Part 2

247 33 9
                                    

Disaat Jiwon sudah akan pasrah pada takdir yang akan membawanya pergi, sebuah tangan menarik dan menyelamatkannya dari gulungan ombak. Jiwon tidak bisa melihat dengan jelas wajah sang penyelamat itu. Namun dia yakin bahwa si penyelamatnya adalah seorang pria.

“Bangunlah! Nona!”

Jiwon merasa pipinya ditepuk dengan agak kuat. Sekuat tenaga ia berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya yang nyaris menghilang. “Uhuk!” Jiwon terbatuk hebat, mengeluarkan air asin yang sempat masuk kedalam mulutnya. Kepalanya pusing dan hidungnya terasa perih. “Apa ada yang terluka?” Tanya pria itu sembari menatap Jiwon cemas. Jiwon menggeleng lemah. Dengan perlahan gadis itu bangkit dari posisi berbaringnya. Ia duduk diatas pasir yang lembut. Perlahan Jiwon mendongakkan kepalanya, ingin melihat rupa orang yang telah menolongnya.

Tampan dan berwajah tegas. Itu yang langsung tergambar kala menatap wajah lelaki itu. Tiba-tiba pria itu menoleh kearah Jiwon. “Kau ingin ke rumah sakit?” Tanyanya yang dibalas gelengan oleh Jiwon. “Tidak, tidak perlu.” Tolak Jiwon sopan. Mereka terdiam, tidak tahu hal apa yang harus dibicarakan dalam kondisi canggung seperti ini.

“Kau tadi… ah, lupakan saja!” Ucap pria itu. Jiwon menunduk malu. Ia tahu apa yang ingin ditanyakan oleh pria itu. “Terima kasih.” Ucap Jiwon dengan suara pelan. Pria itu menatap Jiwon lama. “Seharusnya aku yang berterima kasih padamu.” Ucapnya, membuat Jiwon menoleh heran. Lelaki itu melanjutkan, “Karena kau menggagalkan rencana bodohku. Terima kasih.”

Jiwon tersentak kaget. Ia menyadari bahwa lelaki itu juga seperti dirinya. Pantas saja ia berada di pantai malam-malam begini. Sendirian pula.

“Aku Kim Soohyun.”

“Kim Jiwon,” balas Jiwon menanggapi acara perkenalan mereka.

***

Pagi-pagi Jiwon sudah dikejutkan dengan kedatangan Sehun. Sebenarnya ia sudah muak dan tidak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. Namun ibunya mati-matian membujuk, bahkan memaksa Jiwon untuk menemui Sehun dan berangkat ke sekolah bersamanya. Padahal Jiwon sudah berencana ingin membolos. Kejadian semalam membuat mood-nya rusak. Ia sedang tidak ingin melakukan apapun dan bertemu siapapun. Ia hanya ingin sendiri.

“Kenapa lama sekali? Kita hampir terlambat!” Gerutu Sehun. Jiwon hanya diam sembari mengikuti lelaki itu masuk kedalam mobil sportnya yang berwarna hitam. Disepanjang perjalanan, kedua insan itu hanya diam. Sesekali Sehun akan berbicara, namun tidak terlalu ditanggapi oleh Jiwon, dan Sehun pun tak terlalu mempermasalahkan itu.

Jiwon memandang keluar jendela. Kejadian semalam masih amat membekas diingatannya. Ia nyaris saja tak bisa melihat matahari lagi. Beruntung ada lelaki itu yang menolongnya.

‘Ternyata di dunia ini tak hanya aku yang bosan hidup… Lelaki itu juga sama…’ Dalam hati Jiwon bertanya-tanya masalah apa yang dimiliki lelaki yang bernama Soohyun itu. Apa jauh lebih berat dari masalahnya?

“Nanti sore kau harus menemaniku latihan basket.” Ujar Sehun dengan nada perintah yang tak menerima penolakan. Jiwon menghela napas. Ia lelah, namun tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Sehun. “Baiklah.”

***

-JEGUK HIGH SCHOOL, Lab Kimia-

“Tolong ambilkan pH meter!” Pinta Jieun. Gadis bersifat kekanakan itu mengernyit saat tak mendapatkan respon dari Jiwon. Ia pun menoleh dan semakin terheran kala mendapati Jiwon yang tengah menatap kosong ke luar jendela.

“Jiwon?” Panggil Jieun seraya mencolek tangan Jiwon yang diletakkan diatas meja. Jiwon terkaget. “Kenapa?” Tanyanya.

“Kau melamun? Aku tadi memintamu untuk mengambil pH meter.”

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang