。゚•┈୨ Happy Reading ୧┈• ゚。
••
•
Mentari perlahan muncul dari balik awan, memancarkan sinar lembutnya di pagi yang cerah. Sementara angin dingin berhembus, menambah suasana yang segar. Evelyn dan teman-temannya kini sudah berada di rumah mewah milik Valeryna, seorang bangsawan dengan gelar Viscount yang diwarisi dari ayahnya. Meski pangkatnya berada di bawah seorang Count, keagungannya tetap terasa di setiap sudut rumah itu.
“Dimana Evan?” Suara Catherine yang tiba-tiba membuat Evelyn tersentak. Gadis itu muncul dari balik dinding taman dengan ekspresi angkuh, dagu terangkat, dan nada suaranya terdengar cukup ketus. Evelyn tahu, itu bukan sekadar pertanyaan biasa pasti ada sesuatu di baliknya.
"Saya tidak tahu. Mungkin anda bisa mencarinya sendiri," balas Evelyn dengan senyum tipis, meski ada kilatan keraguan di matanya. Mengapa Catherine menanyakan hal itu padanya? Kemudian Evelyn melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah rumah Valeryna.
᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃
Sementara itu, Evan duduk sendirian di taman. Pikirannya melayang entah ke mana, matanya kosong menatap bunga-bunga yang tertiup angin. Tangannya menopang dagu di atas meja.
“Ternyata anda di sini. Saya sudah mencari anda ke mana-mana... Ini, diminum dulu.” Suara Catherine memecah lamunan Evan.
Evan menoleh dan melihat Catherine dengan segelas darah di tangannya. Namun, sebelum ia sempat merespons. Tiba-tiba Catherine tergelincir dan dalam sekejap, gadis itu jatuh tepat di pangkuan Evan dan segelas darah di tangannya tumpah, membasahi baju putih Evan. Seketika Evan mendorong Catherine, berusaha menjauhkan tubuh gadis itu.
“Ya ampun... maafkan saya, Pangeran,” ucap Catherine, lalu kembali mendekat sebari mengeluarkan saputangan untuk mengelap noda darah yang ada di baju Evan. Namun, sebelum ia sempat menyentuhnya, Evan dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya untuk menghentikan pergerakannya. Sehingga mata mereka bertemu. Jarak antara wajah mereka begitu dekat membuat siapa pun yang melihatnya mungkin akan mengira mereka tengah berciuman.
"Evan, yang lain sudah menunggu untuk melanjutkan perjalanan..." Suara Evelyn tiba-tiba terdengar, memecah momen itu dan terdiam sejenak melihat pemandangan yang ada di depannya. "Ah, maaf. Sepertinya saya mengganggu," tambahnya, kemudian sebelum berbalik dan melangkah pergi. Membuat Catherine tersenyum miring melihatnya.
"Evelyn, tunggu!" Evan berteriak dan dengan cepat mendorong tubuh Catherine, lalu berlari mengejar Evelyn.
“Evan, baju Anda...” seru Catherine, namun suara Evan yang penuh amarah menghentikannya. "Diam! Dan jangan ikuti saya!" bentak Evan dengan wajah memerah. Hingga Catherine terdiam dan tak berani melangkah mendekat ke pria itu.
"Evelyn, tunggu!" Evan akhirnya berhasil menyusul Evelyn di lorong. Kemudian meraih lengan gadis itu membuatnya menghentikan langkahnya. "Ini tidak seperti yang anda lihat!" ucapnya cemas. Evelyn berbalik, menatap Evan yang terlihat panik.
"Kenapa anda terlihat begitu tegang?" tanya Evelyn lembut sembari menatap wajah pria dihadapannya.
"Catherine tadi tergelincir, hingga segelas darah yang dia bawa mengenai baju saya. Jadi dia ingin mengelap baju saya dan ketika saya hendak menepisnya, dia justru semakin mendekat dan menatap saya. Membuat saya terkejut, itu saja... kami tidak melakukan apa-apa," jelasnya sambil memeragakan kejadian tadi, dan disimak dengan baik oleh Evelyn yang kebingungan dengan pria didepannya itu.
Evelyn mengangkat alis. "Anda terlihat sangat panik untuk sesuatu yang sepele. Mengapa merasa perlu menjelaskan hal ini kepada saya?"
Evan terdiam, tak mampu menjawab. Tiba-tiba dia sadar bahwa Evelyn benar. Kenapa dia begitu khawatir tentang apa yang Evelyn pikirkan?
"Kenapa Anda menjelaskan semua itu? Kita... tidak ada hubungan, bukan?" Evelyn melanjutkan dengan suara dingin, namun tenang. "Bahkan nama asli saya pun Anda tidak tahu, jika bukan karena Jayden yang memberitahukannya."
Kata-kata itu seperti tamparan bagi Evan. Ia kemudian melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan.
Jayden tiba-tiba muncul menghampiri mereka dengan santai. "Hei, kalian ini! Semua orang sudah menunggu di ruang tengah. Tapi kalian malah asyik berdua di sini," ucapnya sambil menggeleng, lalu berbalik kembali masuk ke dalam.
"Eum... Mari, semua sudah menunggu," ucap Evelyn canggung, merasa sedikit bingung dengan kejadian barusan. Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang tengah. Dimana teman-teman mereka berkumpul dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
•
•
•
。゚•┈୨ To Be Continued ୧┈• ゚。Jangan lupa vote yaa!!
Mohon dikoreksi jika ada yang salah
KAMU SEDANG MEMBACA
Blade of Light
FantasyDi ujung selatan benua, terdapat sebuah kerajaan yang kini diselimuti kegelapan. Dahulu, kerajaan ini hidup dalam kemakmuran, namun kini berubah menjadi suram, membuat rakyatnya hidup dalam ketakutan. Di tengah kegelapan tersebut, Putri Evelyn, anak...