. Alana tidak pernah menuntut bagaimana Rakana bersikap. Baginya, Rakana ya memang seperti itu, terlalu menutup diri dengan dunia dan cenderung abai, tapi dia mampu menjadi kekasih seorang Raka—cowok introvert itu—membuat Alana percaya diri, jika dunia Rakana ya hanya dia seorang—Alana Senjani.
Namun, pikiran naif Alana terpatahkan pada hari itu, hari spesial mereka. Ah, ralat, hari spesial bagi Alana. Karena Alana tidak pernah tahu, apakah dia adalah sosok yang spesial di hati Rakana. Dia, meragukan status dirinya di hati Rakana.
Noda lipstik merah itu membuat Alana tidak lagi ragu. Itu adalah pernyataan pasti. Dia tidak berarti apa-apa di kehidupan Rakana! Dia, hanya sebuah pelarian bagi Rakana. Dia, tidak lebih dari sosok pengganti!
Menyedihkan.
Alana Senjani, dia tidak lebih dari seorang gadis yang mendambakan cinta sejati. Dia tidak ingat bagaimana masa kecilnya, dia bahkan tidak ingat seperti apa kasih sayang yang pernah dia rasakan dari orang tuanya. Yang dia tahu, saat dia sadar dari tidurnya, dia sudah sendiri. Tanpa siapa pun di sisinya.
Hidup di tengah-tengah keluarga Laksmana yang begitu kompetitif sangatlah melelahkan. Tidak ada ruang baginya untuk bersantai, atau dia akan tertinggal dan menjadi pecundang keluarga.
Menemukan Rakana, dia seperti melihat dirinya sendiri. Rakana juga seorang diri, jadi, dia pikir mereka adalah pasangan yang serasi. Apalagi, setelah dia semakin mengenal Rakana, tidak ada ruang baginya untuk tidak jatuh hati pada Rakana. Sosok multitalenta yang bersembunyi di balik sikap introvert, seperti itulah Alana menggambarkan seorang Rakana.
Bisa hidup dengan damai, saling melengkapi dan berjuang bersama-sama, itulah impian yang Alana rancang untuk masa depan mereka. Sayangnya, itu semua hanya angan yang akan terhempas begitu menyentuh kenyataan.
Kenyataannya ialah, Rakana sudah memiliki seseorang di hatinya. Alana menyentuh dadanya, merasakan degub jantung yang masih berdetak kencang ketika memikirkan Rakana. Namun, degub itu kini telah berbeda. Dulu, itu berdetak karena rasa bahagia, kali ini, setiap detakannya membuat ulu hati Alana berdenyut nyeri.
Keputusan Alana sudah bulat. Dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk cinta yang tak terbalas. Dia juga tidak ingin susah payah merebut hati Rakana, hanya untuk kehidupan semu. 2 tahun, seharusnya itu sudah cukup untuk membuktikan hati Rakana.
"Ayo bertemu besok, di taman kampus."
Send.
Alana meletakkan ponselnya, itu ponsel berbeda dari yang kemarin dia hancurkan. Setelahnya, gadis itu memilih pergi ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang penuh dengan noda cat.
***
Di lain tempat, Rakana tampak sedang berbaring di atas ranjangnya dengan ponsel yang menempel di telinganya.
"Besok, saya ingin besok. Saya sedang terburu-buru."
Tit.
Telepon Rakana matikan, kemudian dia menatap layar itu lama. Melihat room chatnya bersama Alana yang sudah 3 hari kosong.
Ting!
Pesan dari nomor baru masuk, Rakana langsung membukanya begitu melihat pesan itu. Jantung pria itu berdetak kencang, merasa gugup. Pesan yang sudah 3 hari ini dia tunggu, akhirnya tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Love Me?
Teen FictionWARNING! HIDUP DAN MATI TOKOH ADA DI TANGAN AUTHOR! JADI, HARAP BERHATI-HATI! *** "Stop it, Raka! Hubungan kita udah berakhir!" "Bagi aku enggak. Alana, kamu yang secara paksa masuk ke dalam hidupku, lalu kamu ingin pergi gitu aja setelah berhasi...