02

169 27 1
                                    

Hujan desar masih setia mengguyur kota Jakarta, Zean dan Biel yang masih berada di Caffe dengan sedikit berat hati menghubungi Ayah Reza agar bisa menjemput mereka. Karena beberapa taxi online yang ia pesan memberikan penolakan dengan alasan banjir di jalanan menuju caffe. Beruntungnya Ayah Reza bisa menjemput Zean dan Biel, meski tidak bisa menghantar mereka pulang ke apartemen karena jalan menuju apartemen sudah terendam banjir dan Biel yang sudah terlelap.

Namun sialnya, setibanya di rumah Ayah Reza yang tidak lain orang tua dari Marsha itu, Biel yang selama perjalanan terlelap itu terbangun dan langsung menangis setelah sadar jika ia pulang ke rumah Opa dan Oma dengan mobil. Bukan dengan motor yang di janjikan sang Ayah .

"Ayah jahat.. Ayah bohong ,"ucap Biel di tengah-tengah tangisnya sembari memukuli sang Ayah ,meski ia masih dalam gendongan sang Ayah.

Zean yang merasa lelah dan kantuk, berusaha untuk tetap sabar menerima pukulan putri cantiknya itu. Ia terus melangkah dengan hati-hati menuju kamar yang selalu ia dan putrinya tempati setiap bermalam di rumah Ayah Reza, lebih tepatnya kamar itu adalah kamar Marsha dulunya.

"Cantiknya oma kenapa sayang ...? Sini-sini sama Oma ..," Oma Dona mengambil alih Biel dari gendongan Zean.

Zean menatap lelah pada putrinya setelah Biel berada dalam gendongan Mama Dona. "Zean, kamu istirahat saja. Biel, Mama yang urus ,"ucap Mama Dona padanya.

Dengan wajah kantuknya, Zean mengangguk dan ia masuk ke dalam kamar tanpa Biel .Karena ia juga benar-benar merasa lelah hari ini, meski hujan sepanjang hari akan tetapi kafenya tetap ramai .

Drzt.... Drzt.... merasa getaran ponsel dari dalam sakunya, Zean pun merogoh saku celananya. Senyumnya terukir melihat nama sang penelepon yang tidak lain adalah sang Istri.

"Hey...," Zean melambaikan tangannya pada layar ponselnya.

Marsha mengulas senyumnya. "Baru pulang ?" tanyanya.

"Eum... hari ini hujan dari pagi . Kamu hari ini ngapain ?" tanya Zean.

"Aku hari ini ketemu sama temen-temen , terus beli oleh-oleh buat Biel . Eh... tapi Biel mana ?".

"Sama Mama di kamarnya, "jawab Zean.

Marsha mempoutkan bibirnya. " Padahal aku kasih liat ini ," ucapnya, menunjukkan boneka kelinci yang baru ia beli.

"Anaknya terus, suaminya kapan ?" Zean menunjukkan wajah cemburunya.

"Utututu... suami aku lagi cemburukah ?".

Zean mengangguk samar, lalu ia berbaring di atas tempat tidur dan obrolan pun terus berlangsung hingga keduanya sama-sama tertidur. Sedangkan Biel yang sudah tenang, tidur bersama Opa dan Oma di kamar sebelah.

****

Keesokan harinya .

Rintik hujan masih sedikit terlihat, akan tetapi tidak sederas kemarin. Biel dan Zean duduk di samping jendela sembari melakukan panggilan video dengan Marsha. Keduanya saling mengadu tentang apa yang terjadi kemarin dan tentu saja Marsha sebagai penengahnya hingga membuat keduanya saling meminta maaf. Sementara itu di meja makan, Mama Dona sesekali terlihat tersenyum saat mendengar celotehan dari Biel.

"Selius Mbunda pulang ? uwaaaa... Biel mau jemput mbunda, ". Biel terlihat kegirangan ketika sang Bunda memberitahunya akan pulang dalam waktu dekat. Biel yang tidak ingin merasakan kebahagiaannya seorang diri pun segera memberi tahu sang Oma. " Oma, Mbunda mau pulang katanya..," ucapnya ,menoleh pada sang Oma.

Mama Dona sedikit melebarkan kedua matanya. "WAhh... nanti kita sama-sama jemput Bunda ya..," ucapnya.

"Opa enggak ikut jemput Mbunda ?" Biel bertanya pada sang Opa yang terlihat sibuk membaca koran.

Mendengar pertanyaan dari Biel, Ayah Reza melipat korannya lalu sedikit mengubah duduknya ."Memangnya Bunda Biel bilang kalau jadi pulang ?" tanyanya, menghadap Biel.

Biel berbalik menatap sang Ayah, terpancar jelas banyak pertanyaan dari sorot mata cantiknya itu. "Eh.... hujan sudah reda, berangkat ke sekolah yuk, ayah antar pakai motornya Om Supri ,"ucap Zean yang langsung diangguki oleh Biel.

Zean menurunkan Biel dari pangkuannya. "Pamit dulu sama Oma Opa, "ucapnya.

Biel pun berjalan mendekati Opa dan Omanya, lalu berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Setelah itu Zean pun melakukan hal yang sama seperti yang putrinya itu lakukan, ia berpamitan untuk menghantar Biel ke sekolah .

"Hati - Hati Bang, kalau memang masih banjir putar balik saja. Biar Mama yang jaga Biel di rumah ,"ucap Mama Dona pada Zean.

"Iya Mah.. Yah, Zean pergi dulu ya..," Pamit Zean pada Ayah Reza, kemudian ia meraih tangan mungil putrinya.

Pagi ini Biel benar-benar senang, karena sang Ayah akhirnya menghantarnya dengan motor.

***

Sementara itu di Jepang, Marsha menjalankan rutinitas terakhirnya karena besok ia akan pulang. Marsha membersihkan apartemennya dan membuang beberapa barang yang tidak terpakai. Namun ia tidak sendiri melakukan itu, Revan yang tinggal tidak jauh darinya pun dengan suka rela datang membantu membawa keluar beberapa barang yang cukup besar untuk di buang. Hingga hari beranjak siang.

"Revan, kamu mau makan di luar atau kita beli ?" tanya Marsha.

"Terserah kamu aja Sha, yang penting enggak repot ,"jawab Revan sembari menata beberapa barang ke dalam box untuk di bawa keluar.

"Kamu nyindir ??' Marsha menatap Revan dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Revan menaikkan alis kirinya, lalu menoleh. "Nyindir ?" bingungnya.

"Iya, kan kamu yang aku repotin hari ini ,"ucap Marsha.

Revan mengulas senyumnya. "Itu kan kamu sendiri yang mikir , bukan aku ,"ucapnya .

Marsha mengambil ponselnya, ia duduk bersandar pada dinding sembari memesan makan siang. Sedangkan Revan kembali melanjutkan aktivitasnya sembari bersenandung dan juga sesekali melirik Marsha yang duduk di belakangnya.

Tiga puluh menit berlalu dan makanan yang Marsha pesan pun datang, ia pun mengajak Revan untuk makan siang . Di tengah-tengah makan siang itu, tentu saja banyak hal yang Marsha dan Revan bicarakan .Salah satunya apa yang akan Marsha lakukan ketika sudah kembali ke Jakarta nantinya.

"Pokoknya aku jamin kalau kamu ke Jakarta, kamu akan lihat poster aku di mana-mana ,"ucap Marsha dengan kedua mata yang berbinarnya. "Aku juga bakalan buat butik nanti. Terus aku mau coba debut acting di sana ,"lanjutnya.

Revan yang memulai topik pembicaraan diam-diam tidak terlalu memperhatikan apa yang Marsha bicarakan. Revan justru hanya memperhatikan ekspresi Marsha saat berbicara, karena menurutnya itu menggemaskan . Meski ia juga harus berusaha agar terlihat menyimak apa yang Marsha bicarakan.

"Oh iya, kamu enggak ada rencana ke Jakarta?" tanya Marsha pada Revan.

Revan yang terkaget mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Marsha itu sedikit tergugup. "Ang...Ya nanti kalau ada libur ,"jawabnya.

Marsha mencibik. "Iya ,si paling susah cari jadwal libur deh..,"ucapnya.

Revan hanya tertawa kecil, karena memang nyatanya ia kesulitan mengatur waktu libur dalam dua tahun terakhir ini. Dan itu membuatnya sulit memiliki waktu untuk mengunjungi keluarganya yang berada di Jakarta. 

***

"*+___+*"

Our Little Family's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang