Chapter 7 : Reunion

0 0 0
                                    

Tahun ke-18 CY

Seperti yang dijadwalkan, kapal angkasa terakhir telah tiba di planet ini. Aku baru saja selesai berendam di kolam ini dan hendak kembali ke kapal. Lalu kemudian aku mendapat panggilan dari Alzhier kalau mereka sudah disini. Dengan cepat aku mengenakan pakaianku dan bergegas kembali ke kapal.

Benar seperti yang dibilang Alzhier. Ketiganya berhasil sampai dengan selamat. Mereka keluar dari kapal dan melihat kearahku.

"Honey ...."

"Selamat datang .... Kalian berdua." Ucapku.
Aku memeluk mereka berdua dengan rasa bahagia. Semua rekanku ikut bahagia melihatku bisa berkumpul bersama keluarga kecilku.

"Kau baik-baik saja. Syukurlah!" Ucapku.

"Aku merindukanmu, sayang."

"Aku juga. Dan hei, Darrian. Ini ayah. Kau sudah tumbuh sebesar ini ya?" Ucapku sambil mengusap kepalanya.

"Darrian, ini ayahmu. Ucapkan halo,"

".... A-Ayah ...? Kau benar-benar ayah?"

"Iya sayang. Ini aku. Selamat datang, di rumah baru kita!"

Dan begitulah, akhirnya aku bisa bertemu dengan istri dan anakku dengan keadaan selamat. Tak lupa, aku menjamu Airis karena sudah bekerja baik mengurus keluargaku. Selagi aku menjamu, aku meminta rekan-rekanku untuk mengajak main Darrian. Mereka pasti sudah lama tidak bersantai.

"Senang bertemu denganmu lagi, tuan Abaxter." Ucapnya.

"Aku juga demikian. Terima kasih sudah menjaga istri dan anakku dengan baik. Kau bahkan sampai repot-repot mengirim pesan transmisi itu."

"Tidak. Itu bukan apa-apa. Saya hanya menjalankan tugas."

"Airis benar-benar telaten merawatku dan Darrian. Rasanya aku teringat dengan kakak perempuanku sendiri. Ngomong-ngomong sayang, apa yang terjadi dengan wajahmu? Kau terlihat berbeda dari sebelumnya."

"Ah, biar aku jelaskan ...."

Aku menjelaskan semua yang terjadi ....

"Serum keabadian ya. Jadi kau berhasil menyempurnakan itu?" Tanya nona Airis.

"Iya. Sekarang aku, semua rekan-rekanku, nona Juita, dan para pekerja lain sudah mendapatkan serum dariku. Sekarang mereka tidak perlu lagi takut kematian."

"Begitu ya. Hmm, sayang. Aku penasaran, apa yang terjadi jika wanita yang sudah disuntikkan serum itu kemudian punya anak?"

"Hmm ... Vinnette? Bisa lakukan hipotesa?"

"Melakukan analisis ............ Jawab. Secara teknis itu tidak mungkin. Janin akan berkembang normal seperti biasa, hanya saja efek serumnya tidak ikut. Ini bisa terjadi karena serum tidak mempengaruhi alat reproduksi manusia. Selain itu, resiko kematian tinggi bisa terjadi jika manusia dibawah umur 25 tahun menerima suntikan ini. Tentu saja, karena faktor antibodi."

"Kalian sudah dengar sendiri dari asisten komputer kami, Vinnette. Itu artinya, hanya kita saja yang berumur panjang. Keturunan kita akan menjalani hidup sebagaimana mestinya. Lahir, bertumbuh, dan mati. Aku bukannya tega tidak memberikan serum itu ke keturunan-keturunan lain. Tapi bisa dibayangkan ketidakseimbangan kehidupan di planet ini nantinya." Jelasku.

"Aku mengerti. Oh benar juga. Bagaimana orang-orang di bumi?" Tanya nona Airis.

"Mereka semua tewas."

"Apa?"

"Aku mengirim bakteria alih-alih serum keabadian. Sekarang, manusia di bumi itu sudah musnah karena wabah yang kusebabkan."

The 2nd After Earth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang