15. Melihat Bintang

98 16 2
                                    

Happy Reading All!

......

Saat ini, Gibran tengah berada di kamarnya. Ia sudah pulang sekitar pukul 7 malam tadi. Ia sedang bermain game sambil menunggu sang ibu menyiapkan peralatannya untuk camping.

"Bu, mau Gibran bantu?" tanya Gibran, entah sudah yang ke berapa kalinya ia menanyakan hal tersebut.

"Ga usah Gib, ini ibu juga udah mau selesai, kamu istirahat aja," perintah Bu Salma.

"Adara udah tidur bu?" tanya Gibran penasaran.

"Belum mungkin, masih siap siap," jawab Bu Salma.

"Gibran ke kamar Adara bentar ya bu," izin Gibran.

"Iya," jawab Bu Salma.

.......

"Nauu, itu mau gua bawa, jangan diambil ih," kesal Adara merebut kembali kacamata hitam yang diambil Naura.

"Pinjam bentar ya raa," kata Naura.

"Enggak ah!" tolak Adara.

"Ayolah raa, kacamata gua ilang nih," rayu Naura.

"Huh, yaudah deh, gua pake yang lain," pasrah Adara.

"Heh, lo berdua sadar ga sih, kalo ganggu gua istirahat?" kesal Gibran yang baru masuk ke kamar Adara.

"Lo masuk masuk tanpa izin, marah marah lagi, ga jelas lo," balas Adara.

"Ya maaf, lagian kacamata doang di permasalahin," kata Gibran.

"Tau tuh Adara, gua cuma mau pinjem, dia nya ga bolehin," kata Naura.

"Kacamata lo kemana?" tanya Gibran pada Naura.

"Ilang," jawab Naura sambil nyengir tanpa dosa.

"Ya ilah, kenapa lo ga pinjem punya ayang lo itu?" tanya Gibran.

"Oh iya, gua lupa kalo punya ayang, nih ra, gajadi, makasih ya," kata Naura sambil memberikan kacamata hitam itu kepada Adara lalu pergi.

"Dasar, punya ayang kagak di manfaatin," kesal Adara.

"Lo belum tidur?" tanya Adara pada Gibran.

"Kalo gua ada disini, berarti gua belum tidur," jawab Gibran.

"Kenapa belum tidur? Nanti lo drop lagi gimana?" tanya Adara khawatir.

"Gampang itu mah, gua sehari bisa sembuh," jawab Gibran.

"Jangan gitu ah, sono tidur," perintah Adara.

"Gua mau ngajak lo lihat bintang, lo mau ga?" tanya Gibran.

"Lihat bintang? Dimana?" tanya Adara.

"Di taman belakang rumah lah," jawab Gibran.

Ini seriusan Gibran ngajak gua, batin Adara bertanya tanya.

"Serius lo ngajak gua?" tanya Adara tak percaya.

"Dua rius dar, ayo ah," ajak Gibran.

"Yaudah deh,"

.....

"Dar, lo tau ga, apa yang lebih indah dari bintang itu?" tanya Gibran sambil menunjuk ribuan bintang di langit.

"Ga, emangnya apa?" tanya Adara kembali.

"Masa ga tau sih?" tanya Gibran.

"Ih, orang ga tau, kok dipaksa tau sih," kesal Adara.

"Tebak dulu napa dar," kata Gibran.

"Emm, kalau menurut gua sih bunga bunga yang ada di taman ini," jawab Adara.

"Tapi ada yang lebih indah dari itu tau," kata Gibran.

"Coba lo buka kamera di hp lo," perintah Gibran.

Adara yang penasaran pun membuka kamera di hp nya. Terlihat, wajahnya yang cantik disitu.

"Nah, itu dia," kata Gibran sambil tertawa, mengabaikan wajah adara yang kian memerah bak kepiting rebus.

Bunda, tolong, anak cantikmu ini digoda sama cogan, batin Adara yang salting.

"Biasa aja kali dar, sampe merah gitu mukanya," ledek Gibran.

"Diem deh lo, tanggung jawab lo," kata Adara sambil mengusap ngusap pipinya.

"Lagian ya, cowok cool kayak lo kok bisa sih, gombal begitu," heran Adara.

"Gini gini gua pernah deketin cewek ya," kata Gibran.

Gibran pernah deket sama cewek? Mantannya kah?, batin Adara.

"Gua pernah suka sama Naura," ungkap Gibran.

"Hah?" refleks Adara.

"Tapi dianya suka sama Rahsya," lanjut Gibran.

"Oh, jadi cinta lo bertepuk sebelah tangan nih?" tanya Adara memastikan.

"Yaa, begitu lah, tapi gapapa, gua kan udah punya bidadari yang lebih cantik," kata Gibran menggoda Adara lagi.

"Diam," perintah Adara.

"Iya iya, oh iya, kira kira mama gua udah diatas sana belum ya?" tanya Gibran sambil mulai membendung air matanya.

"Eh, lo jangan ngomong kayak gitu, gua yakin nyokap lo pasti masih ada kok," kata Adara menenangkan Gibran.

"Kalo mama gua masih ada, kenapa sampe sekarang gua belum ketemu sama dia ya?" heran Gibran.

"Gua yakin, suatu saat lo bakal ketemu sama nyokap lo lagi," kata Adara sambil tersenyum.

"Tapi kapan dar? Nyokap gua dari dulu ga ketemu temu, kalo misal gua ketemu nyokap gua pas dia keadaan sekarat gimana?" kata Gibran, air matanya sudah tak tertahan lagi, perlahan air matanya mengalir ke pipi mulus Gibran.

"Lo ga boleh ngomong gitu Gibran," kata Adara menenangkan Gibran.

"Tapi gua udah ga sanggup, atau kalo misal gua yang ninggalin nyokap gua duluan gimana?" kata Gibran mengungkapkan isi hatinya.

Adara terdiam. Naura pernah bilang, Gibran juga menceritakan ini kepada Naura dulu. Tapi, tetap saja, ia kehabisan kata kata. Tak ada bedanya dengan Naura.

Seorang Gibran yang cool di sekolah, tapi di rumah ceria, ternyata menyimpan rasa rindu, batin Adara.

"Gua lemah ya dar? Gitu doang masa gua nangis," kata Gibran sambil mengusap air matanya.

"Ga, ga ada yang bilang kalo laki-laki nangis, berarti dia lemah gib, lo boleh nangis sepuasnya," kata Adara.

Ia merangkul Gibran lalu meletakkan kepala Gibran di pundaknya. Hening sejenak. Gibran tak merasa risih berada di pundak Adara.

Nyaman, gua ngerasain nyaman ke empat kalinya, batin Gibran sambil tersenyum tipis.

"Udah malem gib, dingin, masuk yuk," ajak Adara sambil mengelus pelan kepala Gibran.

"PW dar," kata Gibran pelan.

Adara tersenyum. Tetapi senyumnya memudar ketika merasakan tubuh Gibran mulai menggigil.

"Gib, dingin, udah malam, ayo masuk," panik Adara.

"Iya iya, tapi ga usah panik gitu dong," kata Gibran.

Mereka pun masuk ke dalam rumah.

Bersambung.....

Lanjut ga?

Maaf ya kalo pendek

Soalnya otak ku lagi buntu

Ku jamin cerita selanjutnya panjang kok

Byee

Sampai ketemu di chapter selanjutnya kesayangan kesayangan author!

Muach!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA SEJATI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang