Bab 5

34.4K 1.4K 8
                                    

Tampak Gus Akmal memandang Nayla dari jauh... Senyum tetap menghiasi wajahnya yang terbentuk dengan sangat indah.
Memandang Nayla dari jauh adalah hobby nya baru baru ini.
Tapi ia tak sadar bahwa ia merasakan kembali rasa yang dulu di buangnya jauh jauh ketika di khianati oleh kekasihnya lima tahun silam.
Hati yang keras selama ini telah melunak tanpa ia sadari.
Terketuk sendirinya dengan hadirnya Gadis periang dan pintar yang ia sudah ia kenal sekarang.
Gadis yang selalu hadir di mimpinya tiap malam dan menganggu pikirannya yang selama ini baik baik saja.
Tapi ia membohongi perasaannya karena tertutup gengsi.
Gengsi jika mengaku cinta pada gadis yang selama ini selalu di godanya tiap kali datang ke rumahnya.
Sekali lagi ia tak sayang pada dirinya sendiri karena menyiksa batinnya yang selalu bertolak belaka dengan ucapannya selama ini.

*****

Usai ngaji tanbihul ghofilin asuhan Abah yai,,, cepat cepat aku keluar dari pesantren untuk membeli keperluan berbuka puasa.

"Ustadzah.. Saya ikut" Cegah Ustadzah Qonita.


"Ayo Ustadzah,,,keburu maghrib"

Kami berdua berjalan menuju kios makanan yang terletak tak jauh dari ndalem..
Hanya butuh waktu 10 menit kami berdua sudah mendapatkan empat bungkus nasi goreng dan satu buah es balok besar... Karena sebelum ngaji tadi Ustadzah Fatimah dan Ustadzah Rizki sempat menitip makanan padaku untuk berbuka puasa.

Setelah sholat maghrib dan berbuka puasa... Ustadzah Fatimah memanggilku yang sedang khusyu' membaca al qur'an menunggu waktu isya'.

"Ustadzah,,, ada tamu di luar" Kata Ustdazah Fatimah sambil menoleh ke luar, tanpa melihat ku.

"Sinten nggeh???" Tanyaku menengok ke luar kamar.

"Ustadzah,,,ini ada sesuatu dari Mama,,, katanya terima kasih Ustadzah mau musyawarohin saya selama ini" Kata Valdia sambil menyerahkan sekotak Pizza berukuran jumbo.

"Ya Allah Valdia... Nggak usah repot-repot,,, itu kan memang kewajiban saya disini." Ucapku merasa tak enak pada Valdia dan Mamanya.

"Nggak papa Ustadzah,,, sama sekali nggak ngerepotin kok,, kalau gitu Valdia pamit dulu Ustadzah.. Assalamualaikum" Pamitnya santun seraya menyalamiku.

"Wa'alaikum salam.. terima kasih Valdia. Maaf..."

Melihat aku baru saja dapat rezeki,,, Ustadzah Qonita kepo dan langsung menghampiriku.
Mulutnya ternganga melihat Pizza berukuran jumbo yang kini ada di tanganku.
Aku tau... Pizza adalah makanan favoritnya dan sudah lama ia tak makan makanan khas Italia tsb karena di pesantren tak sembarangan bisa keluar kemana saja meski status mereka adalah Ustadzah.

"Ustadzah... Enak banget pizzanya... Dari siapa???" Tanya Ustadzah Qonita.

"Dari Valdia,,,"

"Ohh,,, Murid privat dadakannya Dik Nayla itu yaa???" Sambung Ustadzah Rizki dari belakang.

Semua Ustadzah di sini memang mengetahui keakrabanku dengan Valdia dan Ning Nabila. Semua itu berawal dari permintaan Ning Nabila yang kala itu bingung sekali dengan rumus faroid (ilmu untuk menghitung warisan). Melihatku duduk santai di depan kamar,, ia menghampiriku dan memintaku untuk mengajari ulang dasar dasar ilmu faroid. Beberapa hari kemudian Ning Nabilah datang kepadaku untuk bertanya Fiqh,, tapi kali ini datang dengan ditemani gadis-cantik- yang-sangat-imut- sekali. Sepertinya ia pendiam,,, karena aku jarang melihatnya...
Tapi ia adalah santri yang menempati kamar Adn 5 di lantai 2.
Santri imut tersebut adalah Valdia,,, yang sekarang sering mengunjungiku ke kamar kalau dia tak faham dengan beberapa mata pelajaran.

Hubban jammanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang