12

255 39 5
                                    

Hari ini tepat ulang tahun si kembar yang ke 4 tahun. Mereka sudah berkumpul bersama di ruang perawatan khusus Rose. Seulgi meminta izin kepada dokter Jihyo agar saudari nya diizinkan masuk untuk merayakan ulang tahun adik kembar mereka. Jihyo mengizinkan tapi mereka tidak bisa lama lama di dalam sana.

"Happy birthday to you, happy birthday to you,"

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday twins,"

Mereka menyanyikan lagu ulang tahun bersama sama, Lili sudah berada di samping adiknya yang tersenyum merasakan kebahagiaan.

"Lili tiup lilin nya baby." Suruh Irene

Huuffhh.

Lili meniup Lilin sambil tersenyum bahagia melihat kearah adiknya yang ikut tersenyum.

"Eonnie, dede Chie oleh mam tue?" tanya Lili menatap Irene

"Baby, dedek nya belum boleh makan kue, kan adikmu lagi sakit," jawab Dokter Jihyo lembut

Lili mengangguk pelan, dia menoleh kearah Rose yang diam sambil menatap Lili.

"Dede angan cedih ya, bial ade yang mam tue na, ade batal watilin dede," ujarnya tersenyum

Rose mengangguk, mata itu semakin sayu dan kosong. Tidak ada lagi pancaran cahaya di mata bocah kecil itu yang genap berusia 4 tahun. Ia memejamkan mata menahan rasa sakit mulai menyergap tubuhnya.

"Selamat ulang tahun sayang, semoga panjang umur sehat selalu, doa terbaik untuk kalian berdua," Ucap Irene lembut

"Nee eonnie, telimatacih eonnie tudah melawat dan menjaga ade uga dede, matacih tudah belitan tacih cayang na," sahut Lili tersenyum.

Cup..

Lili mencium pipi Irene dan di balas oleh Irene. Mereka pun mengucapkan doa untuk adiknya lalu mencium pipi sikembar. Jennie mendekati Lili dan Rose, ia memeluk tubuh mungil adiknya dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lili yang sudah memeluk Jennie.

"Matacih Nini eonnie, ade cayang talian cemua," ucap Lili di angguk oleh eonnie line.

"Dede, ade uga cayang banget tama dede, celamat ulang tahun dede na ade, cemoga cepat cembuh dan nda catit agi teluh dede bica berjalan agi"

Cup cup cup

Lili mencium pipi adiknya yang tersenyum bahagia, Jennie menatap wajah Rose yang melihat dia.

"Rosie sayang, selamat ulang tahun baby, doa  terbaik untuk mu.. Nini ingin dedek sembuh kembali berjalan lagi, Mommy sayang Rosie, dan juga Lili, "

Rose mengangguk. "Matacih Mommy, dede cayang talian cemua, dede nda batal cucahin dan lepotin agi,"

Rose sudah bisa bicara.

"Sayang, nggak boleh bicara seperti itu, kamu tidak menyusahkan kami kok," kata Wendy

Rose kembali mengangguk.

"Ade Lili, peyu dede" pinta Rose

"Nee, cini ade peyu, " Lili memeluk tubuh adik nya.

Rose membalas pelukan Lili.

"Ade, dede nantu, mau tidul, "

"Ya, tidul lah dede.. Ade batal peyu dede, "

Rose kembali mengangguk sambil memejamkan mata. Mereka yang melihat itu tersenyum saja, mungkin adiknya butuh istirahat tanpa mereka sadari sesuatu akan terjadi.

Lili yang menyadari bahwa dia tidak merasakan hembusan nafas adiknya mengernyit heran, perasaan campur aduk.

"Dede tudah tidul?" Lili menatap wajah itu yang pucat.

Lili semakin khawatir dan takut, dia memegang wajah adik nya yang terasa sangat dingin.

"Nini eonnie, dede ade tenapa? Nini, dede ade tubuh na dingin teluh nda ada napas nya, tolong tolong dede na ade," Pekik Lili menangis

Mereka yang disana terkejut kemudian mendekati ranjang Rose. Jennie segera meletakkan tangan di hidung adiknya seiring dengan bunyi mesin monitor yang menampakkan garis lurus. Suasana yang tadi bahagia berubah sendu dan penuh tangisan menggema.

"Rosie, jangan tinggalin eonnie hiks,"

"Jennie tenang Jen," Wendy memeluk tubuh Jennie yang menangis histeris.

"Lica nie huaa, dede nda tindalin ade tan hiks" Tangis Lili yang di gendong Lisa.

Mereka melihat dokter Jihyo serta Seulgi dan Jisoo meletakkan alat Defibrillator  di dada adiknya, percobaan pertama gagal, kedua juga gagal hingga percobaan terakhir tetap gagal. Adiknya sudah pergi meninggalkan mereka selamanya.

"NGGAK ROSIE, BANGUN SAYANG HIKS?! teriak Jennie memeluk tubuh mungil adik nya

" DEDE ANGUN HIKS, ANGAN PELGI HUAAA?!" tangisan Lili

"Jennie, Lili ikhlasin dan relain kepergian Rose ya.. Dedek nya udah nggak merasa sakit lagi, " Wendy menenangkan Jennie.

Irene terduduk lemas air mata mengalir deras begitu juga dengan yang lain nya, akhirnya adik kecil mereka menyusul kedua orang tua mereka. Lili dan Jennie sudah pingsan.

Votement

See you 👋🌹




Malaikat KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang