"Saat kehilangan sesuatu, disitulah seseorang akan merasa betapa pentingnya keberadaan sesuatu itu."
***
Sudah 3 hari, dan Rakana tidak dapat menemui Alana. Bahkan nomor gadis itu sudah tidak aktif selama 3 hari ini. Terakhir kali Raka mencoba menemui Alana, dia tidak mendapatkan hasil apa pun. Jangankan bertemu, masuk ke rumahnya pun tidak bisa. Dia hanya bisa berdiri di luar pagar, dengan tubuh yang kedinginan.Raka menghisap rokok di tangannya, sembari menikmati matahari yang sebentar lagi terbenam. Seperti yang dia katakan pada Alana, dia akan menunggu di tempat biasa—di sebuah kedai sederhana yang berada di pinggir pantai yang langsung menghadap ke arah matahari terbenam.
Entah kepercayaan diri dari mana, dia sangat yakin, jika Alana pasti akan datang menemuinya. Gadis itu mungkin hanya ingin menenangkan diri terlebih dahulu. Yah, pasti seperti itu.
Berulang kali Raka membisikkan kata-kata itu di dalam hatinya, berusaha mendapatkan kepercayaan dirinya yang lambat laun mulai tenggelam.
Entah sudah berapa bungkus rokok yang dia habiskan, dan entah sudah berapa lama dia duduk di tempat ini, dengan setangkai mawar merah yang sudah layu di atas meja. Kondisi Raka tampak sangat menyedihkan, dengan lingkaran hitam yang sangat jelas di matanya.
Pria itu mengecek hpnya, kembali melihat pesan-pesan yang dia kirimkan pada kekasihnya, namun tak ada satu pun yang terbalas.
"Pacarnya kok ga datang, Mas? Tumben banget ke sini sendiri." Suara seorang wanita tua—pemilik kedak—mengejutkan Raka dari lamunannya. Pria itu hanya menanggapi dengan senyuman tipis, tidak mampu menjawab pertanyaan itu.
"Lagi berantem ya, Mas?" tanya ibu itu lagi dengan kekehan kecil, sembari menyajikan segelas kopi—yang telah 3 kali dia sajikan untuk orang yang sama.
"Lagi ada sedikit masalah," jawab Raka akhirnya. Yah, daripada di pendam, gak ada salahnya curhat sama seseorang kan? Selama 3 hari ini dia benar-benar buntu, tidak tahu harus bagaimana menemui Alana. Di saat seperti inilah dia menyadari jarak antara dia dan Alana sangat jauh. Alana yang merupakan cucu dari keluarga konglomerat, dan dia yang hanya seorang pria biasa, tak memiliki status istimewa apa pun.
Raka menghela napas dengan berat, membuat ibu kedai tertawa kecil.
"Pas orangnya gak ada, baru kerasa kehilangan ya, Mas?"
Deg.
Ucapan itu langsung tepat mengenai ulu hati Raka.
"Cara bujuk perempuan gampang kok, Mas. Kasih dia hadiah, atau rayu dengan kata-kata manis."
Iya, gampang kalo orangnya bisa ditemui. Kalo orangnya ngilang, mau gimana?
Ibu pemilik kedai melirik bunga mawar merah di atas meja yang sudah layu.
"Ini udah bunga yang ke-3 loh, Mas. Dan semuanya berakhir layu. Dari pada nungguin si Mbak datang, mending usaha buat temui dia."
Ucapan itu membuat Raka lagi-lagi menghela napas.
"Orangnya gak bisa di temui, Bu," keluh Raka.
"Ya usaha dong, Mas! Cewek itu paling gampang luluh sama cowok yang effort-nya gede!"
"Jangan nunggu terus." Setelah mengatakan itu, ibu pemilik kedai bangkit dari duduknya dan kembali melayani pelanggan yang datang.
Jangan nunggu terus.
Raka bangkit dari duduknya, meletakkan selembar uang seratus dan segera pergi bersama Juju—si motor scoopy berwarna abu-abu.
***
Di sinilah Raka berada, berdiri di depan gerbang mewah. Melihat gerbang yang tinggi 2 meter itu, membuat Raka tampak terlihat lebih kecil. Pria itu melirik jaket hitam polosnya, kemudian gerbang mewah itu, terasa sangat kontras. Dia seperti ayam jantan yang masuk ke sangkar emas.Raka turun dari motornya, bertepatan dengan gerbang yang terbuka lebar. Sebuah mobil mewah berwarna putih keluar. Itu mobil Rolls-Royce!
Mobil itu berhenti tepat di samping motor scoopy Raka, seorang pria muda keluar dari kursi kemudi, kemudian membuka pintu penumpang. Tepat saat itu juga, seorang pria tua keluar dengan jas-nya yang rapi dan tampak mahal. Itu tampak licin dan mengkilap, ada nada angkuh dan merendahkan dari matanya saat melihat Raka.
Raka tahu dia, Haris Laksmana. Seorang pria tua yang sangat di segani, menaklukkan bisnis di kota ini. Bahkan, pria ini sudah mulai melebarkan sayapnya ke luar negeri.
"Rakana Dierja, benar?" ujar Haris dengan dingin. Mata sipit pria itu memandang Raka dengan tatapan menilai. Ini adalah kali pertama Haris melihat langsung pacar cucunya. Wajahnya memang tampan, jika masuk ke dunia entertainment, tidak akan sulit baginya untuk bersinar. Tapi selain tampan, apa lagi yang dia punya? Statusnya tetap saja rendah.
Ditatap seperti itu, lantas tidak membuat Raka langsung ciut. Pria itu menegakkan punggungnya, meski penampilannya biasa saja, tapi dia memiliki wajah yang tak kalah tampannya dengan aktor yang digilai kaum hawa.
Meski tidak menaiki mobil mewah dan tidak memakai jas yang mahal, setidaknya dia memiliki harga diri dan percaya diri, tidak mudah menundukkan kepalanya di depan orang berkuasa.
"Selain wajahmu, kamu tidak memiliki kelebihan apa pun lagi. Sepertinya Alana sudah buta saat memilihmu," ujar Haris sinis.
Raka tetap diam dan tampak tenang di permukaan, meski sebenarnya dadanya bergemuruh hebat. Laki-laki paling sensitif soal harga diri.
"Putus dengan Alana, dia memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, jangan jadi penghalang untuk cucuku," ujar Haris lagi, yang langsung menusuk jantung Raka. Tanpa memberi Raka kesempatan untuk membalas, Haris langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Mobil itu melaju dengan angkuh, meninggalkan Raka dengan motor scoopynya.
Ucapan Haris kembali menyadarkan Raka akan statusnya. Pun jika hubungan mereka tetap dilanjutkan, mungkin akan tetap berakhir. Jalan di depannya sangat terjal, tidak ada pilihan bagi Raka selain mengambil jalan memutar.
Raka sekali lagi menatap rumah mewah itu—tepatnya di balkon lantai tiga—itu kamar Alana, tidak ada yang tahu apa yang pria itu pikirkan. Raka menundukkan pandangannya, memakai helmnya, kemudian kembali membawa Juju untuk pulang. Tidak seharusnya dia berada di sini sekarang.
Yang tidak Raka sadari ialah, sepasang mata cantik menatapnya dari jendela. Alana, dengan sebuah kuas di tangannya dan baju tidur yang terkena noda cat, menatap kepergian Raka dengan nanar.
"Mungkin, hubungan ini memang harus diakhiri."
***
Next....

KAMU SEDANG MEMBACA
You Love Me?
Novela JuvenilWARNING! HIDUP DAN MATI TOKOH ADA DI TANGAN AUTHOR! JADI, HARAP BERHATI-HATI! *** "Stop it, Raka! Hubungan kita udah berakhir!" "Bagi aku enggak. Alana, kamu yang secara paksa masuk ke dalam hidupku, lalu kamu ingin pergi gitu aja setelah berhasi...