𝕡𝕒𝕘𝕖 𝟜

15 3 2
                                    


HEIII, AIM KAMBEK LAGI HEHE
kangen ga nieh?
ABSEN PAKE NAMA BIAS LAGI YUK!!

JANLUP VOTE (⭐) N KOMEN BIAR IMOED TAMBAH SMANGAD YE!

▶︎ •၊၊||၊|။||||။‌‌‌‌‌၊|• ♡︎


Pada suatu sore, Bulan menemui Varo di tempat yang sepi di sekolah. "Aku tahu kamu masih suka sama Chella," kata Bulan tanpa basa-basi.

Varo menatap Bulan dengan penuh curiga. "Apa urusan kamu?"

Bulan tersenyum kecil. "Aku cuma mikir, mungkin kita bisa bekerja sama. Kamu mau Chella, dan aku... punya urusan sendiri dengan Raden."

Varo tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk pelan. "Apa rencana kamu?"

"Kita buat mereka menjauh. Biar mereka berpikir bahwa mereka nggak cocok satu sama lain," kata Bulan dengan suara pelan, tapi penuh keyakinan. "Kamu bantu aku menjauhkan Chella dari Raden, dan aku akan pastikan Raden tidak lagi dekat dengan Chella."

Varo tampak tertarik dengan ide tersebut. "Oke, kita bisa coba. Tapi kamu harus pastikan rencana ini berjalan lancar."

Bulan tersenyum puas. "Tenang saja, aku tahu apa yang harus dilakukan."

Mereka berdua mulai melancarkan rencana mereka secara diam-diam. Bulan mulai memberi Chella pernyataan yang membuatnya meragukan perasaan Raden. Ia sering berkata, "Chell, kamu nggak pernah merasa kalau Raden itu agak cuek akhir-akhir ini? Mungkin dia sedang dekat orang lain."

Sementara itu, Varo semakin sering muncul di sekitar Chella, berpura-pura peduli dan mendukungnya. Ia tahu betul bagaimana membuat Chella merasa nyaman, dan perlahan-lahan mencoba menggantikan posisi Raden di hatinya. Chella, yang mulai merasa bingung dengan sikap Raden yang memang tampak sedikit berbeda, mulai merasakan kebingungan yang semakin besar.

Hari-hari berlalu dengan perasaan yang semakin rumit bagi Chella. Ia merasa ada yang tidak beres, tetapi ia tak bisa sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Raden pun mulai merasakan jarak yang perlahan terbentuk antara dirinya dan Chella, tetapi ia tidak tahu bahwa semua itu adalah hasil dari rencana Bulan dan Varo.

Ketika Chella sedang sendirian di kelas, Bulan datang dan duduk di sebelahnya. "Chell, aku harus ngomong sesuatu yang penting."

Chella menatap Bulan dengan penuh perhatian. "Ada apa Lan?"

Bulan mengambil napas dalam-dalam sebelum berkata, "Aku dengar kalau Raden sebenarnya sedang dekat dengan orang lain. Kamu yakin mau tetap sama dia?"

Kata-kata itu membuat hati Chella berdegup kencang. Ia tidak ingin percaya, tetapi keraguan yang sudah lama dipendamnya semakin membesar, apalagi Bulan–sahabat baiknya yang memberi tahu. "Siapa yang bilang?" tanyanya, mencoba untuk tetap tenang.

Bulan menggeleng pelan. "Aku nggak bisa bilang siapa, tapi aku pikir kamu perlu tahu ini. Aku nggak mau lihat kamu terluka, Chell."

Chella merasakan hatinya berat. Ia tahu bahwa Bulan adalah sahabatnya, tapi di saat yang sama, perasaannya terhadap Raden sangat kuat. "Aku harus bicara dengan Raden," ucapnya.

Namun, sebelum Chella sempat bertemu dan berbicara dengan Raden, Varo datang dengan kabar lain yang membuatnya semakin bingung. "Chell, aku dengar kalau Raden sebenarnya cuma main-main sama kamu. Aku nggak tahan lihat kamu disakitin kayak gini."

Chella merasa seperti dikepung oleh berbagai berita buruk. Ia merasa semakin bingung dan terluka, tidak tahu harus percaya pada siapa.

Di tengah semua kebingungan itu, Chella dan Raden akhirnya bertemu di taman sekolah, tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama. Raden melihat wajah Chella yang tampak murung dan bertanya dengan lembut, "Ada apa, Chell? Kamu tampak berbeda dari biasanya."

Chella menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku dengar... kalau kamu sedang dekat dengan orang lain, Den. Apa itu benar?"

Raden terkejut, tidak menyangka Chella akan menanyakan hal itu. "Dari mana kamu dengar itu? Aku nggak dekat dengan siapa-siapa selain kamu."

Chella merasa sedikit lega, tetapi keraguan masih membayangi hatinya. "Tapi... kenapa kamu jadi berbeda akhir-akhir ini? Aku merasa ada jarak antara kita."

Raden menghela napas, lalu menggenggam tangan Chella. "Chell, aku nggak pernah berniat menjauh dari kamu. Mungkin aku memang sedang banyak pikiran, tapi itu bukan karena aku nggak peduli sama kamu."

Chella menatap Raden dengan mata yang penuh dengan harapan. "Aku cuma ingin tahu, apakah perasaanmu masih sama seperti dulu?"

Raden tersenyum lembut. "Perasaanku nggak pernah berubah, Chell. Aku sayang sama kamu, dan aku nggak mau kita terpisah hanya karena omongan orang lain."

Mendengar itu, Chella merasakan kelegaan yang luar biasa. Ia tahu bahwa apa yang mereka miliki adalah sesuatu yang berharga, dan ia tidak akan membiarkan gosip atau orang lain merusaknya. Mereka saling berpelukan, merasakan hangatnya cinta yang kembali menguatkan mereka.

Namun, Bulan dan Varo tidak berniat berhenti. Mereka tahu bahwa rencana mereka belum sepenuhnya berhasil, dan mereka masih memiliki banyak trik untuk membuat Chella dan Raden berpisah. Bulan, yang semakin merasa cemburu, mulai merencanakan sesuatu yang lebih besar untuk memastikan bahwa Chella dan Raden tidak akan pernah bisa bersama lagi.

Sementara itu, Cella merasa bahwa ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungannya bersama Raden. Ia mulai merasa curiga ke Varo, karena biasanya ia akan selalu mengganggu Chella, tetapi akhir-akhir ini Varo berubah drastis sehingga membuatnya sedikit nyaman.

Tetapi Chella merasa situasinya semakin kacau. Setiap hari, Bulan terus menanamkan keraguan di hatinya tentang Raden, sementara Varo semakin sering berada di sisinya, berpura-pura peduli. Chella tak bisa menyingkirkan kecurigaannya, tapi ia juga tak bisa mengabaikan fakta bahwa Raden memang terlihat berbeda belakangan ini—lebih sibuk, lebih sering menghilang tanpa penjelasan.

Ketika hari semakin berlalu, Chella mulai merasa bahwa mungkin Bulan dan Varo benar. Mungkin Raden sudah berubah, atau mungkin Raden memang sudah menemukan orang lain. Pikiran-pikiran itu terus menghantuinya, menggerogoti kepercayaan yang pernah ia miliki terhadap Raden. Setiap kali mereka bertemu, Chella merasa ada jarak yang tak terlihat di antara mereka, seolah-olah Raden menyembunyikan sesuatu. Senyuman Raden yang dulu hangat kini terasa dingin, dan kata-katanya yang dulu penuh perhatian sekarang terdengar jauh dan hampa.

Chella mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini semua hanya akibat dari keraguannya sendiri, namun bisikan-bisikan Bulan dan perhatian intens dari Varo semakin membuatnya ragu. Setiap pesan yang tak terbalas dari Raden, setiap panggilan yang terlewat, hanya memperdalam perasaan tidak amannya.

Sampai pada suatu malam, Chella memutuskan untuk menghadapi Raden. Ia tidak bisa terus terjebak dalam kebimbangan ini. "Aku harus tahu yang sebenarnya," bisiknya pada dirinya sendiri, meskipun ketakutan mulai merayap di hatinya.

♡︎

gimana? seneng ga?

Janlup votmen kawand, gratis tis tis tis lho gaperlu bayar
YANG GA VOTMEN, SMOGA HARIMU SENIN TERUS (bercyandaa)

syalam shehat dari anak imoed 
bye bye

968 kata

SENJA DAN JANJI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang