He save me

6 2 0
                                    



Mengulang waktu. Bisa tidak melakukan itu pada Daniel? Dia berharap selalu akan hal itu, sebab kini wajahnya benar-benar memerah dengan raut masam-bahkan jejak air matanya masih ada disana.

Daniel malu, sungguh. Tidak menyangka ternyata Eidar lah yang menolongnya tadi.

Sedangkan Eidar sendiri hanya tersenyum gemas menatap tingkah Daniel yang sedang menahan malu itu.

Untuk tadi, entah mengapa Eidar bisa sampai disana. Dia hanya sedang dalam perjalanan menuju tempatnya bekerja, tetapi ada temannya yang ingin bertemu dengannya. Alhasil, Eidar menunda. Lalu ketika mereka berpisah, Eidar pergi ke minimarket dekat sana.

Hingga dirinya terkejut kala melihat Daniel yang menangis ditengah keramaian. Semuanya menatap heran, namun enggan membantu. Eidar yang merasa kasihan lantas langsung berlari padanya, memeluknya erat dengan kata-kata penenang.

Ia tidak tahu apa yang dialami oleh sosok lelaki manis ini, namun sepertinya memang hari-hari Daniel selalu berat.

"Kalau ada masalah, katakan saja padaku. Kau bisa cerita. "

Eidar memberi minuman hangat pada Daniel yang terus diam. Wajahnya pucat, Eidar yakin kalau Daniel berbohong kalau sudah sarapan tadi pagi.

Keduanya didalam mobil Eidar, Daniel tidak menolak ketika dibiarkan duduk disini. Tubuhnya sudah terlanjur lelah, padahal ia rasanya tidak melakukan hal berat.

Mobil menyala, Daniel menoleh pada Eidar. "Kenapa? " ia bertanya. Eidar membalas, "Kita pergi makan sebentar. Kau belum sarapan, 'kan? "

Daniel ingin menolak, tapi perutnya malah tidak sefrekuensi sekarang. Eider tertawa, lantas melajukan mobilnya mencari restoran dekat untuk mereka datangi.

Lantunan lagu dari audio mengisi kesunyian, Eidar ikut bergumam-bernyanyi pelan-sedangkan Daniel sendiri masih terpikir akan sosok tadi.

Kenapa?

Kenapa dia harus kembali datang, menganggunya? Kalau tidak karena keinginan, sudah pasti karena-Neneknya.

Tua bangka sialan

Keduanya dekat karena perlakuan berlebihan dari Neneknya sendiri. Daniel membencinya, sangat. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah menyesal karena membenci wanita tua itu.

Akibatnya pula, Daniel mengalami kehidupan yang tidak tenang. Rasanya diikuti penguntit setiap hari, jam, menit, bahkan detik pun rasanya Daniel tidak pernah tenang. Hingga ketika sosok itu mendekatinya secara langsung, dan mengatakan hal aneh yang tidak akan pernah Daniel percaya, barulah Daniel menentang keras pada Neneknya untuk menarik kembali tugas sosok itu-mengikuti tiap jengkal dan apapun yang Daniel lakukan diluar.

Kalau diingat seperti itu, Daniel merasakan napasnya tertahan. Hidungnya panas karena menahan tangis, Daniel akui dirinya cengeng. Mudah menangis karena hal masalalu yang tidak akan pernah usai.

Eidar yang disampingnya peka, kalau Daniel sedari tadi pasti memikirkan sesuatu. Hal ini.. Eidar ketahui sebuah trauma menyerang Daniel. Ia bukan anak psikologi, tetapi melihat sikap Daniel yang seperti ini, siapa yang tidak menyimpulkan seperti itu?

Namun seberat apapun permasalahan Daniel, Eidar tidak bisa melakukan apapun. Ia tahu kalau dirinya hanya orang luar, walaupun jika Daniel mengalami hal fatal, barulah Eidar akan turun tangan.

Tapi.. kenapa pula aku melakukan ini semua?

Beberapa bulan Eidar tinggal disana, ia memilih lantai yang kurang penghuni. Mengapa? Dirinya lebih baik ditempat sunyi, tapi berpenghuni. Mengerti?

Lose Face Where stories live. Discover now