Yoongi

231 39 8
                                    

Malam harinya, dalam keremangan malam, Yoongi duduk di balkon kamarnya. Matanya menatap kerlap kerlip bintang yg menghiasai langit. Nampak bulan sabit yg semakin menambah indahnya malam ini. Melihat bulan sabit, mengingatkan Yoongi akan senyum Jimin yg nampak seperti bulan sabit, melengkung sempurna dan menyembunyikan matanya, membuat wajah Jimin begitu cantik dan tampan disaat yg bersamaan.

"Kenapa gw harus jatuh cinta ma elo, Jim." Yoongi bergumam sendiri sambil menghembuskan asap rokoknya, "Udah gitu loe nya bukan kayak gw, Namjoon dan Jin pula. Astaga!!"

Yoongi terdiam, matanya menerawang ke depan. Nampak wajah Jimin yg sedang tersenyum manis malah tergambar jelas di depannya.

"Aaarrggghhh......." teriak Yoongi, "gw harus gimana, Jim?"

Yoongi sebenarnya dulu juga tidak paham akan perasaannya pada Jimin. Dulu dia hanya menganggap itu karena dia menyayangi Jimin, sama seperti dia menyayangi Namjoon dan Jin sebagai sahabat-sahabatnya. Tapi seriring berjalannya waktu, rasa sayangnya pada Jimin ternyata berubah. Tidak seperti rasa sayangnya pada Namjoon dan Jin, rasa sayang Yoongi pada Jimin membuat Yoongi ingin selalu melindungi dan menjaga Jimin.

Entah berapa tangisan Jimin yg tertumpah di bahu Yoongi, kala Jimin putus dengan kekasihnya. Entah sudah berapa banyak emosi yg dikeluarkan Jimin dalam pelukan Yoongi ketika mengetahui kekasihnya berkhianat di belakangnya. Dan entah sudah berapa banyak waktu yg Yoongi selalu sediakan untuk Jimin dengan menemaninya, entah itu di dalam kota, atau keluar kota ketika Jimin sedang terluka di saat cerita percintaannya kandas.

Bukannya Namjoon dan Jin tidak bisa menemani Jimin disaat terburuknya, tapi entah kenapa di saat-saat itu, hanya ada Yoongi. Entah karena Namjoon atau Jin yg ada urusan masing-masing atau entah sedang ada kegiatan yg tidak memungkinkan baik Namjoon atau Jin untuk menemani Jimin. Walau kadang Namjoon dan Jin juga ada beberapa kali menyempatkan diri untuk menemani Jimin bersama Yoongi.

Di saat-saat itulah, Yoongi mulai menyadari apa arti sebenarnya dari rasa sayangnya pada Jimin. Melihat Jimin yg begitu rapuh, melihat Jimin yg begitu terluka, melihat Jimin yg begitu hancur, membuat Yoongi berjanji akan terus melindungi dan menjaga Jimin, menyirami Jimin dengan kasih sayang dan perhatiannya, terutama dengan cintanya, walau Jimin hanya menganggap itu semua sebagai bentuk rasa sayang Yoongi padanya sebagai sahabatnya.

Bagi Yoongi bisa bersama Jimin setiap saat sudah lebih dari cukup. Apalagi selama ini seluruh wanita yg pernah jadi kekasih Jimin tidak pernah mempermasalahkan kedekatan Yoongi dan Jimin, dan hanya menganggap Yoongi sebatas sahabat Jimin, termasuk Namjoon dan Jin.

Masalahnya, Yoongi gay dan Jimin tidak. Tembok yg bagi Yoongi terlalu tebal untuk bisa dia tembus, untuk bisa merebut hati Jimin. Berulang kali  Namjoon dan Jin juga meminta Yoongi untuk memikirkan kembali perasaannya kepada Jimin pengingat perbedaan tersebut. Tapi Yoongi tetap tidak bergeming. Dia tidak bisa menghilangkan, apalagi membunuh rasa cintanya pada Jimin yg semakin lama semakin kuat membelenggunya. Hingga Yoongi kadang merasa sesak sendiri, mengingat selama ini dialah yg begitu mencintai Jimin dalam diamnya.

Tiba-tiba hapenya berdering, tertera nama Jimin disitu.

"Yeboseyo, Jim." ucap Yoongi.

"Yeboseyo, Yoon," balas Jimin, "gw ganggu loe kagak ya?"

"Ga kok, Jim," sahut Yoongi cepat, "gw juga belum tidur. Ada apa, hhmm?"

"Yoon," Jimin nampak tersendat, "a-apa gw boleh ke rumah loe sekarang?"

"Tentu saja boleh," kata Yoongi, "bukankah udah sering gw bilang, loe boleh ke rumah gw kapanpun loe mau. Ga perlu minta izin, Jim."

"Gw tau," sambung Jimin, "cuma gw harus memastikan dulu. Takutnya gw ganggu loe, Yoon."

The Purple of Us (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang