01. LEMBAR BARU

2.2K 140 34
                                    

happy reading!

***

Matahari perlahan menukik ke peraduannya, meninggalkan jejak jingga membara di ufuk barat.  Aya duduk di pinggir danau, bersandar pada batang pohon tua yang menjulang tinggi.  Angin sepoi-sepoi yang membawa aroma dedaunan basah dan tanah yang lembap, membuat kepalanya sedikit lebih tenang. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara petang yang sejuk, berharap bisa melupakan sesak yang menghimpit dadanya.

Sudah beberapa tahun berlalu, tapi ia masih saja trauma akan semua hal di masa lalu. Anehnya, kenapa hanya dirinya yang terlihat tidak berdaya, sementara mereka yang menyakitinya tetap bisa tertawa bahagia di luar sana.

semesta aku tidak sekuat itu...

Dua tahun yang lalu, Ia pernah berjuang mengejar cinta seseorang, ia melakukan segala cara, berharap bisa mendapatkan hati pria itu.  Namun ternyata semuanya sia-sia. Pada akhirnya ia hanya di beri harapan, lalu di tinggalkan begitu saja.

Kali kedua, ia menemukan seseorang yang begitu berbeda. Tidak memberinya harapan, melainkan langsung membuktikannya. Pria yang ia pikir lebih setia,  lebih bisa mencintai, dan lebih menghargai dirinya. Ia sudah berpikir, mungkin kisah kali ini akan berhasil dengan semua perilakunya yang seolah sangat mencintainya, tidak seperti orang itu. Tapi entah kenapa takdir selalu saja tidak berpihak. Lagi-lagi, kisah yang ia harapkan berakhir indah, harus kandas di tengah jalan. Pria yang ia percaya akan membahagiakannya, ternyata lebih memilih wanita lain.

Di bilang lelah, benar. Ia sudah begitu lelah sekarang. Lelah karena selalu menjadi batu loncatan mereka, selalu di manfaatkan seperti orang bodoh, dan selalu di jadikan tempat persinggahan.

Aya mengusap air matanya lembut, "Kenapa harus aku?" gumammnya. Dengan pandangan kabur, ia terus melihat ke arah danau.  "Apa yang kurang dari aku? kenapa selalu aku yang tersakit dan menjadi pihak yang bersalah? aku juga manusia, aku bukan batu yang tidak pernah bisa berteriak kata 'sakit'..."

Tangis Aya pecah, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Ia sudah berusaha menahan, tapi air matanya tak bisa berhenti mengalir. Sesak di dadanya pun semakin terasa menyakitkan.

"cukup Aya.." gumamnya. Ia mencoba untuk bangkit meski  kakinya terasa lemas. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya yang kacau. Usai itu, ia beralih menatap sepasang angsa yang berenang di tengah danau. Keduanya terlihat begitu damai dan bahagia. Aya berusaha tersenyum melihatnya, tapi senyumnya malah terlihat hambar. Dalam hati ia bergumam sedih, 'apa aku bisa seperti dua angsa itu?'

Entah kapan ia bisa menemukan cinta sejati. Yang jelas, untuk sekarang ia tidak ingin mencintai siapapun lagi. Ia terlalu takut memulai, takut kembali terbuai dan berakhir terluka.

Aya menghela nafas panjang. Kali ini ia harus melakukannya dengan benar. melupakan masa lalu, membuang mereka sejauh mungkin dari kehidupannya.

Tubuhnya berbalik, berjalan dengan langkah cepat ke arah mobil, lalu membuka bagasi  untuk mengambil sebuah kotak kayu. Di dalam kotak itu, tersimpan semua kenangan orang-orang yang harus ia lupakan. Foto-foto, surat-surat, kado, semuanya tersimpan rapi di dalam kotak tersebut.

"Ini gak pantes untuk aku simpan lagi.." gumamnya. Beberapa detik memejamkan mata, Aya segera membawa kotak itu ke tempat pembakaran yang tersedia di sana. Tangannya bergerak perlahan mengeluarkan korek api dari saku celana, lalu membakar kotak tersebut tanpa sepata kata.

Aku, Kamu dan semestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang