Dua orang siswa menyeret tubuh Alma ke aula sekolah, dia sana terlihat sepi. Hanya ada tiga orang lelaki yang sedang menunggu mereka. Lebih tepatnya menunggu kedatangan Alma.Jarak mereka semakin dekat, tubuh Alma langsung di lemparkan begitu saja di hadapan ketiga lelaki itu. Dia tersungkur menahan rasa sakit yang mendera, bukan hanya karena dia yang didorong tiba-tiba. Itu juga akibat luka yang di berikan beberapa siswa sebelum dia bawa kesini.
Sudah hampir satu bulan ini kehidupan sekolahnya yang tenang berubah berubah menjadi neraka. Tidak ada hari tanpa siksaan untuknya. Ejekan, hinaan, pembullyan fisik maupun verbal dia terima. Semua itu dia alami tidak lain di sebabkan oleh ketiga lelaki di depannya ini. Padahal Alma tidak tau apa yang menyebabkannya mendapatkan perlakuan seperti ini, dia tidak mengingat telah menyinggung seseorang.
"Oh, masih berani ternyata menampakkan diri di sekolah ini". Orang yang pertama kali membuka suaranya adalah Calvin Harris Tarrant. Lelaki itu berjalan. Berdiri di hadapan Alma, memandang gadis itu dengan jijik "Tak tau malu, Jasmine masih terbaring di rumah sakit beraninya kau masih datang ke sekolah dasar gadis jalang".
Menyalahkan rokok yang berada di tangannya kirinya, Calvin berjongkok menyamakan tingginya dengan Alma. Rokok yang dia hisap, asapnya dia hembuskan di wajah Alma, membuat gadis itu terbatuk beberapa kali.
Dia tersenyum sinis, dia mencubit pipi Alma dengan keras. Rokok yang masih menyala di tangan kanannya di dekatka ke arah wajah hadi itu.
Alma yang mengetahui, apa yang akan di lakukan oleh Calvin selanjutnya. Menggeleng dengan keras, air matanya mengalir tak terbendung "Jangan, aku mohon jangan lakukan itu...."
Tentu saja Calvin tak mendengarkan ucapan dari Alma. Dia masih melanjutkan aksinya. Menekan puntung rokok yang masih menyala ke wajah gadis itu. Menekannya. Membuat luka bakar di pipi Alma.
"SAKITTTT....SAKITTTTTT...". Tak bisa menahan rasa sakit yang mendera di wajahnya. Alma menjerit kesakitan.
Suara Alma terdengar pilu dan menyedihkan, tapi di sana tidak ada satupun orang yang merasa kasihan padanya. Mereka malah menikmati penderitaan yang di alami gadis itu.
"Inilah akibatnya jika kau menyelakai Jasmine kami" Calvin membuang wajah Alma dengan kasar.
"Tidak, tidak. Aku tidak pernah menyelakai Jasmine" Kenapa semua orang tidak ada yang percaya perkataannya. Buka dia orang yang menyelakai Jasmine, dia hanya kebetulan berada di tempat kejadian saat itu. Dan berniat ingin menolong gadis itu. Tapi kenapa mereka semua menuduhnya. Tidak pernah sedikitpun terlintas di benaknya untuk mencelakai orang lain.
Calvin mendengus dengan kesal. Melangkah mendekati Alma. Menginjak punggung tangan gadis itu dengan sepatunya yang mahal. Sekali lagi membuat Alma menjerit kesakitan "Masih tidak mau mengaku?".
"Calvin, hentikan" Suara itu berasal dari Leon esmith Radcliffe. Lelaki yang duduk di kursi sebelah kiri. Dia menghentikan perbuatan Calvin bukan karena dia kasihan pada gadis yang berada di depan "Cara seperti itu tidak akan membuatnya mengaku".
Meskipun berbicara, pandangan Leon masih tertuju pada ponselnya "Alma Romily Morrison, putri satu-satunya dari keluarga Morrison. Memiliki satu orang kakak laki-laki yang usianya terpaut enam tahun, Ayah dan ibu yang mencintainya. Benar-benar keluarga yang bahagia. Bagaimana jika kebahagiaan itu hancur berkeping-keping?"
"Jangan..... JANGAN SENTUH KELUARGA KU". Habis sudah kesabaran milik Alma, dia masih bisa terima jika itu menyangkut dirinya sendiri. Tapi jika mereka sudah membawa keluarganya Alma tidak akan diam lagi "Sebenarnya apa yang kalian inginkan. Bukan aku yang mencelakai gadis yang kalian lindungi itu". Dia menatap nyalang ketiga lelaki di hadapannya. Pangeran? Julukan yang sangat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembalasan Sang Figuran
Teen Fiction[sebelum membaca follow terlebih dahulu] Alma setelah kematiannya mengetahui bahwa sebenarnya dia hanyalah salah satu karakter sampingan di novel yang semua takdir kehidupannya sudah di tentukan oleh penulis. Penderita yang telah dia lalui sebenarny...