part 3

298 39 4
                                    

"Berapa semuanya?". Alma sedang berada di pinggir jalan membeli semua balon yang di jual oleh pedagang ini. Dia kebetulan akan pergi ke taman, di mana dia sudah memiliki janji dengan anak-anak di sana.

"Se-semuanya!!!" Tentu saja pedagang ini begitu terkejut, tiba-tiba datang seorang gadis cantik memborong semua dagangannya. Ini bukanlah sebuah prank yang di buat beberapa artis YouTube kan? Penjual itu melihat kekirim dan ke kanan memastikan tidak ada kamera yang mengikuti gadis ini. Setelah tidak menemukan apapun dia merasa lega.

Alma tersenyum melihat tingkah penjual balon ini "Iya, semuanya".

"Se-sebentar". Dia menghitung, berapa sisa balon yang dia miliki saat ini. Di kali dengan harga yang dia jual per balonnya "Semuanya jadi dua ratus dia puluh lima ribu"

"Baiklah". Alma mengeluarkan uang dengan pecahan seratus ribu berjumlah lima lembar "Ini".

Penjual itu, menghitung dan semakin terkejut dengan jumlahnya "Uangnya terlalu banyak, saya tidak bisa menerimanya".

Alma tersenyum lembut "Bapak bisa simpan itu. Anggap saja itu rejeki bapa hari ini, semoga berkah". Dia menyerahkan balon-balon itu ke pengawal yang berdiri di belakangnya. Berjalan menuju area taman sesuai dengan janjinya. Tidak melihat mata penjual balon yang sudah berkaca-kaca.

"Kak, Almaaaa.....". Beberapa anak yang sudah menunggu Alma. Berteriak dengan gembira, berlari ke arah gadis itu.

Ada sekitar lima belas anak kecil di sini. Mereka semua memiliki latar belakang yang sama. Sebagai anak jalanan, Alma tidak datang kesini hanya membawa balon. Dia juga membawa beberapa makanan ringan yang akan di bagikannya Kepada mereka semua.

Ini adalah kegiatan yang Alma jalani dua hari terakhir ini. Dia bahkan mengabaikan ajakan Leon untuk bertemu dengannya. Dan lebih memilih pergi ke taman bertemu dengan anak-anak lucu ini.

.
.
.
.

Calvin duduk dengan kesal di bangku yang tersedia di taman. Bagaimana tidak, ayahnya berani memukulnya demi membela wanita sialan yang baru saja dia nikahi belum lama ini.

Wanita yang usianya hanya berbeda lima tahun dengannya. Ayahnya benar-benar gila. Dia bahkan menentang perintah neneknya demi wanita itu.

"Sialan awas saja jalang itu". Calvin mengusap sudut mulutnya yang terdapat luka robek yang disebabkan oleh pukulan ayahnya itu.

Sebenarnya apa yang di berikan wanita sialan itu, sehingga pak tua itu luluh padanya. Tidakkah ayahnya tau bahwa wanita itu sebenarnya hanya berpura-pura, ayahnya ini terlalu bodoh dan naif sampai tidak bisa membedakan antara yang benar dan salah.

Karena pertengkaran di antara dia dan ayahnya tadi, Calvin sangat kesal sehingga dia pergi begitu saja dari rumahnya tanpa membawa apa-apa.

Dan berakhirlah di sini, duduk sendirian di taman seperti orang bodoh.

Jika saja neneknya tau apa yang telah  ayahnya lakukan. Hanya demi membela wanita yang tidak tau asal usulnya itu. dia yakin, pasti neneknya akan memukul ayahnya dan menendang wanita itu keluar kediaman mereka. Tapi sayang sekali beliau sedang dalam perjalanan ke luar negeri bersama teman-temannya dan akan pulang seminggu lagi.

"Arghhh.....sialan". Calvin mengacak rambutnya frustasi. Jika saja dia tidak melupakan ponselnya di rumah. Dia pasti sudah memanggil salah satu temannya. Agar menjemputnya di taman ini, tapi sungguh sayang dia melupakan benda yang satu itu.

Rasa frustasinya teralihkan saat dia melihat ke arah depan. Di mana seorang gadis dengan gaun putih selutut, sedang membagikan balon berwarna-warni kepada anak-anak di area taman ini. Dia terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang tergerai dengan idah tertiup hembusan angin, apalagi bibirnya yang ranum menyebarkan senyumannya yang menawan.

Pembalasan Sang Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang