02-ENZI-17TH

61 35 23
                                    

⚠️
KARAKTER, LATAR BELAKANG DLL YANG TERCANTUM DALAM CERITA INI HANYA PURE KARANGAN PENULIS. MAAF JIKA TULISAN BELUM BAGUS, BARU BELAJAR MENULIS DAN AKAN TERUS BELAJAR HINGGA KARYA TULISAN DICINTAI OLEH BANYAK ORANG.
FOTO YANG DIGUNAKAN HANYA FACECLAIM TIDAK ASLI. FOTO BY PINTEREST.
JANGAN LUPAA VOTE YA! VOTE KALIAN BERARTI BAGI AKUU😋

02. ENZI-17TH

BEL alarm sekolah berbunyi kencang, tepat pukul 07.00 pagi gerbang sekolah Dirmalana akan ditutup. Seluruh siswa yang masih diluar gerbang panik dan berlari cepat menuju gerbang yang hampir ditutup oleh OSIS dan satpam sekolah. Namun sialnya nasib mereka tidak beruntung hari ini, karena gerbang tersebut telah ditutup. Ada lima belas siswa berada diluar gerbang yang sedang bermohon untuk dibukakan.

"Kak, tolong kami. please." Ucap salah satu siswi yang melihat salah satu anggota osis berdiri menjaga gerbang.

"Haduh, lagian kenapa kalian semua bisa telat sih!" Tanya pak Diman saat melihat mereka semua ricuh untuk minta dibukakan gerbang. Dilain sudut, ada gadis berambut panjang terurai yang sedang berdiskusi dengan kepala sekolah untuk hukuman siswa-siswi telat masuk gerbang, dan melihat dari kejauhan kericuhan yang terjadi. Gadis tersebut adalah ketua osis disekolah.

"Saya mau, kamu hukum mereka semua untuk setrap hormat tiang bendera selama 15menit!" Perintah dari pak Agus kepala sekolah mereka.

"Baik pak, saya akan laksanakan." Dia langsung berjalan menuju gerbang. Tiba didepan gerbang sekolah, gadis itu lansgung meminta tolong kepada pak Diman untuk dibukakan gerbang sekolahnya agar mereka semua masuk dan
mendapatkan hukuman yang telah diberi pak Agus.

"Pak diman, tolong bukakan ya gerbang nya." Ucap gadis itu sambil menghitung berapa siswa-siswi yang telat. Gadis itu tersenyum lelah saat melihat banyaknya siswa dan siswi masih selalu datang terlambat.

"Oke, kalian yang ada disini semua boleh masuk. Tetapi bukan masuk kelas, melainkan berdiri ditengah lapangan dan hormat menghadap bendera. Semuanya, limabelas siswa-siswi yang telah saya hitung dalam hati!" Gadis itu berbicara ketus yang membuat mereka semua takut dan berjalan cepat menuju lapangan. Sudah terkumpulnya limabelas siswa-siswi ditengah lapangan mereka langsung dengan posisi hormat dan menegakan kepala menghadap bendera.

"Bertahan dengan posisi ini selama limabelas menit, pah-?" Belum selesai gadis itu memberikan intruksi , salah satu siswa memotong perkataanya.

"Limabelas menit terlalu lama, Enzi." Nada suara berbicara siswa itu seakan malas dengan perintah-perintah yang Enzi berikan. Enzi mendengur kesal saat medengar ujaran dari siswa itu. Dalam benaknya berfikir apakah siswa itu tidak pernah diajarkan untuk mempunyai sopan santun saat orang lain sedang berbicara. Dengan cepat Enzi mencari siswa itu.

"Siapa yang berbicara, boleh tunjuk tangan?" Dengan tegas Enzi menanyakan keberadaan siswa tersebut. Enzi langsung menatap satu-satu barisan siswa dengan tajam dan menunggu siswa yang melambaikan tanganya.

"Gue." Siswa itu dengan percaya dirinya mengangkat tangannya dengan tinggi dan melambaikan telapak tanganya. Sikap itu membuat Enzi menjadi lebih kesal dengan dirinya. Enzi langsung menuju barisanya. Saat Enzi sudah sampai dihadapanya, Siswa itu tersenyum ledek dan memasang muka tengil. Enzi menatap dari atas sampai bawah memperhatikan nya secara detail. Pakainya begitu tidak mengikuti standard sebagai siswa sekolah pada umumnya. Bajunya atasnya tidak dikancingkan, gesper tidak dipakai, dan lebih parahnya dasi sekolah mereka diikat didahi. Tapi Enzi sudah terlalu malas untuk membahas pakain siswa yang bermodel seperti ini, sudah banyak memang model siswa seperti ini disekolahnya namun yang satu ini terlalu malas Enzi tanggapin.

ENZI-17THTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang