CLBK (2)

535 61 24
                                    

Jangan lupa tinggalkan
Vote & Komen yaaa 😉

Jakarta, 2024

"Bajumu baru selesai besok pagi. Gapapa kan?" Suluh menjelaskan serta bertanya kepada Jelita - yang tengah bersandar santai diatas ranjang saat menonton televisi - setelah dia menyerahkan gaun dan pakaian dalam kekasihnya itu ke petugas laundry hotel yang barusan datang ke kamarnya.

Jelita yang sudah mengganti gaun basahnya dengan setelan piyama tidur milik Mas Suluh, mengangguk untuk menjawab pertanyaan prianya tersebut. "Gapapa. Makasih ya, Mas."

Suluh mengangguk sekali.

"Masih laper ga? mau makan lagi? kalau iya, aku pesenin," tawar Suluh yang juga sudah berganti pakaian dengan kaos putih dan celana pendek hitam - merengsek naik keatas ranjang, lalu ikut duduk bersandar di kepala ranjang sambil melingkarkan tangannya di perut perempuan cantik yang berada di sebelahnya.

Melihat jam tangan miliknya yang berada di meja sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, Jelita menggeleng pelan untuk menolak tawaran kekasihnya. "Tapi kalau Mas mau makan lagi ya gapapa, pesen aja," sarannya yang dibalas gelengan balik oleh Mas Suluh.

"Ntar laper. Kamu itu kan makannya banyak," ledek Jelita sambil membelai lembut pipi pria tampan yang kini sedang memeluknya dengan sayang namun terasa posesifnya.

"Kamu inget aja," balas Suluh sambil menopangkan dagunya di pundak kanannya Jelita. "Liaaa..."

"Apaa?"

"Kamu inget ga dulu awal kita ketemu kan kejadiannya kayak gini juga," ceplos Suluh sambil jemarinya mengurut perlahan bagian pinggangnya Jelita yang sakit, yang untungnya tidak sampai mengalami cidera serius dan sekarang sudah lumayan membaik setelah diberi krim pereda nyeri.

Jelita mengernyitkan kening. "Masa sih?"

Suluh memicingkan mata. "Beneran ga inget?"

Jelita mesem tipis saat memiringkan kepalanya dan mendapati raut sedikit kecewanya Mas Suluh yang nampak lucu di matanya.

"Inget kokk..." jawab Jelita sambil menjepit gemas kedua pipinya Mas Suluh. "Yang aku habis ujan-ujanan terus kepleset di tangga kosanku. Terus ditolongin sama Mas kan?"

Bibir Suluh melengkung layaknya bulan sabit. "Iya. Itu kan pertama kalinya kita saling suka."

"Kita?.. kayaknya cuma Mas deh."

Senyum manis Suluh, seketika menjadi masam. "Oh.. Oke!"

Tak pelak, tawa Jelita pun pecah. Dia lalu sedikit menggeser tubuhnya agar posisinya bisa sejajar dengan Mas Suluh. "Karena sebenarnya aku udah suka sama Mas sebelum hari itu. Aku dulu emang sengaja ga bilang. Males aja ntar kalo Mas tau, Mas jadi gede kepala," ujarnya.

Ekspresi wajah Suluh yang selalu transparan kalau sudah berkaitan dengan perasaannya, dari yang awalnya muram mendadak menjadi sumringah kembali mendengarkan perkataan Jelita. "Oh ya? kapan?" tanyanya dengan senyum yang tidak sanggup di tahannya.

"Ehhmm.. waktu Mas lagi ngambil layangan yang nyangkut di antena atap kosnya Mas," jawab Jelita. "Inget ga?"

Alis Suluh nyaris menyatu saat mencoba mengingat memori belasan tahun yang lalu. "Ahh, yang itu...," ucapnya sambil manggut-manggut setelah mengetahui momen yang dimaksud oleh Jelita. "Kamu suka aku pas itu?" tanyanya dengan ekspresi seolah tidak percaya.

Jelita mengangguk-angguk kecil seraya memanyunkan bibirnya.

Selalu gemas dengan kebiasaan Jelita yang dari dulu kerap memainkan bibir, Suluh lantas menarik pelan pinggang kekasihnya itu agar mendekat padanya. "Emang... gimana ceritanya?" tanyanya penasaran dengan suara dalam.

One-shot / Short-story "Yes, On You"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang