8

2.4K 156 0
                                    

Sudah hampir setahun aku dan Fahri saling menjauh. Aku memilih menyerah dan memberi jalan pada waktu agar dapat menjawab semua ini. Akankah semua kembali? Ah aku hanya dapat berharap dan berharap. Namun, aku selalu kesal dan iri saat melihat teman-temanku asyik tertawa dan berbincang dengannya. Tak dapatkah aku merasakan hal itu lagi? Sesalah itukah aku?

Malam ini aku berniat menghubunginya. Entah dengan menelfonnya atau mengirim pesan untuknya. Aku pasrah, kali ini aku benar-benar pasrah. Aku ingin, ia kembali. Apapun resikonya, aku terima, Ri.

Aku mencoba menelfonnya, tak kunjung di angkat. Akhirnya, aku mengeluarkan semua yang ada dalam pikiranku, berharap dapat membuka pintu hatinya.

Ri, aku bingung, aku harus apa? Aku terlalu sering bahkan hampir setiap hari mencoba menghubungimu, mencoba minta maaf dan mengemis maaf yang tak kunjung dapat balasan. Tapi aku tahu, kalau kamu bosan dengan semua pesanku, seakan pesanku adalah sampah di ponselmu. Aku hanya ingin minta maaf, Ri. Maaf kalau aku suka cerita tentang sedihku karena laki-laki itu. Maaf kalau mungkin perlakuanku membuatmu sangat kesal hingga kamu seperti ini. Aku selalu berharap hal ini terjadi hanya setahun dalam hidupku. Iya, aku akan berhenti cerita lagi dan berusaha menjadi lebih baik. Tapi, aku tak tahan dengan sikapmu yang selalu mengabaikanku. It's hurt.

Kamu pernah bilang aku cengeng, Ri, memang apalagi saat kamu berubah sikap seperti sekarang. Aku sakit, Ri. Aku sakit melihatmu seperti ini, bahkan kamu pernah membuatku menggantung kalimatku. Sakit, Ri. Aku selalu iri dengan mereka yang bebas bermain bersamamu, bisakah aku berada di posisi mereka? Aku sudah mulai belajar untuk menahan tangis, Ri, aku mulai belajar dewasa dan belajar untuk tidak manja. Aku-pun sudah lupa dengan laki-laki itu. Baiklah, aku takkan cerita disini. Tapi Ri, aku sangat tulus minta maaf, bisakah kamu memaafkanku?

-Lira-

One Star HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang