CLBK (4)

581 54 17
                                    

Jangan lupa tinggalkan
Vote & Komennya ya 😉

Semarang, 2012

"Weehh, tumben metungul (nongol) Mas? kirain dah di DO," ledek Bondan saat melihat Mas Hendro - senior di Jurusan Manajemen - sedang berjalan mendekat kearah tempatnya nongkrong bersama dengan gengnya - Suluh dan Iwan.

"Lambemu," balas Hendro seraya mengeplak santai kepalanya Bondan, lalu kemudian tos ala cowok dengan ketiga juniornya yang telah menempuh 8 semester. "Geser Luh," pintanya yang ingin duduk di area yang diduduki oleh Suluh, karena tempat tersebut dulu adalah singgasana kekuasaannya.

Jadi di Fakultas Ekonomi itu ada tempat menongkrong favorit yaitu berupa tangga memanjang sebanyak tiga undakan yang menghubungkan antara teras selasar utama dengan area kelas, ruang administrasi dan juga kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi di Fakultas Ekonomi itu ada tempat menongkrong favorit yaitu berupa tangga memanjang sebanyak tiga undakan yang menghubungkan antara teras selasar utama dengan area kelas, ruang administrasi dan juga kantin. Dimana disaat jam strategis yaitu waktu istirahat - sekitar jam sembilan sampai sepuluh pagi - hanya boleh ditempati oleh gerombolannya mahasiswa/i semester tingkat akhir apabila mereka terlihat berada di kampus.

Tidak ada peraturan tertulis, namun selama bertahun-tahun, memang sudah seperti itulah kebiasaannya.

Dan untuk saat ini, bisa dibilang, Hendro - kating semester 14 - merupakan salah satu mahasiswa terlama sekaligus donatur tetap kampus yang masih berkeliaran untuk menyelesaikan skripsi yang apabila di semester ini tidak tuntas, dia akan terancam di drop out (DO).

"Udud (rokok) ga Mas?" tawar Iwan seraya menyodorkan bungkus rokok yang kemudian diambil sebatang oleh Mas Hendro, dinyalakan dan dinikmati candu nikotinnya.

"Ga nyebat (ngrokok) koe (kamu) Luh?" Hendro bertanya dengan wajah heran karena melihat hanya Suluh yang saat ini tidak merokok dan malah memakan permen karet, padahal setahunya, adik tingkatnya itu salah satu perokok aktif, dimana sehari bisa menghabiskan sebungkus rokok kretek.

"Leren sik (berhenti dulu) Mas," jawab Suluh sambil meremas kertas pembungkus permen karet, lalu melemparnya ke tong sampah.

"Nopo? mumet ngarap skripsi po? (kenapa? pusing ngerjain skripsi ya?)," tanya Hendro yang kemudian menoleh kearah Bondan karena cowok jangkung tersebut mencoleknya.

"Dikon mandeg karo pacare (disuruh berhenti sama pacarnya) Mas," ujar Bondan setelah mengebulkan asap rokoknya ke udara.

Untung saja di Fakultas mereka, larangan merokok di area umum belum jadi diterapkan tahun ini.

"Loh, wis due pacar koe Luh? (udah punya pacar kamu Luh?)," Hendro terheran sekali lagi karena Suluh yang dikenalnya susah jatuh cinta apalagi sampai bersedia menjalin hubungan meskipun banyak mahasiswi yang menyukai, memutuskan untuk melabuhkan hatinya juga. "Karo sopo? cah kene juga? (sama siapa? anak sini juga?)

"Adik kose (adik kosnya) Bening. Paling ya ga kenal kamu Mas," tutur Suluh sambil makin kuat mengunyah permen karetnya, karena godaan untuk merokok terlalu besar menggoyang iman saat melihat rekan-rekannya dengan santainya menghisap dan mengepulkan asap dari merk rokok favoritnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One-shot / Short-story "Yes, On You"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang