Bangau (1)

561 102 39
                                    

Raka kembali menggunakan seragamnya pagi ini. Ia juga mengenakan cardigan tebal yang menutupi seragamnya dan melindunginya dari hawa dingin. Nassal cannula juga masih tampak menghiasi wajahnya yang sudah kembali memiliki sedikit warna.

"Yakin nggak mau Ayah antar sampai kelas?" tanya Harna sambil membenarkan letak nasal cannula untuk memastikan anaknya dapat bernapas dengan baik.

"Sama Danu aja Yah. Kayak anak TK aja aku diantar sampai kelas,"

Harna hanya dapat menggeleng gelengkan kepala mendengar jawaban putranya itu. "Pokoknya kalau jalan yang jauh-jauh pakai kursi roda aja ya? Ayah bawakan tongkatnya cuma kalau kamu butuh berdiri sebentar atau mau ngambil sesuatu. Kalau sesak, pusing, atau apapun itu jangan diem aja. Langsung bilang!"

"Iya Yahhh... Ayah udah ngulang ini dari tiga hari yang lalu." ucap Raka malas mendengar petuah yang berulang itu. Ia tahu Ayahnya khawatir, tapi tidak perlu berulang kali menyampaikan hal hal yang ia sudah hapal mati.

"Jaga Masnya ya Nu. Kalau ada perlu sesuatu langsung telepon Ayah ya? Jam istirahat nanti tolong dicek ke kelas. Masmu ini suka aneh-aneh kelakuannya." katanya sambil menoleh ke Danu yang berdiri di samping Raka.

"Siap Yah!" jawab Danu dengan semangat. Ia senang diberikan tugas dan tanggung jawab oleh Ayahnya. Terutama menyangkut menjaga kakaknya yang satu ini.

Harna merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kertas berwarna merah  yang sudah dilipat berbentuk bangau. Ia berjongkok dan meletakkannya di tangan Raka perlahan. Senyum ikut terukir di wajahnya saat melihat putranya tersenyum saat menerima bangau kertas itu.

"Ini Ayah yang buat?" tanya Raka penasaran. Ia sangat senang jika ada yang  ikut tertarik dengan hobinya yang satu ini.

Harna mengangguk, "Semangat ya Ka?"

"Iya Yah." Gimana aku tega bilang ke Ayah kalau Ayah selalu sebaik ini.

"Punyaku gak ada?" tanya Danu dengan wajah cemberut. Ia tidak cemburu, tapi dia kan mau juga.

Harna terkekeh sambil mengeluarkan satu bangau kertas lagi yang berwarna hijau dari sakunya, ia tahu Danu akan bertanya. Ia hanya berniat mengusili bungsunya terlebih dahulu sebelum memberikannya. "Jangan cemberut gitu. Adek juga semangat sekolahnya. Belajar yang bagus, jangan suka ngomong sendiri. Ayah pusing nanti ditanya guru kamu kenapa."

Danu hanya menggaruk kepalanya kikuk setelah menerima bangau itu. Kebiasannya yang satu itu sering dianggap aneh. Padahal ia hanya suka berinteraksi dengan benda benda di sekitarnya.

Tanpa menunggu lebih lama, Danu mendorong kursi roda kakaknya menuju kelas. Sesampainya di kelas, beberapa teman Raka langsung mendekat. Salah satu dari mereka menatapnya dengan penasaran. "Kok udah masuk Ka? Keliatannya belum sehat."

Raka tersenyum kecil, "Udah sehat kok. Cuma belum seger aja."

Mereka hanya mengangguk dan mengucapkan beberapa doa agar Raka cepat pulih. Sedangkan beberapa lagi menatapnya sambil berbisik. Ia cukup sadar saat ini ia terlihat sangat aneh, lebih aneh dari biasanya tepatnya. Memakai kursi roda dengan tabung oksigen yang terhubung ke nassal cannula tentunya bukan pemandangan yang dilihat oleh teman temannya setiap hari.

Danu memastikan Raka nyaman di tempat duduknya. Beberapa teman Raka menyapa Danu dengan ramah saat ia sedang membereskan tas kakaknya. Bahkan beberapa diantara mereka tampak akrab. Raka sedikit iri melihatnya, ia tidak pernah bisa seperti itu dengan teman teman sekelasnya.

Tapi wajar saja, mengingat adiknya yang mengikuti banyak kegiatan dan cukup populer, pasti Danu dapat dengan mudah bergaul. Danu juga sering menjemput dan mengantarnya ke kelas, sehingga teman temannya mengenal Danu dengan baik. Mereka juga sering bermain futsal antar kelas. Kegiatan yang tidak pernah Raka ikuti tentunya.

OrigamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang