Panasnya Meja Guru (1)

4.2K 8 0
                                    


Tidak ada yang menyangka bahwa di balik senyuman ramah dan suasana kelas yang tenang, tersimpan sebuah rahasia ketegangan samar yang hanya diketahui oleh dua orang-dia dan gurunya. Alya, siswi yang cerdas dan selalu menjadi kebanggaan sekolah, tak pernah terlihat berbuat hal yang mencurigakan. Sementara Pak Arya, guru matematika di sekolah mereka yang terkenal strict dan tak suka basa-basi. Gaya mengajarnya yang tenang, namun gesit dan cukup ketat, ditambah penampilannya yang menarik, membuatnya menonjol di antara guru-guru lainnya meski tak ada yang berani mencoba mendekatinya.

Di kelas, hubungan mereka tampak seperti guru dan murid pada umumnya. Alya sering bertanya tentang tugas-tugas dan karya tulis, sedang Arya dengan sabar menjelaskan setiap detail. Tidak ada yang mencurigakan. Namun, di balik interaksi mereka yang profesional, ada sesuatu yang berbeda-sesuatu yang tak disadari oleh siapapun di sekitar mereka.

Arya sering memberi perhatian lebih pada Alya, meski tak terlihat mencolok. Sebaliknya, Alya juga merasa ada ketertarikan yang tak bisa ia jelaskan, meski ia tak pernah mengakuinya. Hubungan mereka mungkin tampak biasa di mata orang lain, namun ada nuansa yang lebih dalam yang terus berkembang di balik setiap percakapan dan pandangan.

~~

Hari itu, sebagai murid teladan, Alya menghadiri kelas dengan rajin. Ia duduk di barisan kedua dari depan, tepat di tengah kelas. Tempat favoritnya, karena dari situ ia bisa fokus pada papan tulis dan tidak teralihkan oleh teman-teman yang sering bercanda di belakang. Hari itu, seperti biasa, pelajaran matematika sedang berlangsung. Pak Arya, sang guru sedang menjelaskan materi dengan tenang.

Namun, kali ini ada yang berbeda. Alya merasa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya, dan bukan karena materi yang sulit. Ia merasa ada sepasang mata yang terus memperhatikannya. Saat ia melirik ke depan, pandangannya bertemu dengan Arya, yang tengah menatapnya tanpa ekspresi. Ia segera menunduk, pura-pura mencatat di bukunya, meski tangannya sedikit gemetar.

Waktu berlalu, dan perasaan aneh itu semakin sering muncul. Setiap kali Alya mengangkat tangan untuk bertanya, Arya selalu memberinya perhatian ekstra, menjelaskan dengan detail seolah ia satu-satunya murid di kelas. Namun, bukan itu yang membuat Alya bingung. Setiap kali ia mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis atau layar proyektor, ada perasaan bahwa Pak Arya masih melihatnya-menelusuri setiap gerakannya.

Di luar kelas, Alya mencoba mengabaikan perasaannya. "Mungkin aku hanya terlalu sensitif," pikirnya. Tapi semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin sulit rasanya. Setiap kali ia berjalan di lorong dan kebetulan melewati ruang guru, pandangan sang guru terasa seperti sebuah tarikan halus, membuatnya melirik, meski hanya sekilas.

Di sisi lain, Arya pun merasakan sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Meski ia seorang profesional yang selalu menjaga jarak dengan murid-muridnya, Alya entah bagaimana menarik perhatiannya. Dan ia tahu arah pikirannya pada muridnya yang masih muda itu, mengarah pada sesuatu yang tak baik dan terlarang bagi mereka berdua. Setiap kali ia mengajarkan sesuatu, matanya selalu kembali pada Alya, seolah ia mencari konfirmasi atau pengertian di balik tatapan gadis itu.

Suatu sore, setelah kelas berakhir, Alya memutuskan untuk tinggal sebentar di kelas untuk menyelesaikan catatan. Pak Arya sedang merapikan mejanya di depan, suasana di kelas mulai sunyi. Tiba-tiba, tanpa disadarinya, Arya berbicara.

"Alya, kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada yang lebih lembut dari ia yang biasanya tegas. Alya terkejut, tak menyangka dia akan disapa.

"I-iya, Pak," jawab Alya, sambil mencoba tersenyum, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya.

Arya mengangguk pelan, tapi tatapannya tetap terfokus pada Alya. Ia melangkah mendekat dan mencondongkan tubuhnya, memeriksa catatan Alya, meski tujuan sebenarnya dari pria itu adalah hendak berdekatan dengan sang murid. "Jangan sering melamun di kelas, Alya".

Alya terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tak pernah ia duga. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa ia merasa selalu diawasi? Dan kenapa Pak Arya selalu menatapnya seperti itu? Mereka berdua terjebak dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri.

Namun, di balik ketidaknyamanan itu, ada sesuatu yang tak terucap-sesuatu yang mereka berdua tahu tak bisa mereka ungkapkan begitu saja. Alya merasa bingung, tapi tak bisa memungkiri bahwa ada tarikan aneh antara dirinya dan gurunya.

"Saya duluan, hati-hati di jalan" ucap Arya, dengan lihai seolah tak sengaja, jemarinya menyenggol singkat tangan gadis itu, menciptakan kontak kulit ke kulit antar dua insan yang sedang bingung dan sedikit terbawa arus kabut terlarang yang mulai menebal itu. Sentuhan ringan itu saja hampir membuat sang pria mendesah pelan, namun segera ia tahan dan terus dipaksakannya kaki tegap itu melangkah meninggalkan sang murid sendirian di dalam kelas.

Sedang Alya sudah merah padam merasakan interaksi singkat diantara dirinya dan sang guru.

~~

Gimana nih? Apakah Arya dan Alya akhirnya akan memiliki kisah cinta? Apakah kisah mereka akan manis nan lembut? Atau justru sepanas api membara di tubuh sang guru?

Note: Cerita Musuh with Benefit masih lanjut ya gais. Tapi aku juga angsur cerita lain😊

With luv, Enokiy.

RAHASIA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang