Prolog

190 5 8
                                    

-Abbie Pov-

Pria harus selalu dibuat jatuh cinta, selamanya, agar ia tak lari. Itu kata seorang penulis kawakan di dunia sastra dalan novelnya. Dan beliau benar. Lee Jong Woon, berhasil kubuat setia di sisiku. Sekali pun, jalan yang ia tempuh untuk bersamaku cukup beresiko, atau bahkan sangat beresiko.

Pria yang cukup keras kepala. Namun, ia berhasil menahanku untuk tidak pergi darinya. Atau hanya sekedar lelah, dengan banyak pertanyaan, sanggahan, hingga makian pada sang pencipta sering terlontar dari mulutnya.

Aku tetap bertahan di sisinya. Bukan tipeku memang, menggurui pilihan orang, apalagi ini soal-siapa penciptanya. Hanya saja, Jong Woon, sangatlah berbeda. Ia berbeda dari kebanyakan pria, yang abah kenalkan padaku. Pria gila, yang menyadarkan aku. Bahwa Tuhan, adalah maha pembolak balik hati. Maha segala tau. Maha bijaksana.

Ia tipe pria bebas. Tak mau ada aturan. Tak perduli batasan. Hingga tak tau, bahwa Tuhan itu, ada dalam kesehariannya.

"Hei Jong Woon-shi. Atau Kalva, entah siapa pun namamu. Mengenal Tuhan itu, bukan hanya sekedar perlu. Tapi harus."

***

-Kalvari Pov-

Gadis itu bilang, aku perlu mengenal Tuhan.

Abbigail. Nama gadis muslim itu Abbigail. Gadis Indonesia, yang cukup sakartis padaku. Dulu, aku pernah berfikir untuk mengajaknya lari dari kenyataan. Di mana, kami bisa bersama, menikah dan memiliki anak. Tapi tidak. Aku masih memiliki otak waras. Abbi bisa saja mencekikku dengan tali tambang, dan menenggelamkanku di sungai Nil. Membuatku menghilang tanpa nama.

"Kal, manusia itu butuh iman. Terserah. Aku malas mendebatmu. Hanya saja, iman adalah kekuatanku satu-satunya saat ini. Kekuatan, untuk mempertahankanmu, walau itu salah,"

Gila, kalimat Abbi masih mengiang di telingaku. Sesungguhnya, aku tak begitu faham soal iman. Apalagi Tuhan.

Hanya saja, sepanjang waktu kebersamaan kami. Abbi terus saja bicara soal Tuhan dan Peraturan. Dan, aku mulai nyaman dengan semua itu.

"... I love you as certain dark things are to be loved."

Amor animi arbitrio sumitur, non ponitur.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang