Bab 01

106 59 201
                                    

Halo!
Jangan lupa vote ya ....
Lebih bagus lagi kalo follow hehe
Terimakasih atas dukungannya!

___

Sejak kejadian kemarin saat di perpustakaan kota, banyak hal aneh yang Lia alami. Salah satunya adalah keberadaan buku "Kehilangan" yang entah bagaimana kini sudah ada di tumpukan buku-buku yang ia pinjam.

Selain itu, semalam Lia memimpikan hal aneh. Seolah ia menyaksikan sebuah peperangan yang mengerikan secara langsung. Di mimpi itu, Lia banyak melihat wajah-wajah yang tidak pernah ia kenali.

Dan saat ini, Lia masih termenung menatap buku hitam misterius itu. Mau dipikirkan sampai ratusan kalipun ia tidak menemukan jawabannya. Ia bahkan sempat berpikir jika ... mungkin saja ia yang lupa menyimpannya kembali.

Tok ... Tok ... Tok ....

"Nona, ada yang mencari nona."

Lia membuka pintu yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya berdiri sebelumnya. "Siapa, Bi?"

"Den Andreas, Non." Minah segera pamit untuk melanjutkan menyiram tanaman yang sempat tertunda.

'Eas? Seingatku hanya ada satu Andreas yang aku kenal. Untuk apa dia datang kemari?' pikir Lia.

Lia berjalan menuruni tangga dan terus menuju ke arah ruang tamu. Benar saja, terlihat Eas yang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Eas, ada apa?"

"Ada yang ingin aku bicarakan. Apa ada tempat yang aman?" Lia membawa Eas menuju taman belakang rumah. Terdapat kursi taman yang mengarah ke kolam renang.

Lia mengajak Eas duduk di kursi itu. Sebelumnya, Lia meminta untuk dibawakan minuman dan makanan pada Minah. Hingga minuman itu disajikan, Eas belum kunjung bersuara. Sebenarnya dia terlihat ragu-ragu.

"Ada apa? Apa ada barang milikmu yang terbawa olehku?"

"Tidak, bukan itu." Eas mencoba menyingkirkan rasa ragunya. Lia seperti bisa melihat itu dari wajah dan aura yang dia pancarkan.

'Tunggu! Aura?! Sejak kapan aku bisa melihat aura seseorang?'

Lia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru yang bisa terlihat oleh matanya. Di mata Lia, setiap benda serta makhluk hidup kini seolah diselimuti asap yang berbeda-beda. Bahkan Tio, kucing miliknya diselimuti asap tipis berwarna merah. Teo seolah waspada dengan kehadiran Eas. Mungkin karena ini pertama kalinya Tio melihat Eas.

"Soal buku yang kamu baca kemarin ...."

"Apa?" Lia sedikit terkejut tiba-tiba mendengar suara Eas.

"Buku yang kemarin kamu baca, itu bukan buku biasa, 'kan?" tanya Eas terus terang.

"Maksudnya?" Lia masih perlu mengetahui, kemana arah pembicaraan Eas.

"Sebenarnya, saat kamu membuka buku itu, aku mendengar ada suara. Dan judul buku itu mengeluarkan sedikit cahaya." Lia menatap terkejut. Eas mulai memperbaiki duduknya. "Saat kamu mulai membaca, ada semilir angin yang mengelilingi kamu dan kesadaran kamu seolah hilang meskipun yang terlihat kamu sedang membaca buku itu."

"Maksudnya bagaimana?" Lia tidak tahu jika hal itu terjadi.

"Aku sempat berbisik memanggilmu, bahkan menyentuh tangan kamu. Tapi ... kamu tidak terusik."

"Jadi, aku seperti orang yang kehilangan kepekaan indera?" Eas mengangguk membenarkan.

Lia meminta Eas untuk menunggu sembari ia mengambil buku hitam itu di kamarnya. Lia tidak tahu apakah Eas bisa dipercaya nantinya, tapi mungkin saja dia bisa memberikan petunjuk.

The Eart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang