Prolog

2.3K 199 11
                                    


happy reading!

***

Hujan masih setia menetes di kaca jendela kamar sosok gadis bernama lengkap Alya Arunika Balqis tersebut. Air mata yang mengalir di pipinya ikut berbaur, membasahi wajahnya yang pucat. Aroma kopi dari cangkir di tangannya tak mampu mengusir dingin yang merayap ke relung hatinya. Foto-foto usang tergeletak berserakan di meja, kenangan yang tak henti-hentinya menghantui setiap kali matanya terpejam.

Di setiap foto, senyum Aya merekah, seolah begitu bahagia. Namun, siapa yang menyangka di balik itu ia menyembunyikan luka basah yang bahkan belum-benar sembuh. Ia terluka, ia masih sehancur sebelumnya—sendirian.

"Sepertinya, aku emang ditakdirkan untuk sendiri ya?" gumamnya serak menahan tangis. "Aku selalu mencintai dengan sepenuh hati, tapi pada akhirnya, aku juga yang selalu terluka."

Jari-jari Aya terulur menyentuh foto seorang pria bermata hitam legam. Kenangan pahit membanjiri benaknya. Kisah cinta yang kandas begitu saja, dan kebahagiaan yang runtuh dalam sekejap mata. Kini, semuanya hanya tinggal kenangan.

Aya menutup mata, membiarkan hujan terus menetes di wajahnya. Saat ini, satu-satunya yang ia inginkan adalah melupakan segalanya, melupakan luka masa lalu yang tak kunjung sembuh.

"Kapan aku bisa menemukan cinta yang benar-benar tulus?" bisiknya, suara lirih itu menghilang ditelan rintik hujan.

Di luar jendela, angin berdesir, seolah berbisik sebuah pesan, 'Cinta memang tak selalu berakhir bahagia. Tapi, jangan pernah berhenti untuk mencarinya.'

Sayangnya, bisikan angin itu seakan tenggelam bersama deru hujan yang semakin deras, Aya masih terlarut dalam kenangan, dalam kesedihan yang tak kunjung sirna.

****

thanks for reading!

Aku, Kamu dan semestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang