happy reading!***
Cahaya redup dari lampu jalanan, memantul di kaca jendela membentuk persegi panjang, menerangi kamar Aya. Kali ini, udara malam terasa begitu dingin, menembus sela-sela jendela yang tidak tertutup rapat. Seakan udara pun ikut berbisik, menghiasi kekhawatiran Aya yang kembali merayap ke dalam hatinya.
Aya duduk di pinggir ranjang, memandang layar handphone-nya. Sesaat ia terpaku pada layar tersebut, matanya menelusuri satu persatu gambar dan video yang terpampang di layar handphone-nya. Setiap video berganti, ekspresinya berubah semakin murung.
Gadis yang tengah berbaring di sampingnya memandang bingung. Ada apa dengan kakaknya ini?
"Kenapa kak? liat apa sih?" tanyanya penasaran.
"Mila, kakak jadi bingung.." gumam Aya, suaranya terdengar sedih, hampir tak terdengar di tengah bisikan angin malam.
Mila, adik perempuan Aya, mengangkat alisnya heran, "bingung? bingung kenapa kak?" tanyanya.
"Tadi kakak cerita kan, soal laki-laki yang nelpon kakak tadi pagi. Yang kamu bilang ganteng itu," ujar Aya di balas anggukan.
"Yuka? yang bikin kakak tiba-tiba salting, terus jadi lupa sama mereka?" ceplos Mila.
"Apasih, Mila." Alya menunjuk layar handphone-nya. "Ternyata dia selalu konten sama cewek-cewek, banyak banget lagi. Penuh sosmednya."
Suasana kamar mendadak sunyi. Hanya suara detak jantung Aya yang terdengar nyaring di telinganya.
Mila mengeryit, kemudian menjawab, "Dia kan influencer juga sama kayak kakak. Mungkin itu lagi kerja aja, cuma konten bareng sama cewek-cewek itu. Marketing orang kan beda-beda kak, lagian banyak kok, influencer yang begitu. Kakak mah suka overthinking sendiri, belum juga ketemu langsung, udah berpikiran negatif aja, gak boleh."
"Tapi, tetep aja takut. Kalau tiba-tiba kakak suka sama dia gimana?" ujar Aya.
"Ya gak gimana-gimana, itu artinya pesona cowok berondong emang kuat," gurau Mila diiring tawa renyahnya.
Aya mendesis, menatap adiknya sinis. "Kamu ngomong kayak gak tau apa yang kakak rasain deh,"
Mila terkekeh, lalu mendekat ke arah Aya, memeluk lengannya erat sambil menutup mata. "Aku tau, kak. Aku paham. Aku cuma gak mau rasa takut itu bikin kakak gak bisa menikmati hidup. Lagipula, belum tentu juga kan, kakak jatuh cinta sama Yuka. Mungkin aja, dia cuma bisa jadi teman yang baik? atau mungkin partner konten aja? collab kayak yang lain. Kalau emang kakak masih gak mau buka hati, yaudah gapapa, gak maksa juga, asal jangan di tutup. Karena kedepannya pasti bakal ada banyak orang baru yang berusaha masuk ke hati kakak lagi. Aku tau sembuhin trauma gak mudah, tapi berlarut-larut sama trauma itu dan malah gak berani untuk maju, juga pemikiran yang salah. Trauma bisa sembuh kalau kita ketemu sama orang yang tepat. Makanya orang bilang, sesakit apapun mencintai, jangan pernah berhenti untuk mencari, karena kita gak akan tau kapan obat itu datang."
"kalau dia beneran obat, kakak harus gimana?" tanya Aya. Ia jadi ingat sesuatu.
"Ya udah, minum. Tapi harus ingat, jangan berlebihan kayak kemarin, nanti overdosis, terus sakit lagi." Mila menatap kakaknya. "liat, pada akhirnya nasihat ini tertuju ke kakak sendiri," lanjut Mila tertawa.
Aya ikut tertawa sebentar, baru setelahnya kembali memperhatikan layar handphone.
"Yuka.." gumam Aya. 'Apakah kamu benar-benar sesuai seperti kesan pertama aku di live waktu itu?' lanjutnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan semesta
Ficção Adolescente[UPDATE SETIAP HARI RABU DAN MINGGU] Alya Arunika Balqis, wanita lembut yang selalu gagal dalam percintaan hingga menimbulkan trauma tersendiri, di pertemukan dengan sosok Yuka Refandra Azka, laki-laki yang lebih muda darinya, namun mampu menyalurka...