5

127 12 9
                                    

Enjoy~

.

.

.

Bunyi-bunyi hentakan langkah kaki dan roda-roda koper yang diseret mendominasi tempat ini, tempat yang disebut sebagai bandar udara. Bandara dipenuhi lalu lalang orang-rang yang baru sampai dan atau yang akan pergi. Ada yang mengantar ada pula yang menjemput. Kevin salah satunya, Ia duduk di salah satu bangku panjang menunggu sembari scroll media sosial di ponselnya. Oleh karena itu menunggu tiba-tiba jadi tidak terlalu membosankan.

Kevin di bandara atas permintaan Daniel kesayangannya. Daniel minta ditemani untuk menjemput kedatangan orang tuanya. Tentu saja Kevin mau, karena orang tua Daniel jauh-jauh datang dari luar kota salah satu tujuannya adalah untuk bertemu Kevin. Tiba-tiba teringat itu, Kevin berhenti sejenak dari memainkan ponselnya, Ia menjadi gugup. Sudah lama Ia tidak berjumpa dengan mereka, sekarang bertemu lagi. Ia hanya berharap kedua orang tua Daniel masih menyayangi dirinya sama seperti dulu dan mau menerimanya.

Setelah berhasil menenangkan diri, Kevin memandangi sekitarnya mencari sosok Daniel. Lelaki itu belum muncul, Kevin hanya disuruh menunggu dari tadi di sini. Namun, tanpa sengaja pandangan Kevin jatuh pada dua pasang mata yang ketara sedang memperhatikan dirinya. Mereka sepasang pria wanita paruh baya yang memiliki pengaruh dalam hidupnya dulu. Yang wanita paruh baya, tersenyum lembut pada Kevin kemudian mendekat dengan menggeret kopernya.

“Kevin…” Sapanya, antara kaget, senang, bercampur rindu.

“Mama,” Balas Kevin ragu-ragu. Apakah benar sebutan itu masih berlaku untuknya. Itu adalah Mama Arsen. Dan Pria paruh baya yang menyusul mendekati mereka, Papa Arsen.

“Ya Tuhan Kevin. Apa kabarmu, Nak?”

“Baik, Ma.” Sahutan Kevin sedikit teredam karena Ia sedang dipeluk oleh Mama Arsen. “Mama dan Papa gimana kabarnya?”

“Kami juga baik-baik saja. Senang bertemu lagi Kevin.” Giliran Papa Arsen yang memberi sambutan pelukan.

“Kamu ada di bandara mau pergi atau bagaimana?”

“Ooh bukan, Ma. Kevin memang tinggal di kota ini. Hari ini cuma menemani seseorang yang menjemput orang tuanya.”

Kemudian diam. Bingung akan membicarakan apa lagi. Kevin sendiri rasanya tidak perlu menanyakan tujuan Mama dan Papa Arsen ke kotanya, pasti untuk bertemu anak cucu mereka. Tepat ketika itu, yang ditunggu-tunggu Kevin akhirnya datang.

“Vin, maaf nunggu lama. Ibu dan Ayah sudah datang mereka tidak sabar bertemu kamu. Ayoo…” Daniel sudah menggamit tangan Kevin saking bersemangatnya tanpa memperhatikan ada tamu Kevin. Untung Kevin sempat berpamitan meski hanya menganggukkan kepala saja.

Lalu Ia berusaha menyeimbangi langkah kaki Daniel, serta memusatkan pikirannya akan bertemu orang tua Daniel. Ia kembali gugup.

.

.

Menjelang penghujung senja, saat-saat langit dilukis sinar jingga matahari yang membias dan bau angin sore yang khas, orang tua Arsen akhirnya tiba di kediaman putra sematawayang mereka, di kota ini. Beruntung Arsen dapat pulang kantor lebih cepat dari biasanya, sehingga bisa menyambut kedatangan mereka. Berbeda dengan si cucu, Sheravina, yang sejak siang tertidur lelap di kamarnya, belum mengetahui kedatangan opa dan oma.

“Arsen, kami tadi bertemu Kevin di bandara.”

Gerakan Arsen yang sedang meletakkan seteko teh hangat di meja untuk mereka menggantung di udara. Ia memastikan pendengarannya. Sepertinya tidak salah dengar, karena kedua orang tua nya menatap dengan serius. Jadi ini penyebab Mama dan Papanya berwajah tegang ketika sampai tadi.

Seperti Takdir Kita Yang TulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang