❈❈❈꙳❈❈❈
Di kala cinta sudah bicara, logika akan sulit menembus pikiran
Villa besar dan mewah itu berdiri di atas perbukitan Mei Gui Hua. Sesuai namanya, taman bunga mawar memenuhi bukit yang menghijau. Rumput yang terawat dan dipangkas rapi. Pepohonan tinggi menjadi pelindung dari kekeringan di kala musim panas. Jalanan mulus dan sepi. Hanya ada beberapa helai daun yang lepas dari tangkainya dan jatuh di atas rumput.
Setelah melewati gerbang yang dijaga 24 jam, mobil biru mengkilap itu masih melaju beberapa kilometer di atas jalanan yang semakin menanjak. Ling Jiushi masih tidak bersuara selama mereka mencapai tempat tersebut. Matanya terus mengamati suasana di luar sampai mobil yang dikemudikan oleh pemuda tampan itu berhenti di depan satu rumah.
Ling Jiushi menengok dari jendela, melihat bentuk rumah yang unik. Didominasi warna biru muda. Tidak ada pembatas yang melindungi rumah. Hanya rumput hijau yang menghampar dan pepohonan tinggi yang berdiri di sekitarnya. Ada satu gazebo besar yang tampak begitu nyaman di sisi halaman. Rumpun bunga mawar tumbuh subur di sekeliling gazebo. Tetapi mawar di rumah itu bukan berwarna merah, melainkan biru.
“Bungalow ini sangat mewah,” gumamnya.
Ling Jiushi menghembuskan napas panjang melihat si pemuda yang turun dari mobil. Untuk sesaat dia merasa enggan dan masih duduk termangu di tempat. Dia memeluk kopernya makin erat dan lagi-lagi menelan ludah saat ketukan jari si pemuda mengenai kaca pintu mobil. Dia mencoba mengatur napas sebelum mendorong pintu mobil dan beranjak turun. Udara di tempat itu terasa lebih dingin. Anginnya yang kencang langsung menerpa tubuh dan wajah waktu ia keluar dari mobil. Berdiri sesaat di samping si pemuda yang meliriknya.
“Ini rumahmu?” ia bertanya.
“Hmm.”
Ling Jiushi menyapukan pandangan ke sekitar villa. Di seberang villa berderet pohon cemara dengan tinggi yang sama. Tidak ada jalan untuk keluar dari tempat itu selain melalui gerbang depan. Dia merasa terjebak di tempat itu karena tidak ada kendaraan umum, bahkan tempat nyaman itu dijaga oleh sekuriti siang dan malam.
“Kau sedang berpikir bagaimana untuk melarikan diri dari sini?”
Mata Ling Jiushi mengerjap berkali-kali. Beralih menatap si pemuda yang memandanginya lekat-lekat. Tatapan mata yang teramat menghanyutkan. Tajam namun ada binar yang berkilau di dalamnya.
“Aku … hanya sedang melihat pemandangan,” elak Ling Jiushi. Ia mengerjap kagum ketika bibir si pemuda mengulas senyum.
“Setelah melewati malam ini, besok akan ada yang mengantarmu.”
Ling Jiushi menggigit bibir. Meringis lagi sambil terus merutuki diri sendiri. Dia belum langsung mengikuti langkah si pemuda, kakinya justru melangkah menuju gazebo. Dia memperhatikan rumpun bunga mawar biru yang tampak indah. Sinar kemerahan dari matahari sore jatuh menimpa kelopaknya, membuat warnanya makin indah dipandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆 𝒐𝒇 𝐕𝐄𝐑𝐎𝐍𝐀 [ᵀᴴᴱ ˢᴾᴵᴿᴱᴬᴸᴹ]
Roman d'amour𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐩𝐢𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐁𝐲 𝐀𝐔𝐑𝐎𝐑𝐀_41 Setelah menjadi ketua organisasi mafia di Verona, Ruan Lanzhu bertolak ke Makau. Tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan kisah masa lal...