Prolog ;0

10 0 0
                                    

Setiap pagi, seorang ibu melangkah keluar rumah sebelum matahari terbit, sapu di tangan, dan wajahnya penuh kelelahan yang tak pernah pudar. Ia bekerja tanpa henti, membersihkan jalan-jalan kota demi menghidupi putrinya, Salwa.
Gaji yang ia terima sangat sedikit, cukup untuk bertahan, namun tak cukup untuk memberikan kehidupan yang layak bagi mereka berdua. Sejak kehilangan suaminya, ibu itu berjuang sendiri, mengorbankan segalanya demi anaknya, berharap suatu hari hidup mereka akan menjadi lebih baik.

Namun, Salwa tak pernah benar-benar merasakan kehadiran ibunya. Dari kecil, ia tumbuh tanpa sentuhan kasih sayang yang cukup. Ibunya selalu sibuk, selalu lelah, dan jarang berada di rumah.
Salwa merasa sendirian, hidup dalam kekosongan yang perlahan-lahan mendorongnya ke arah yang salah.
Saat usianya menginjak masa remaja, Salwa mulai mencari pelarian di luar
rumah berteman dengan orang-orang yang membuatnya semakin jauh dari ibunya, menuntunnya ke jalan yang salah.

Pertengkaran mulai sering terjadi antara mereka berdua.                      Salwa menyalahkan ibunya atas hidup yang terasa tak adil. Ia marah karena merasa diabaikan, sementara sang ibu, dengan kelelahan yang tak pernah diungkapkan, merasa putus asa karena tak mampu memberi lebih. Di tengah pertengkaran itu, Salwa tak pernah menyadari bahwa bukan hanya dirinya yang merasa capek. Ibunya, yang diam-diam memikul beban yang sangat berat, itu jauh lebih lelah daripada dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Capek Tapi Ibu Lebih CapekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang